18

Masih dengan kisah Zian dulu ya.

...****************...

Zian sangat menyesal kebenaran terungkap terlambat. Terlebih lagi sudah menikah dengan Isala. Memang sejak awal tak ingin tahu keberadaan istrinya itu, yang ada ingin segera menceraikan istrinya. Terus saja memori tentang rasa tak pedulinya pada Vira dulu.

Perceraiannya mudah dan lancar prosesnya, karena Vira tak hadir disana. Dengan bantuan mama Indah pula agar Zian terlepas dari Vira. Tak pernah menyiakan kesempatan didepan matanya untuk memisahkan Zian dan Vira saat itu.

Vira

Vira

Vira

Batinnya selalu mengucapkan nama itu dengan segudang penyesalan.

"Maafkan aku, Vi...."

"Sekarang harus bagaimana aku, semua baru ku tahu sebulan lebih kepergian papa Vi...."

"Tak sangka kini kau seorang CEO yang sangat cantik bahkan sudah bersanding kini dengan seorang yang paling berkuasa di bisnis." Terus saja ucapnya sendiri.

"Haruskah aku menemui mu Vi, untuk mendapatkan maaf dari mu" pikirnya.

"Lalu memulainya dari mana?" Bingung dengan sendiri.

Tak lama setelah Zian keluar dari kamar mandi untuk membersihkan diri yang sudah lengket dan lelah. Lembur kerap kali dikerjakannya karena Isala termasuk istri yang pemboros dan suka bersenang senang. Mau tak mau Zian lebih keras dalam mencari uang demi istrinya itu. Cinta kah ia dengan Isala? Jelas cinta tak sedalam dulu dengan Vira tentunya. Hanya tanggung jawab lah yang Zian harus lakukan untuk bisa memenuhi kebutuhan istrinya itu.

Klek

Suara pintu terbuka Isala masuk ke kamar.

" Honey...."manjanya.

"Maafkan aku."

"Hemmm" jawab Zian.

"Aku harap kamu bisa menahan emosi didepan Mama, Honey. " Pinta zian.

"Tapi aku tak bisa menahan jika terus saja di sudutkan" jawab Isala.

"Belajarlah menahannya lebih lama, jika tidak bisa juga menjauhlah. Jadi tak buat pusing aku saat di rumah. Bisakah, honey?" Harap Zian.

"Akan aku usahan, Honey." Dengan memeluk suaminya itu.

Sudah pasti mereka melakukan sesuatu kegiatan malam hari yang panjang. Membuat udara yang dingin terasa panas, panas akan gelora dan hasrat memadu kasih. Suara **angan terdengar disana, untuk saling memuaskan dua insan bergelora untuk menyatu.

Ah

Pelepasan keduanya sudah didapat. Rasa bahagia tentu saja Isala dapatkan dari kegiatan itu. Tapi tidak dengan Zian hanya sebatas kewajiban untuk memenuhi nafkah batin istrinya. Menikmati tentulah tapi tidak rasa bahagia. Entahlah sejak kebenaran terungkap Zian lebih banyak diam dan memenuhi setiap kebutuhan istrinya itu saja.

Dua insan yang telah memadu kasih kini terlelap dalam mimpi masing masing. Isala dengan senyum bahagia berfikir bahwa Zian tidak terpengaruh dengan berita mantannya itu. Zian bahkan dalam mimpinya sangat tersiksa dengan rasa bersalah dan penuh penyesalan. Mimpi akan ketakutan jika suatu saat nanti akan mendapatkan balasan dari mantannya yang terus mengejar menuntuk keadilan atas perlakuan padanya. Mengalir deras keringan dalam tidur Zian malam ini.

"Tidak!" Teriak Zian dengan tangan didepan seperti menahan akan dirinya hendak di pukul.

"Honey, Honey." Panggil Isala terbangun dari tidurnya.

"Kamu kenapa, Honey?" Lanjutnya.

"Hanya mimpi buruk, Honey...." Dengan mengelap keringat yang mengalirnya itu.

"Untung hanya mimpi" batin Zian.

Apa jadinya jika itu kenyataan? Pasti akan mati dibuatnya, paling mudah untuknya masuk jeruji besi disana dengan waktu yang lama.

"Sudahlah. Tidur lagi, Honey...."

Isala hanya menganggukkan kepalanya saja.

Dalam beberapa kedepan jelas mimpinya itu terus berlanjut membuat dirinya harus mengkonsumsi obat tidur dalam dosis rendah supaya bisa terlelap walau hanya sebentar. Zian tak berani menceritakan semuanya kepada istrinya ataupun mama nya, pasti akan disalahkan. Lebih baik dipendam sendiri hingga suatu saat nanti bisa bertemu dengan sang mantan untuk meminta maafnya.

