***
"K-kau yakin, Honey?" tanya Grace dengan terbata, gadis itu menatap Jordan dengan intens. Mencari kebohongan di matanya, namun tidak ada.
Jordan mengulas senyumnya, pria itu mengelus wajah cantik Grace.
"Yeah, aku serius. Baby, aku akan menceraikannya. Sekarang mau tidur?"
Grace tersenyum, perasaan bahagia membuncah di hatinya. Grace mengalungkan kedua tangannya di leher Jordan.
"Mau tidur, tetapi di bawah mu bagaimana?" Grace menggigit bibir bawahnya, membuat Jordan menggeram.
Jordan meremas bokong sintal Grace, sembari membenamkan wajahnya pada curuk leher gadis itu.
"Kau sangat nakal, Baby," bisik Jordan dengan suara seraknya.
Grace terkikik geli, "Yeah, aku memang nakal. Daddy, so ... touch me please. Jordan?"
"Fuck!" geram Jordan, pria itu menggendong Grace dan membawanya ke kamar.
Setibanya di dalam kamar, Jordan membaringkan Grace dan mengungkungnya. Setelahnya, percintaan panas keduanya pun terjadi. Suara desahan dan erangan terdengar memenuhi seisi kamar.
Memacu bir*hi yang selalu tersulut, membuat Jordan terus memberikan hujaman dan hentakkan yang menciptakan gelinjang pada tubuh Grace.
Hujaman demi hujaman Jordan berikan, hingga beberapa menit kemudian. Erangan panjang terdengar dari bibir keduanya.
***
"Biarkan Jasmine menginap di sini, agar kau tidak sendiri. Baby, kemungkinan lusa aku baru kembali dari New York,"
Grace mengangguk, gadis itu memeluk tubuh Jordan.
"Hati-hati ya, kabari aku jika sudah sampai,"
"Iya, Baby." Jordan mengecup lama kening Grace, setelahnya pria itu melangkah pergi dari apartemen.
**
Saist Restauran, 10.00 AM.
"Dia pergi ke New York?"
"Iya, jadi bagaimana? Kau mau kan menginap di apartemenku?"
"Yeah baiklah, aku juga akan izin agar bisa menemanimu,"
Grace tersenyum, "Kau memang sahabat terbaikku." Grace mengacungkan dua jempolnya, membuat Jasmine mendengus geli.
Kemudian keduanya menikmati makanan yang tersaji, hingga keduanya di kejutkan dengan kedatangan seseorang.
"Grace, Jasmine," panggil seorang laki-laki, membuat keduanya mendongak.
"Luke?" lirih Grace, Luke tersenyum.
"Boleh aku bergabung?"
Grace menatap Jasmine, gadis itu mengangguk.
"Silahkan," ujar Grace, Luke langsung mengambil posisi duduk di samping Grace.
"Bagaimana kabarmu, Grace?"
"Aku baik, Luke. Kau sendiri bagaimana?"
"Seperti yang kau lihat," ujarnya, Grace mengangguk. Gadis itu meneguk minuman miliknya.
"Grace, Luke. Aku ke toilet sebentar." Jasmine berdiri, gadis itu pergi ke toilet meninggalkan Luke dan Grace.
"Grace,"
"Luke,"
Keduanya saling memanggil satu sama lain, membuat Luke terkekeh.
"Kau duluan," ujar Luke, Grace menggeleng.
"Tidak, kau duluan saja. Tidak terlalu penting,"
Luke tersenyum, pria itu menatap Grace.
"Maaf sebelumnya, tetapi apakah kau sedang hamil?"
Grace terdiam, ia menunduk ketika mendengar pertanyaan Luke.
"Maaf jika aku lancang, aku tidak berma_" ucapan Luke terhenti saat Grace menyelanya terlebih dahulu.
"Iya, aku hamil. Bagaimana bisa kau mengetahuinya, Luke?"
