***
"Martin," panggil seorang wanita dewasa, membuat Martin, dan Grace mendongak menatapnya.
Deg!
Grace terkejut, terpana, dan terdiam. Tubuhnya menegang, sama halnya seperti sosok di depannya, sosok pria yang Grace kenal. Pria itu terdiam, dan menatap Grace dengan tatapan yang tidak bisa di artikan.
"Aunty? Kau sedang apa di sini? Oh hai, Uncle Jordan. Grace perkenalkan dia Auntyku Jessica, dan ini suaminya Uncle Jordan." Martin berdiri, pria itu menatap Grace yang terdiam, dan menegang.
"Grace," panggil Martin, membuat Grace tersadar.
"Ah iya, Martin. Salam kenal Aunty, Uncle." Grace tersenyum getir, gadis itu sama sekali tidak mau menatap Jordan yang menatapnya.
"Salam kenal, Sayang. Apakah kau kekasih Martin?" Jessica tersenyum, wanita cantik dan sexy itu menatap lembut ke arah Grace.
Grace menggeleng, "Tidak Aunty, hanya teman kuliah Martin," jawab Grace.
"Ah sayang sekali," ujar Jessica, wanita itu menatap Jordan.
"Jordan, mau bergabung bersama mereka?" tawar Jessica.
"Tidak, kita pesan tempat sendiri saja," ujarnya dengan suara dingin, dan datar.
Jessica mengangguk, "Martin, Grace. Kalau begitu Aunty dan Uncle pergi dulu ya?"
"Iya Aunty, sampai jumpai,"
"Sampai jumpa, Aunty," ujar Grace, gadis itu mengalihkan pandangannya saat Jordan menatapnya.
Seperginya mereka, Grace dan Martin duduk kembali.
"Ehm ... Martin, bukankah Uncle Jordan itu pebisnis sukses yang biasanya ada di berita-berita? Lalu bukankah dia seorang duda?" tanya Grace, gadis itu merasa was-was ketika bertanya kepada Martin, ia takut jika Martin akan curiga kepadanya.
"Yeah, Uncle Jordan dulunya memang duda. Tetapi baru saja mereka menikah tiga hari lalu, memang publik tidak ada yang tau. Pertunangan mereka saja publik tidak ada yang tau bukan? Padahal mereka sudah bertunang dua tahun lalu, dan Aunty Jessica itu sebenarnya cinta pertama Uncle Jordan," jelas Martin, membuat hati Grace terasa sesak. Gadis itu tersenyum getir, kedua matanya memanas.
Hancur, segalanya terasa hancur ketika mendengar fakta dari bibir Martin.
"B-bagaimana bisa kau mengetahui semuanya, Martin?"
Martin mendongak, pria itu terdiam sebentar.
"Karena pada saat Aunty Jessica bercerita ke Mommy ada aku, ada apa. Grace?"
Grace menggeleng, "Tidak ... tidak ada apa-apa, karena setauku Uncle Jordan seorang duda. Siapa yang menyangka jika mereka sudah menikah tiga hari lalu bukan?" Grace terkekeh miris, menekan dadanya yang sesak. Grace menghembuskan nafasnya pelan.
"Kalau begitu aku mau ke toilet sebentar, Martin,"
"Yeah, jangan lama-lama, hm. Aku sudah membeli tiket nonton untuk kita,"
Grace mengangguk, gadis itu berdiri dari duduknya dan melangkah menuju toilet.
Setibanya di toilet, Grace terduduk di atas closet. Gadis itu menumpahkan isak tangisnya di dalam toilet, hatinya sangat sakit. Air matanya terus luruh membasahi pipinya.
"Tenang Grace, kau pasti bisa melupakannya. Tenanglah," monolog Grace, gadis itu menghembuskan nafasnya kasar, dan mengusap air matanya.
Setelahnya Grace berdiri, ia keluar dari kamar mandi, dan membasuh wajahnya di wastafel. Kemudian ia mendongak, dan berkaca.
Deg!
Grace terkejut saat melihat Jordan berdiri di belakangnya, gadis itu segera merapikan penampilannya dan ingin beranjak pergi. Namun pergelangan tangannya di tahan oleh Jordan, dan di tarik. Hingga tubuhnya oleng menabrak dada bidang Jordan.
"Lepaskan aku, Jordan," ujar Grace tanpa menatap Jordan.
Jordan tersenyum smirk, pria itu meraih dagu Grace, dan mengarahkan wajah Grace menghadap ke arahnya.
"Lihat aku saat bicara, Baby!" tekan Jordan, ia menatap Grace dengan tatapan tajam.
Grace menggigit bibir bawahnya, rasa sesak kembali hadir di dalam hatinya.
"Siapa yang menyuruhmu untuk keluar bersama pria lain huh?" tanya Jordan, Grace terdiam, dan membuat Jordan menggeram.
"Jawab aku, Grace!" sentak Jordan, pria itu mencengkram dagu Grace. Membuat gadis itu memejamkan matanya.
"Kau hanya milikku, Grace. Ingat itu jika kau lup_" ucapan Jordan terhenti ketika Grace menyelanya terlebih dahulu.
"Milikmu? Seriously, Jordan?" Grace terkekeh miris, gadis itu menatap Jordan dengan nanar.
"AKU BUKAN MILIKMU, JORDAN. BUKAN MILIKMU!" teriak Grace seraya dengan air matanya yang kembali luruh, dadanya bergemuruh. Emosinya memuncak.
"Kita hanya menjalani hubungan transaksional, Jordan. Kau membutuhkan tubuhku, dan aku membutuhkan uangmu. Jadi tidak ada kata memiliki di dalam hubungan kita, dan sekarang. Aku tidak mau lagi menjalani hubungan ini, aku minta maaf." Grace meronta, namun Jordan semakin memeluknya erat.
"Atas dasar apa kau berani berbicara seperti itu, Grace?"
"Sekarang kembalilah ke apartemen, tunggu aku," titah Jordan, Grace menggeleng.
"Tidak, aku tidak akan kembali ke sana,"
"Kembali ke apartemen sebelum aku bertindak jauh, Grace!" tekan Jordan, pria itu menatap tajam Grace.
"Aku tidak mau Jordan, lepaskan aku!" sentak Grace, Jordan mengeraskan rahangnya.
"Kembali ke apartemen sekarang, atau aku akan membuat orang-orang di sekitarmu celaka?"
Grace terdiam, gadis itu menatap tidak percaya ke arah Jordan.
"Kau brengsek, Jordan!"
"Yes, I love you more. Kembalilah, tunggu aku satu jam lagi, Baby." Jordan melumat paksa bibir Grace, sebelum akhirnya pria itu melepaskan Grace dan membiarkan gadis itu pergi.
"Kau tidak akan bisa pergi dariku, Grace," gumam Jordan.
**
Menit berlalu, kini Grace sudah tiba di apartemen. Tadi setelah bertemu dengan Jordan di toilet dan berdebat, gadis itu langsung kembali ke apartemen sesuai dengan perintah Jordan.
Grace memeluk lututnya sendiri, gadis itu kembali menangis. Ribuan belati menghujani hatinya, di saat ia menaruh harapan lebih kepada Jordan, di saat itu pula Jordan melukainya.
Seperti menggenggam kaca, semakin ia genggam erat. Semakin membuatnya terluka.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Emilia Dhamayanti
sad...grace
2024-11-24
0
Nanaa 774
wahh bngst kau jo🗿
2024-04-15
1
Senja🌗🥀💜
Jejak CintaKu untuk My Grace 🐾😘
Poor My Grace😭
2024-02-22
0