Lebih banyak diam dan melamun Zian, semangatnya menurun setiap kali ada berita tentang mantannya itu. Melihat berita yang menampilkan wajah penuh kebahagiaan disana dengan disamping lelaki yang jauh lebih pantas bersanding. Tak ada yang terlihat kebohongan atau akting dalam suguhan berita yang di tampilkan. Hanya kebahagiaan dan kemesraan keduanya. Seharusnya jika ia tidak termakan oleh mama nya pasti jelas orang yang mendampinginya adalah dia.

Disisi lain aktifitas Isala semakin padat sebagai model. Selalu mencari celah untuk naik level lebih tinggi, tanpa disadari perlahan mengabaikan suaminya yang sedang membutuhkan dirinya. Kerap pulang larut, dan Zian sudah terlelap. Wajah Zian sudah tak terurus dengan rambut yang semakin panjang, jamban yang semakin lebat tumbuh tempatnya.

"Honey...." Isala pulang dalam keadaan mabuk.

"Ya ampun...." ucap Zian saat masih bermain Hp ditempat tidurnya. Tak menyangka jika istrinya pulang dalan keadaan yang mabuk.

"Santai, Honey." Ucap Isala sudah sempoyongan jalannya.

Belum sampai di kamar mandi sudah terjadi

Huek

Huek

Sudah tak kuat untuk menahannya lagi.

Langsung saja Zian dengan cepat membantu istrinya untuk masuk ke dalam kamar mandi.

Sudah bersih semuanya Zian tak mau merepotkan pembantunya. Ia kerjakan sendiri, agar bersih dan tidak bau kamarnya itu.

Sedangkan Isala sudah pulas tertidur dengan meninggalkan kekacauan di tengah malam. "Tidak bisa di biarkan" ucapnya. Marah melihat tingkah istrinya sudah berani melakukan hal yang bisa membuatnya malu dan mencemarkan nama baik keluarganya. "Lihat nanti, apa penjelasan yang akan kau gunakan honey."

Jam sudah menunjukkan jam 2 pagi tetap saja matanya sulit terpejam. Terpaksa kembali meminum obat tidurnya itu hanya sekedar terlelap meluruskan badannya yang lelah.

*

"Mah" sapa Zian di pagi hari.

"Iya, Sayang." Mama Indah sedang menyiapkan sarapan dengan metakkan lauk pauk di meja.

"Ini udah siap. Yuk sarapan kita, Sayang." Ucap Mama Indah.

"Iya mah." Dengan sarapan di meja makan berdua saja saat ini Isala belum terbangun.

"Dimana istrimu itu?" Tanya Mama Indah.

"Masih tidur, Ma" jawabnya.

"Kelakuan istrimu itu jelek sekali, kamu harusnya marahi dia Zian." Perintah mama.

"Sudahlah, Ma. Biarkan dia saat ini." Ini yang membuatnya malas untuk dirumah lama lama.

"Mau sampai kapan di biarkannya." Tantang Mama Indah.

"Aku tak mau ribut, Ma. Aku lelah, Ma. Tolong jangan tambah masalah baru untukku, Ma." Pintanya.

"Jadi kamu anggap Mama ini sedang menambah masalah buat kamu. Padahal apa yang mama bilang itu benar Zian. Demi kebaikan kamu." Air mata mama sudah menetes keluar.

"Maafkan Zian, Ma. Bukan bermaksud seperi itu. Zian janji akan bicara dengannya. Tapi tidak sekarang mah, tolong sekali ini saja Zian ingin tenang dulu. Supaya Zian tidak salah dalam mengambil keputusan nantinya." Menjelaskan maksud Zian agar mama nya tidak tersinggung dengan ucapannya lagi.

"Berharap tidak lama kamu melakukannya. Jika lama dan terus begini jangan salahkan mama, untuk mendisiplinkan istrimu itu." Mama Indah marah.

"Iya, Ma."

Hari berlalu dengan aktifitas yang tak jauh berbeda dari setaip harinya. Sudah mencoba untuk duduk berdua menyelesaikan masalah mereka. Tetap saja keras kepala istrinya itu tidak berubah. Semakin jadi dan seenaknya dirumah itu, waktu menjadi tak punya arti bagi Isala untuk pulang atau pergi sesuka hati. Entah apa yang di pikirkannya itu, padahal segala sudah dipenuhi oleh suaminya, tetap saja membuatnya tak mengubah keadaan. Padahal saat ini Zain jauh lebih baik penghasilan dan keadaan ekonominya. Tidak di syukuri malah menjadi tamak dan lupa diri untuk istrinya.

"Apa ini yang namanya karma," gumamnya di hati.

"Pedih sekali rasanya"lanjutnya.

...****************...

Hi semuanya

Bagaimana kelanjutan kisah ini, apakah pembalasan yang dimaksud Vira yang seperti ini?

Bantu like dan koment ya

Love you 😘

Terpopuler

Comments

Salma Suku

Salma Suku

Lho itukan pilihannya kamu mama Zian...kenapa menyesal...

2024-04-22

2

NBF

NBF

jamban😂

2024-04-27

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!