***
Grace duduk di kursi ruangan tempat pegawai beristirahat, gadis itu nampak menarik nafas, dan menghembuskannya secara kasar berulang kali. Hingga membuat sosok gadis yang baru saja datang mengernyit melihat Grace.
"Ada apa denganmu, Grace?"
Grace mendongak, ia menatap ke arah sosok gadis yang tak lain ialah sahabatnya.
"Aku sedang bingung, Jasmine," ujar Grace, Jasmine menghembuskan nafasnya pelan. Gadis itu duduk di sebelah Grace, menepuk pelan bahu Grace.
"Apakah ada masalah? Kau bisa berbagi denganku, ada apa?"
Grace menatap Jasmine, gadis itu terdiam sebentar sebelum akhirnya ia menceritakan pertemuannya dengan Thomas. Tidak hanya itu, Grace juga menceritakan niat Thomas.
"What the f*ck?" Jasmine terkejut.
"Yeah, begitu ceritanya. Jadi sekarang aku bingung, apakah aku harus menerimanya dan menyerahkan sesuatu yang berharga dalam diriku ini? Tetapi aku tidak pernah seperti itu, Jasmine. Bagaimana ini?" Grace mengerang, ia mengacak rambutnya dengan kasar.
Waktu terus berlalu, dan Thomas hanya memberikan waktu satu jam untuk ia berpikir tentang keputusannya.
"Lebih baik kau terima saja tawarannya, Grace. Bukan apa-apa, maksudku begini. Kau tau ... Tuan Jordan tidak pernah menyewa para jalangnya berkali-kali, dalam artian dia hanya menyewa seorang jalang untuk memuaskannya sekali. Jadi setelah kau memuaskannya dan mendapatkan uangnya, kau tidak akan lagi berhubungan dengannya. Kau paham apa yang aku ucapkan bukan?"
Grace mengangguk, "Jadi dia hanya menyewa jalang yang belum pernah dia pakai bukan?"
"Thats right!–Itu benar, jadi lebih baik kau terima saja,"
Grace menggigit bibir bawahnya, tiba-tiba dadanya berdebar. Bayangan-bayangan erotis menari di pikirannya.
"Tetapi aku tidak pernah melakukan itu," cicit Grace, Jasmine terkekeh. Gadis itu menggeleng gemas.
"Jangan pikirkan hal itu, Tuan Jordan pasti akan mengajarimu. Kau tau, kau adalah gadis beruntung malam ini. Jadi sekarang segeralah bersiap, aku tau ini adalah kesalahan. Setidaknya dari satu kesalahan ini kau tidak akan di keluarkan dari kampus, ayo aku bantu kau bersiap,"
Grace mencebikkan bibirnya, namun akhirnya ia berdiri dan segera bersiap.
...---...
Sementara di sebuah kamar pribadi milik Jordan, pria itu tengah duduk di sofa dengan kedua kakinya yang berada di atas meja depannya.
"Bagaimana dengan gadis tadi, Thom?"
Thomas mendesah pelan, ia menatap Jordan yang sedang memutar gelas kristal di tangannya.
"Sepertinya dia meno_" ucapan Thomas terhenti saat terdengar suara ketukan pintu beberapa kali.
Thomas tersenyum, pria itu segera melangkah ke arah pintu dan membukanya.
"S-selamat malam, Tuan,"
Thomas mengulas senyumnya, pria itu bernafas lega saat sosok yang di inginkan Tuan-nya sudah berdiri di hadapannya.
"Selamat malam, Nona Grace. Silahkan masuk, Tuan sudah menunggu Anda,"
Grace mengangguk lirih, gadis itu melangkah masuk dengan kaki yang berat. Setibanya di dalam kamar, Grace berdiri di samping Thomas dengan menunduk. Kedua tangannya saling meremas gelisah.
Jordan sendiri terus menatap intens ke arah Grace, bibirnya tersenyum smirk saat melihat Grace yang gugup.
Jordan merasa sangat beruntung saat Grace menerima tawarannya untuk menghabiskan malam panjang bersamanya. Sebagai seorang casanova handal, Jordan terobsesi dengan wanita muda cantik ini, yang menurutnya adalah simbol keberhasilan dan kekuasaannya. Dia merasa sangat bangga bisa mengendalikan kehidupan Grace, seolah-olah dia adalah penguasa absolut atas nasib gadis malang itu.
