Pagi itu, saat sinar mentari mulai merambat masuk ke celah jendela kamar, Sena terbangun dari alam mimpi indahnya.
Diam dan terbaring sejenak, dalam mimpi dimana dia berjumpa dengan almarhum Vania. Senyum tipis mengembang di bibirnya sambil memeluk erat bantal, seolah-olah merangkul bayangan sang ibu yang hadir di sisinya.
"Mommy, kini Mommy sudah tenang di sana, tak perlu lagi marahiku jika aku nakal. Mommy juga tak lagi pusing dengan urusan pekerjaan," batin Sena, merenung sejenak senyum hangat yang selalu menyapanya tiap pagi, kini semua itu hanyalah tinggal kenangan.
Namun, dia mencoba tetap tegar, mengikuti petuah sang ibu yang selalu menekankan pentingnya menjadi wanita tangguh. Sena mengangguk, lalu bangkit dari tempat tidur. Dia melangkah ke kamar mandi, mencuci muka, dan menggosok gigi. Hari itu adalah hari Minggu, dia mengganti piyamanya dengan kaos putih dan celana pendek hitam, karena dia sangat menyukai kedua warna itu. Baginya, hitam dan putih terkesan sederhana dan mewah.
Setelah bersiap, Sena keluar rumah untuk jogging. "Selamat pagi, Yuna," sapa Sena. Saat itu, Yuna sedang duduk di teras, asyik dengan tabletnya.
"Selamat pagi juga, Sena. Kamu mau olahraga pagi?" tanya Yuna dengan senyuman ramah sambil meletakkan tabletnya sejenak di atas meja.
Sena mengangguk. "Kamu mau temani aku?" tawar gadis tersebut.
Yuna awalnya agak malas karena jarang berolahraga pagi, tetapi dia merasa perlu menemani Sena, yang baru pertama kali berolahraga pagi di Indonesia.
"Baiklah, tunggu sebentar!" Yuna bergegas mengganti pakaian, sementara Sena menunggunya di kursi yang sebelumnya diduduki Yuna.
Saat menunggu, Sena penasaran dengan layar tablet Yuna. Dia menoleh, matanya membelalak kaget, karena ternyata, Yuna sedang menonton audisi pencarian bakat bernyanyi di New York, Amerika Serikat. Yang membuatnya lebih tercengang, wajah Richie terpampang di sana. Pria yang sudah merenggut kesuciannya. Richie tengah mengikuti audisi pada saat itu.
Meskipun Sena membencinya, namun di satu sisi, ia penasaran dengan kualitas suara Richie, pria berwajah oriental yang sebenarnya bernama asli Ryuchi Takahasi, ia memiliki seorang Ibu berkebangsaan Jepang, dan Ayah yang berdarah asli Amerika Serikat, sehingga tentu saja memiliki tampang yang sangat rupawan dan postur tubuh sempurna, idaman kaum hawa.
Ketika Richie mulai tampil, Sena memperhatikan dengan seksama. Saat nama 'Sena' disebutkan, bulu kuduknya langsung merinding, bukan karena ketakutan, melainkan karena kejutan bahwa Richie menyebut namanya di depan para juri dan publik.
Meskipun begitu, Sena tetap tidak bisa menerima perlakuan buruk yang pernah dilakukan Richie padanya; luka itu masih terlalu dalam. Ia pun tidak pernah memiliki perasaan apapun pada Richie, sedari dulu hanya menganggapnya teman biasa, tak lebih dari itu.
Dia terkesima saat Richie mulai menyanyikan lagu klasik romantis 'If Ever You're In My Arms Again' yang dipopulerkan oleh Peabo Bryson. Suaranya sungguh menggetarkan hati, lembut dan merdu.
Saat Sena tengah serius menyaksikan acara pencarian bakat di layar tablet Yuna, tiba-tiba dia tersentak ketika Yuna menepuk pundaknya dari belakang. "Sena, seru banget. Gimana menurutmu penampilan dia? Dia lolos gak?" tanya Yuna, yang melewatkan penampilan Richie dan masih mendengarkan komentar juri.
Kedua gadis itu terdiam sejenak. Ketika para juri memberikan penilaian positif, Yuna langsung berteriak dan melompat kegirangan, karena sejak awal dia sudah mendukung Richie. "Yeah, dia lolos babak selanjutnya!" seru Yuna, sementara Sena hanya tersenyum tipis.
"Astaga, Yuna, kok kamu begitu excited?" tanya Sena sambil menggelengkan kepala.
"Aku suka dia sejak pertama kali melihatnya audisi. Sepertinya dia calon bintang besar. Ganteng, imut, fashionable, dan suaranya bagus. Pokoknya, dia keren banget, Idol Kpop mah lewat!" oceh Yuna bangga pada Richie.
"Oh ya, Sena, dia lulusan New York University, kan? Jadi pasti dulu teman kuliahmu, kan?" tanya Yuna penasaran, membuat Sena teringat pada pengalaman buruknya dengan Richie.
"Ya, aku hanya tahu dia, tapi kita tidak kenal dekat," jawab Sena sambil melangkah ke arah gerbang, Yuna dengan antusias mendengarkan cerita tentang Richie.
"Kesehariannya kayak gimana, sih?" tanya Yuna penuh minat, namun Sena merasa malas menceritakan lebih lanjut.
"Asal kamu tahu, dia itu seorang pecundang, tak pantas menjadi idola!" ujar Sena tegas, menunjukkan ketidakminatannya untuk membicarakan Richie lebih lanjut.
