***
Grace mengerjapkan matanya beberapa kali, ia terdiam mencerna setiap ucapan Jordan. Sementara Jordan terkekeh, ia gemas sekali dengan ekspresi polos Grace.
Jordan mendekap tubuh Grace, pria itu mengecup lama kening Grace.
"Tidak usah di pikirkan, aku hanya bercanda. Milikmu masih sakit bukan? Masih ada hari esok, sekarang tidurlah." Jordan mengecup bibir Grace, dan mengelus puncak kepalanya. Pria itu mencoba menciptakan hal nyaman untuk Grace.
Grace tersenyum, gadis tersebut membenamkan wajahnya pada dada bidang Jordan dan mulai memejamkan matanya. Berada di pelukan Jordan seperti ini sungguh membuatnya nyaman, dan seperti di lindungi. Namun Grace mencoba untuk sadar diri akan siapa dirinya.
**
Keesokan paginya,
Grace berkutat di dapur, gadis itu tengah memasak untuk sarapannya dan Jordan. Tadi ia bangun terlebih dahulu dari pada Jordan.
Lama Grace berkutat dengan bahan masakan, kini semua bahan tersebut sudah matang, dan sudah ia sajikan di meja makan.
Grace berniat untuk membangunkan Jordan setelah ini, karena kini ia masih menikmati sebuah es krim miliknya. Grace berdiri bersandar pada kitchen set, gadis itu nampak sangat menikmati es krim tersebut hingga tidak menyadari kedatangan Jordan.
"Baby," panggil Jordan dengan suara seraknya, Grace tersentak, ia mendongak dan mengulas senyumnya.
"Kau sudah bangun, Honey?"
Jordan terdiam, ia menatap memicing ke arah Grace.
"Apa, Baby?" Jordan mendekat, ia merengkuh pinggang Grace dan menjil*t sisa es krim yang ada di sekitar bibir Grace. Membuat gadis itu tersentak akan tindakannya.
"K-kau sudah bangun? Maaf aku baru mau membangunkanmu," ujar Grace dengan terbata, gadis itu mendadak gugup setelah Jordan dengan berani menyapu bekas es krimnya.
"Tidak apa, tetapi aku bertanya kepadamu. Kau barusan memanggilku apa? Coba ulangi lagi, Baby,"
Grace terdiam, ia mencoba mencerna pertanyaan Jordan. Kemudian gadis itu mengulas senyumnya dengan wajah yang memerah.
"H-honey," cicit Grace terbata, gadis itu menunduk. Malu, ia sangat malu. Lihatlah kini wajahnya sudah seperti tomat busuk, merahnya hingga kedua telinganya.
Bibir Jordan pun terasa berkedut, rasanya ia ingin tertawa. Namun ia tidak ingin membuat Grace semakin malu.
Jordan mengangkat dagu Grace dengan jemari telunjuknya, menghadapkan wajah gadis itu ke arahnya.
"I like that call\, but I like you calling my name more ... Jordan\, when und*r my b*dy–Aku suka panggilan itu\, tetapi aku lebih suka kau memanggil namaku ... Jordan\, saat berada di baw*h tub*hku\,"
Grace menggigit bibir bawahnya, ucapan Jordan barusan membuatnya tidak aman. Hatinya berdebar, rasa panas menjalar di wajahnya. Rasanya Grace ingin teriak.
"Jangan pernah menggigit bibirmu seperti itu, Baby. Karena kau terlihat sangat s*xy, hm." Jordan mengerang, pria itu menghimpit tubuh Grace dengan tubuhnya dan kitchen set, ia mengambil alih es krim milik Grace, dan menaruhnya di atas kitchen set. Kemudian Jordan mengarahkan kedua tangan Grace di belakang tubuh gadis itu, dan menahannya dengan tangan kirinya.
Sedangkan tangan kanannya, bergerak menurunkan tali lidi milik Grace.
Jordan menyeringai, pria itu mengambil es krim milik Grace, dan membuat segala sesuatunya menjadi berantakan. Namun berakhir dengan nikmat. Rasa dingin dan hangat Grace rasakan, membuat ia semakin frustasi.
"Jordan,"
"Yes, Baby?" Jordan melepaskan sesuatu dimulutnya, pria itu mendongak dan menatap sayu ke arah Grace yang juga menatapnya.
"Please?"