"Kemarilah gadis manis," titah Jordan, suara serak dan beratnya membuat Grace tersentak. Gadis itu mendongak, ia menatap Jordan.
Grace terdiam, tubuhnya mematung. Kedua matanya tidak berkedip saat melihat ketampanan Jordan, namun ia segera menggelengkan kepalanya saat tersadar dari lamunannya.
"Kemarilah, aku tidak suka berbicara dua kali dalam memberikan perintah!"
"B-baik, Tuan." Grace mendekati Jordan, gadis itu berdiri di depan Jordan. Hingga.
Brugh!
"Argh, Tuan!" pekik Grace terkejut saat tubuhnya di tarik Jordan hingga membuatnya duduk di atas pangkuan Jordan.
Grace ingin berdiri, namun Jordan menahan pinggangnya.
"Tetaplah duduk!"
Grace terdiam, ia menurut dan tidak lagi bergerak.
"Thom, berikan aku cek kosong dan tinggalkan kamar ini,"
Thomas mengangguk, pria itu mengeluarkan satu lembar cek kosong dan memberikannya kepada Jordan. Setelahnya pria itu membalikkan badannya dan melangkah pergi meninggalkan Jordan.
"Siapa namamu?" tanya Jordan tidak seperti biasanya, karena biasanya pria itu tidak akan berbasa-basi seperti saat ini.
"G-grace, Grace Hernandez. Tuan,"
Jordan mengangguk, pria itu membalikkan badan Grace menjadi menghadap ke arahnya. Kini, Grace duduk mengangkang di atas pangkuannya.
"Kau bisa isi berapapun nominal yang kau mau di cek kosong ini setelah kau membuatku puas, kau paham. Grace?"
Grace mengangguk, gadis itu mendongak, ia menggigit bibir bawahnya yang sialnya terlihat sangat sexy di mata Jordan.
"T-tetapi, Tuan. Saya tidak pernah melakukan hal seperti ini, jadi bisakah Anda mengajari saya terlebih dahulu? Saya bingung harus melakukan apa," jelas Grace dengan wajah memerah, gadis itu merasakan malu yang luar biasa. Sementara Jordan, pria itu tersenyum tipis, sangat tipis sekali.
"Kau tidak pernah melakukannya? Seriously? Jangan bercanda, Grace. Kau bekerja di tempat seperti ini, bahkan kau langsung menerima tawaranku di atas permasalahan yang sedang kau hadapi. Bukankah itu menunjukkan jika kau juga seorang jalang di sini? Mengangkang demi selembar uang, dan memuaskan kami para pebisnis VVIP?" hina Jordan dengan tertawa.
"Tidak ada wanita suci, Grace. Jadi jangan berlagak suci di depanku, Karena aku tau semua wanita yang bekerja di sini menjelma menjadi wanita pemuas nafsu," lanjut Jordan, pria itu meremehkan Grace. Membuat hati Grace terasa tertusuk belati.
Gadis itu berpikir jika Jordan tidak akan berpikiran negatif tentangnya, namun ia salah. Kini Jordan menghinanya, bahkan meremehkannya. Menghancurkan harga dirinya.
Rasanya Grace sangat menyesal menerima tawaran Jordan, ingin mundur. Namun Grace bukan pengecut, ia sudah terjun ke dalam permasalahan ini. Grace menguatkan dirinya, ia menatap Jordan dengan berani.
"Yeah saya memang seorang jalang, Tuan, dan jalang ini yang akan memuaskan Anda!" ketus Grace, ada perasaan sesak di benaknya ketika membenarkan ucapan Jordan yang sama sekali tidak benar.
Jordan terdiam, tangannya bergerak ke arah wajah Grace. Membiarkan jemari besarnya menyusuri wajah gadis itu dari kening, pipi, dan hinggap di bibir ranum Grace. Mengelus bibir Grace dengan ibu jarinya, Jordan melesatkan jemari itu ke dalam mulut Grace, dan menyusuri rongga mulut Grace.
Grace memejamkan matanya, ada sensasi aneh saat Jordan menyusuri rongga mulutnya dengan jemari besarnya.
"Kau sangat sexy, Baby," bisik Jordan, pria itu menjauhkan jemarinya dari bibir Grace. Kemudian ia menggendong Grace ala koala. Melangkah menuju ranjang, Jordan membaringkan tubuh Grace dan mengungkungnya.