"Sena, ayo dong! Kamu ceritakan keseharian Richie," pinta Yuna, tetapi Sena yang enggan mendengarnya segera berlari untuk menghindari pembicaraan itu.
Tanpa disadari, saat berlari di sekitar kompleks, Sena hampir terjatuh dan menabrak seorang pria yang sedang melakukan peregangan setelah berlari.
"Eh, maaf," ucap Sena pelan, pria itu menoleh, dan keduanya saling bertukar pandangan dengan tatapan sulit diartikan.
"Hai, kamu yang waktu kemarin kerampokan di jalan, kan?" tebak Hans. Sena tersenyum dan mengangguk.
"Ya, dan kamu yang menolong saya. Senang bisa bertemu lagi," balas Sena dengan senyuman manisnya.
"Dunia ini memang sempit, ya," kata Hans sambil mengelap keringat dengan handuk kecilnya. Ia merasakan angin segar untuk lebih dekat dengan Sena.
Hans mengulurkan tangannya yang kekar, Sena menerima dengan cepat, dan mereka resmi berkenalan pada pagi itu.
"Perkenalkan, nama saya Hans Hernandez," ucap Hans.
"Saya Sena Adelia," balas Sena, dan obrolan mereka berlanjut.
"Kamu tinggal dimana, Sena?" tanya Hans, yang baru pertama kali melihat Sena di area kompleks tersebut. Gadis itu menjelaskan tentang asal usulnya, membuat Hans mengangguk dan kagum, menganggap Sena sebagai wanita tegar, mandiri, dan independen.
"Ternyata kamu wanita yang luar biasa," puji Hans setelah mengetahui semua cerita Sena, terutama tentang kematian ibunya, meski tak memberitahu nama sang Ibu kepada Hans.
Tiba-tiba, Laura yang mencari Hans sejak tadi, cemburu melihat kedekatan Kekasihnya dengan Sena. "Honey, kamu di sini," ucap Laura sambil menjauhkan Hans dari gadis itu.
"Laura, apa yang kamu lakukan?" pekik Hans, merasa kehadiran Laura hanya mengganggu.
Sementara itu, Yuna mengajak Sena ke tempat lain. "Sena, baru sehari di Indonesia, sudah bikin ulah. Mereka bertengkar gara-gara kamu," tegur Yuna. Sena menjelaskan bahwa pria itu adalah orang yang menolongnya kemarin, dan Yuna pun mengingatnya.
"Kami tak sengaja bertemu," kata Sena di akhir cerita. Yuna mengangguk.
"Ya, tapi karena kalian mengobrol, dia jadi dimarahi pacarnya," cetus Yuna sambil menggeleng. Sena terus melanjutkan jogging.
"Ah, bukan urusanku!" ucap Sena acuh tak acuh, meski ia tak bisa menyangkal adanya ketertarikan pada Hans, meskipun usia pria itu jauh lebih tua.
Saat menatap Hans dari kejauhan, Sena melihat lelaki itu melambaikan tangan ke arahnya, dan ia membalasnya. Hal itu membuat Laura memekik kesal.
"Ngapain kamu asyik sama dia?" tanya Laura dengan nada emosi.
"Laura, dia itu baru tiba dari Amerika dan sedang mencari keberadaan ayahnya," cerita Hans, berharap Laura akan merasa iba.
Namun, wanita itu justru marah dan cemburu. "Apa pedulimu tentang dia? Dia hanya orang lain!" bentak Laura, tidak terima dengan Hans memberikan perhatian pada wanita lain.
"Saya hanya merasa kasihan," jawab Hans, kesal dengan reaksi Laura.
"Kalau kamu tak setuju, terserah! Karena hatimu mungkin terbuat dari batu, tak memiliki empati pada orang lain!" Hans meninggalkannya dengan langkah lebar.
Laura mengejar dan bergelayutan manja pada lengan kekar Hans saat mereka berjalan bersama.
"Baiklah, baiklah, tapi kapan kamu akan mengenalkan aku kepada orangtuamu? Aku akan mengenalkan kamu kepada orangtuaku setelah itu," tanya Laura, penuh harap untuk melanjutkan hubungan yang lebih serius bersama pria yang di cintainya.
"Laura, saya tidak ingin membahas itu sekarang!" jawab Hans tegas, menghindari pembicaraan tentang pernikahan, yang membuat Laura kecewa.
Laura terdiam sejenak, merenungkan kata-kata pria tersebut yang membuatnya tak puas. Namun, rasa cemburu dan kekecewaan masih melonjak-lonjak di dalam hatinya. Ia ingin Hans serius, tapi sepertinya pria itu masih enggan membicarakan masa depan mereka.
Sementara itu, Sena terus berjoging, mencoba menghilangkan rasa aneh di dalam dadanya. Meskipun tak bisa dipungkiri ia merasa ada ketertarikan pada Hans, mungkin baginya Hans merupakan cinta pertama, ia juga tahu bahwa perbedaan usia dan situasi mereka membuat hubungan itu mustahil bisa terjadi.
...
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Aditya HP/bunda lia
gak kebayang nanti saat Hans dan Sena menjalin hubungan dan pada akhirnya mereka tau kalo mereka adalah ayah dan anak kandung semoga saja saat mereka menjalin hubungan nanti tidak terjadi kontak pisik jangan sampe inses ...
2024-02-28
0