"Maaf jika aku lancang, saat itu aku mendengarkan pembicaraan dokter dan Jasmine. Kalau begitu aku turut senang mendengarnya, Grace. Selamat atas kehamilanmu, pasti suamimu bahagia,"
"Terimakasih, Luke. Tetapi aku belum menikah,"
"Hah?" Luke melongo, Grace menggigit bibir bawahnya, ia meruntukki dirinya sendiri yang keceplosan.
"M-maksudku, kami baru mau menikah,"
Kemudian Luke terkekeh hambar, pria itu menatap Grace dengan tatapan yang sulit di artikan.
"Aku pikir apa, selamat atas rencana kalian. Jangan lupa undang aku, hm,"
Grace tersenyum, ia mengangguk.
"Pasti, Luke. Aku pasti mengundangmu," jawabnya, membuat Luke tersenyum.
'Sayang sekali, Grace,' batin Luke.
***
Hari demi hari berlalu, minggu demi minggu sudah terlewati. Kini usia kandungan Grace sendiri sudah menginjak empat bulan, perut wanita itu sudah nampak membuncit.
Selama empat bulan ini Jordan juga selalu bersamanya, pria itu mencurahkan segala perhatian, dan rasa sayangnya kepada Grace. Jordan juga selalu sabar menghadapi segala macam bentuk ngidam Grace.
Grace benar-benar di buat bergantung kepada Jordan, apapun Grace maunya hanya dengan Jordan. Terkadang membuat Jordan gemas sendiri, kedekatan mereka pun saling terjalin erat meskipun tanpa status yang jelas, dan hal itu membuat Grace terusik.
Sebab, empat bulan lalu Jordan bilang jika pria itu akan menceraikan istrinya. Namun hingga saat ini Jordan belum juga menceraikan Jessica.
"Nona Grace, silahkan masuk," ujar seorang suster yang baru saja keluar dari ruangan kandungan.
Grace tersenyum, ia menoleh ke arah Jordan dan di balas anggukan oleh Jordan.
Hari ini, keduanya berada di rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan kandungan Grace.
"Silahkan Tuan, Nona, di sebelah sini." Dokter tersebut menunjuk ranjang di sampingnya, Grace dan Jordan mendekat. Sesampainya di dekat ranjang, Grace langsung naik dan berbaring di bantu oleh Jordan.
Setelahnya dokter wanita itu menyingkap kemeja Grace, dan mengoleskan sebuah gel. Kemudian sebuah alat berada di atas perut Grace, dan bergerak.
"Lihatlah Tuan, Nona, itu janin kalian. Perkembangannya sangat bagus, sekarang kita lihat jenis kelaminnya. Oh God! Selamat, Tuan, Nona. Kalian akan mendapatkan seorang putra," ujar dokter tersebut dengan bahagia, membuat Jordan dan Grace saling menatap.
Hingga detik setelahnya Jordan memeluk Grace, dan memberikan kecupan demi kecupan di seluruh wajah Grace.
"Terimakasih, Baby. Aku bahagia sekali mendengarnya," bisik Jordan, pria itu kembali mengecup kening Grace seiringan dengan air mata bahagia Grace yang luruh.
Perasannya bahagia, sangat bahagia.
Menit berlalu, setelah melakukan pemeriksaan. Kini Grace, dan Jordan duduk di depan dokter. Keduanya mendengarkan segala ucapan yang di sampaikan dokter tersebut, hingga tidak lama kemudian. Mereka berdua sudah selesai, kini mereka keluar dari ruangan dokter.
"Kau mau langsung pulang, Baby?" tanya Jordan, pria itu merengkuh pinggang Grace dengan posesif.
"Iya, Honey. Tetapi aku menginginkan masakanmu, bolehkan?" cicit Grace, Jordan terkekeh. Pria itu menunduk dan melabuhkan sebuah kecupan di bibir Grace.