Jordan menyeringai, pria itu terlihat sangat suka dengan raut wajah kebingungan, dan kepolosan Grace. Tidak sabar dengan sesuatu yang sudah membumbung, Jordan menyambar bibir Grace. Membuat Grace terkejut, gadis itu melototkan matanya.
Jordan sendiri terus menyapu bibir cherry itu, dan menggigitnya kecil agar Grace membuka bibirnya. Ketika terbuka, Jordan melesatkan lid*hnya dan menyapa setiap rongga mulut Grace.
Tidak ada lagi yang bisa Grace lakukan selain diam, kejadian ini sungguh membuat dirinya seakan mati kutu. Jordan terlalu tiba-tiba untuk dirinya yang masih polos.
Apalagi kini tangan besar Jordan sudah merayap kemana-mana, mengelus dengan lembut dan menciptakan geleyar aneh di tubuhnya. Setiap sentuhan asing dari Jordan yang baru pertama kali ia rasakan, membuatnya meremang.
Tubuhnya semakin bergerak gelisah, sementara tangan Jordan kini sudah berada di bawah. Pada area inti yang masih tertutup kain, mengelusnya dengan lembut dan mulai memasukkan tangan besarnya.
Membuat Grace melenguh, gadis itu melepaskan ci*m*nnya dengan Jordan, ia memejamkan matanya. Menggigit bibir bawahnya saat merasakan sensasi geli di bawah sana.
Jordan menyeringai, ia melepaskan tangannya dari area inti Grace. Kemudian ia menegakkan tubuhnya.
Srekkkk!
Krekkk!
"Tuan!" pekik Grace saat pakaian kerjanya di robek oleh Jordan hingga terkoyak dan menampilkan tub*hnya yang polos.
Jordan menjilat bibirnya sendiri, pria itu menuruni ranjang dan melepaskan semua pakaiannya tanpa tersisa. Membuat Grace mengalihkan pandangannya ketika tidak sengaja Grace menatap milik Jordan yang sangat bes*r, panjang, berur*t.
Jordan menaiki ranjang kembali, ia mengungkung Grace. Grace berusaha menutupi kedua b*ngkahan sintal miliknya.
"Kenapa di tutup, hm?"
"Saya malu, Tuan," cicit Grace, Jordan terkekeh dan menyingkirkan kedua tangan Grace. Menguncinya di atas kepala gadis itu.
"Bukankah kau seorang jalang? Kenapa denganku kau berkata malu, hm?" hina Jordan lagi, Grace memilih diam. Wanita itu ingin malam ini segera usai, dan ia segera pergi.
Kemudian pria itu menunduk, menyapa dua b*kit indah yang sedari tadi melambai kepadanya. Grace memekik tertahan saat mulut hangat Jordan menyusurinya, tidak ada lagi yang bisa menghalangi Jordan. Kini tangan besarnya pun sudah merayap ke bawah, menyapa area intinya dengan lembut.
Grace menggeliat, rasanya sangat aneh. Ada rasa nikmat dan nyeri yang menjadi satu, tubuhnya bergerak gelisah. Rasanya Grace benar-benar frustasi akan setiap sentuhan yang di berikan oleh Jordan.
Apalagi kini Jordan merosot ke bawah, membuka lebar kedua pahanya. Grace ingin bertanya, namun urung ia lakukan saat Jordan terlebih dahulu membenamkan wajahnya pada inti tubuhnya.
"T-tuan!"
"Yes, Baby," sahut Jordan dengan suara seraknya, pria itu mendongak sebentar menatap Grace yang memejamkan matanya dan menggigit bibir bawahnya. Jordan tersenyum, ia kembali menunduk dan menyapa inti Grace dengan lid*hnya.
Bermain-main pada inti tubuh Grace, hingga membuat gadis itu menggelinj*ng. Geli, itu yang Grace rasakan. Gadis itu menegakkan tubuhnya, tangannya tanpa sadar meremas helaian rambut Jordan.
Sungguh Grace ingin menggila, beberapa kali gadis itu terlihat menggeleng dan merancau.
"T-tuan, saya mau ... awas ... awas, Tuan!" tubuh Grace bergetar, gadis itu mengeluarkan cair*n yang sedari tadi ingin meledak dari inti tubuhnya. Sementara Jordan, pria itu masih di bawah sana, bermain-main.
Tubuh Grace melemah, gadis itu kembali membaringkan tubuhnya dengan nafas tersengal. Kini Jordan pun sudah menegakkan tubuhnya, tidak ingin menunda-nunda sesuatu hal yang sudah meronta ingin memasuki sarangnya.