"Sh*t!" umpat Jordan, kepalanya terasa pening saat mendengar permohonan Grace dengan suara mendayu.
Jordan membalikkan tubuh Grace menjadi membelakanginya, memulai sesuatu yang tidak dapat lagi di tahan. Grace semakin tersentak, gadis itu berpegangan erat pada kitchen set. Jordan sangat gila. Bagaimana bisa pria itu melakukannya di sini dan sekarang? Apalagi dengan posisi seperti ini, posisi asing menurut Grace.
"Hmm, Jordan," gumam Grace, semakin bergumam saat Jordan memulai semuanya.
"Baby," Jordan menggeram.
Jordan mulai melakukan sesuatu hal yang membuat keduanya melayang tinggi, mencapai sesuatu yang tidak dapat di elakkan lagi.
Menciptakan sesuatu tanpa sadar yang semakin membuat keduanya terjebak dalam hubungan yang membelenggu.
Hingga akhirnya, segala sesuatunya sudah tidak dapat mereka tahan lagi. Baik Grace, maupun Jordan.
Dengan nafas yang memburu, Jordan mengecup kening Grace.
"Terimakasih, Baby,"
***
Menit berlalu, setelah adegan keduanya pagi ini. Mereka langsung membersihkan tub*h, dan mulai sarapan paginya yang sudah telat.
Kini keduanya pun sudah berada di ruang tengah, Grace nampak membantu Jordan memasang dasi pria itu. Jordan sendiri menatap Grace yang nampak serius.
"Baby,"
Grace mendongak, "Kenapa, Honey?" tanya Grace.
"Ada beberapa kesibukan yang membuatku tidak bisa mengunjungimu selama satu minggu ke depan, aku harap kau tidak bertindak macam-macam karena kau terikat denganku. Kau paham bukan?"
Grace terdiam, namun setelahnya gadis itu mengangguk.
"Iya, Honey. Memangnya kau mau kemana?" tanya Grace.
"Aku menyediakan mobil untukmu pergi berbelanja atau berkuliah, jika selesai kuliah kau bisa langsung kembali dan tidak usah pergi kemana-mana jika itu tidak penting. Jika memang ada temanmu mau kemari silahkan, asalkan kau tidak membawa seorang pria. Karena aku tidak menyukainya," bukannya menjawab pertanyaan Grace, Jordan lebih memilih mengatakan hal lainnya.
Grace menghembuskan nafasnya pelan, ia mengangguk kembali.
"Iya, Honey. Kau tenang saja, aku tidak akan membawa seorang pria. Mungkin Jasmine,"
"Jasmine?" beo Jordan.
Grace tersenyum, gadis itu menepuk simpul dasi Jordan yang sudah rapi.
"Hum, Jasmine. Sahabatku, Honey,"
Jordan mengangguk, pria itu merengkuh pinggang Grace dan membenamkan wajahnya pada curuk leher Grace. Menghirup aroma tubuh gadis itu yang membuatnya candu.
Setelahnya Jordan menjauhkan wajahnya dari curuk leher Grace, dan menatap Grace.
"Aku pergi dulu, aku sudah tinggalkan kunci mobil dan kartu untukmu di atas nakas. Kau bisa memakainya, jaga dirimu baik-baik selama tidak bersamaku. Jangan melakukan hal yang tidak aku sukai atau kau akan tau hukumannya," ujar Jordan, Grace kembali mengangguk.
Jordan mengulas senyumnya, pria itu melumat bibir Grace sebentar.
"Aku akan merindukanmu, Baby." Jordan mengecup kening Grace sebelum akhirnya pria itu pergi keluar dari apartemen.
Seperginya Jordan, Grace menggedikkan kedua bahunya.
"Kenapa jika aku bertanya tentang hal pribadinya dia selalu tidak menjawab? Apakah pertanyaanku kurang jelas?" gumam Grace, gadis itu melangkah masuk ke dalam kamar.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Srikandy Mojangkarawang
🥰🥰
2024-04-29
0
◌⑅⃝(꜆˘͈Chy˘͈꜀)⑅⃝◌
ᥬ😘᭄ ᥬ😘᭄ ᥬ😘᭄ ᥬ😘᭄ ᥬ😘᭄
2024-02-11
0
Sri Wahyuni
so sweet bgt mrk bedua🤭🤭❤️
2024-02-10
0