"Boleh, Cintaku," ujarnya membuat wajah Grace merona, hatinya berbunga-bunga. Seperti ada kupu-kupu terbang di perutnya.
Jordan sendiri terkekeh geli melihat wajah Grace, pria itu memeluk Grace dari belakang sembari keduanya melangkah keluar rumah sakit. Tindakan Jordan yang seperti ini langsung membuat para pengunjung merasa iri.
"Jordan malu, aku juga susah jalannya," lirih Grace, Jordan mendengus. Pria itu mengacak gemas puncak kepala Grace, sebelum akhirnya ia berjalan kembali di samping Grace.
"Kau sangat sexy jika sedang merona, Baby. Rasanya aku ingin menghujammu, dan membuatmu mendesahkan namaku," ucap Jordan setelah keduanya sampai di mobil.
Grace mendengus, gadis itu memukul lengan Jordan.
"Mesum!"
Jordan terkekeh, pria itu mengendarai mobilnya meninggalkan halaman rumah sakit.
"Mesum denganmu tidak apa-apa bukan?" goda Jordan, Grace mencebikkan bibirnya.
***
Apartemen Jordan.
"Honey," panggil Grace, gadis itu menatap Jordan. Jordan sendiri menatap Grace yang sedang duduk bersandar pada sandaran ranjang.
Tadi setelah dari rumah sakit, keduanya langsung kembali. Jordan pun langsung membuatkan makanan untuk Grace, dan kini hari sudah berganti malam. Keduanya akan beristirahat, namun Jordan menyempatkan diri untuk mengecek emailnya terlebih dahulu.
"Ada apa, Baby?"
Grace menghembuskan nafasnya pelan.
"Apakah kau jadi bercerai dengan istrimu?"
Jordan langsung menutup laptopnya, pria itu menatap datar ke arah Grace.
"Bisakah kita tidak usah membahas hal ini, Baby?"
Grace mengernyit, "Kenapa? Bukankah pertanyaanku benar? Kau sudah berjanji akan menceraikannya, Jordan. Apakah kau memang belum bercerai?"
"Tidurlah, Grace. Tidak perlu membahas sesuatu hal yang tidak penting." Jordan berdiri, pria itu menaruh laptopnya di atas nakas.
Grace tertawa, "Tidak penting katamu? Tidak penting bagaimana, Jordan? Sudah empat bulan aku menunggu kabar darimu! Dan ternyata semuanya benar, kau belum menceraikan istrimu." Grace menggeleng, gadis itu menatap berkaca-kaca ke arah Jordan.
"Kau berbohong lagi, Jordan. Aku membencimu!" teriak Grace bersamaan dengan air matanya yang menetes, gadis itu menuruni ranjang dan melangkah pergi.
"Grace! Kau mau kemana?" Jordan mengikuti Grace, pria itu ingin menarik tangan Grace. Namun tidak bisa saat Grace sudah masuk, dan menutup pintu kamar satunya.
"Pergilah, Jordan. Aku ingin sendiri," ujar Grace dari dalam kamar, Jordan mendesah pelan.
"Istirahatlah, jangan memikirkan hal yang tidak penting," ucap Jordan, sebelum akhirnya pria itu pergi dari apartemen.
Grace yang tau jika Jordan pergi dari apartemen sontak meluruhkan tubuhnya ke lantai, gadis itu menangis. Dadanya terasa sesak.
Ucapan Jordan empat bulan lalu hanyalah sebuah kalimat penenang, hanya janji manis yang membuat Grace melayang dan terjatuh di waktu yang tidak sama.
"Kau benar-benar jahat, Jordan,"
***
siap-siap yaa 🤣🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Dian Susantie
dasar laki² buaya..!! apa sih mau nya si Jordan..??!! 😤😤
2025-01-19
0
Ririn Nursisminingsih
udah tingalin aja grace biar tau rasa jordan
2024-05-07
0
Nanaa 774
sabar sabar😤😤
2024-04-15
0