Jordan memposisikan miliknya pada milik Grace, menggeseknya sebentar dan memberikan efek geli tetapi nikmat bagi Grace. Memegang kedua sisi pinggul Grace dan mulai mencoba mendorongnya.
Jordan mengernyitkan dahinya saat rasanya sangat susah, sementara Grace merintih.
"Kenapa susah sekali? Apakah kau sudah lama tidak pernah berhubungan seperti ini?" tanya Jordan, Grace tidak menjawab. Rasanya gadis itu tidak dapat bersuara menahan rasa perih di bawah sana, apalagi kini Jordan kembali mendorong miliknya.
Jordan mengusap buliran keringat di pelipisnya, dengan rasa sedikit kesalnya. Jordan mendorong lebih kencang lagi miliknya, hingga dalam sekali sentakkan miliknya terbenam habis, dan merobek sesuatu yang menjadi penghalang sejak tadi.
"s-sakit!" pekik Grace, gadis itu meneteskan air matanya saat merasakan tubuhnya seperti terbelah.
Jordan membelalakkan kedua matanya, pria itu menunduk dan melihat cairan merah pada batangnya.
"F*ck!" umpat Jordan, pria itu memejamkan matanya sebentar.
'Bagaimana bisa?'
Jordan menunduk, ia mengecup kedua mata Grace dan mengusap air mata gadis itu.
"Maaf ... maafkan aku, aku berjanji setelah ini tidak akan sakit," bisik Jordan, pria itu melumat bibir Grace. Memberikan sedikit ketenangan bagi gadis yang kini ia gag*hi.
Setelah lama Jordan berdiam diri, saat ini Jordan mulai menggerakkan miliknya. Memacu sesuatu yang sudah mengusik sedari tadi.
Grace yang tadinya merasakan sakit pun kini sudah lebih rileks, rintihan gadis itu tergantikan oleh suara aneh yang memanjakan telinga. Kamar yang tadinya dingin, kini terasa sangat panas karena pergulatan keduanya.
Jordan yang baru pertama kali merasakan seorang gadis p*r*w*n seperti mendapatkan semangat baru, pria itu terus menghujam milik Grace. Membuat gadis itu menggila.
"Tuan," gumam Grace, gadis itu menggeleng dengan gelisah.
"Call me Jordan, Baby!" Jordan mengeraskan rahangnya.
"J-jordan,"
"Yes, Baby. Kau mau apa, hm?"
Grace menggeleng, gadis itu memejamkan matanya saat serbuan nikmat ia rasakan.
"Arghh, Kau membuatku gila, Grace!" erang Jordan, pria itu terus menggerakkan pinggulnya. Semakin lama gerakannya semakin cepat dan kuat.
Rasanya benar-benar sangat nikmat.
Suara keduanya pun saling bersahutan, hingga beberapa menit kemudian. Grace dan Jordan tidak dapat lagi menahannya.
"Jordanhhh!" tubuh Grace bergetar, gadis itu memeluk erat tubuh kekar Jordan saat ia mendapatkan pelepas*nnya.
Setelahnya, kini giliran Jordan. Pria itu kembali menggerakkan pinggulnya dan mengejar pelepasannya.
"Kau benar-benar sangat nikm*t, Grace!" Jordan menghentakkan miliknya beberapa kali, sangking nikmatnya. Jordan sampai lupa jika ia mengeluarkan semua cairan cintanya ke dalam r*him Grace.
Tubuh Jordan ambruk di samping Grace, pria itu menarik tubuh Grace dan memeluknya, ia juga mengecup lembut kening Grace.
"Terimakasih, kau sangat membuatku puas. Tidurlah, dan biarkan seperti ini," ujarnya tanpa sadar, Jordan seakan lupa dengan kebiasaannya yang menyuruh wanita sewaannya untuk segera pergi meninggalkannya. Tetapi dengan Grace, kata terimakasih saja terucap dari bibirnya.
Jordan sendiri sedikit merasakan menyesal, karena beberapa waktu yang lalu telah melontarkan hinaan terhadap Grace.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Emilia Dhamayanti
gara2 baca season 2 dan 3 langsung cus ke sini bc season 1 nya
2024-11-24
0
Srikandy Mojangkarawang
🥰🥰 ❤❤❤
2024-04-28
0
Nanaa 774
wahh gila aja lo jord😌
2024-04-15
0