***
Grace menelan obat yang baru saja ia beli, kemudian ia menghembuskan nafasnya pelan.
Drrttttt ... drrttttt ... drrttttt
Ponsel Grace berdering, membuat gadis itu terjingkat. Grace meraih ponselnya, ia melihat nama Jasmine tertera di layar.
Menggeser tombol hijau, lalu mendekatkan ponselnya ke telinga.
"Ada apa? Kita baru saja bertemu, Jasmine,"
Jasmine terkekeh di sebrang sana, membuat Grace mendengus.
"Apakah nanti malam kau sibuk? Aku ingin mengajakmu pergi ke club, sudah lama kita tidak menikmati waktu berdua bukan? Kita jalankan rencanamu mulai malam ini," ucap Jasmine.
Grace terdiam, gadis itu nampak memikirkan sesuatu. Setelah pembicaraannya dengan Jasmine tadi sore, Grace bertekad untuk membuat Jordan jatuh ke dalam pesonanya, dan menyesali akan perbuatannya. Ntah benar atau salah, tetapi Grace sudah bertekad.
"Bagaimana, Grace?" tanya Jasmine sekali lagi, membuyarkan lamunan Grace.
"Lihat nanti, Jordan bilang jika dia akan kemari. Jika dia kemari mana mungkin aku bisa keluar?"
"Yeah, kalau begitu kabari aku nanti. Tetapi menurutku dia tidak akan datang, mana mungkin pengantin baru menghabiskan waktunya bersama sugar babynya, hm?"
"Sialan!" umpat Grace, membuat Jasmine terkekeh di sebrang sana.
"Yasudah kalau begitu, aku tutup dulu telefonnya. Kabari aku nanti,"
"Hm," jawab Grace dengan berdehem, setelahnya panggilan telefon keduanya terputus.
***
Mansion Rodriguez.
"Kau terlalu kasar kali ini, Sayang. Ada apa denganmu? Apakah kau sedang marah?" Jessica menatap Jordan, tangannya terulur mengelus rahang tegas suaminya.
Jordan mencekal pergelangan tangan Jessica, pria itu menatap tajam ke arah wanita di depannya.
"Kau menikmatinya bukan?" Jessica mengangguk.
"Yasudah." Jordan beranjak bangun, ia meraih boxer miliknya dan memakainya.
"Aku tidak akan pulang nanti malam, tidak usah menungguku. Kau mengerti, Jes?"
"Kau mau kemana? Apakah ada urusan?"
Jordan membalikkan tubuhnya, ia menatap Jessica yang sudah duduk di bibir ranjang.
"Kau masih mengingat perjanjian pernikahan kita bukan? Segala hal tentangku, kau tidak berhak bertanya maupun mencampurinya. Kau ingat bukan?"
Jessica menghembuskan nafasnya pelan, wanita itu menatap sendu ke arah suaminya.
"Jika seperti ini, untuk apa kau menikahiku. Jordan, kenapa kau tidak batalkan saja pernikahan kita hah?"
Jordan terkekeh, ia mendekati Jessica dan meraih dagu wanita itu.
"Kenapa harus di batalkan, Honey? Apakah kau tidak mau menyandang nama Rodriguez di belakang namamu? Bukankah itu keinginanmu selama ini?" Jordan tersenyum smirk, pria itu menyentak dagu Jessica hingga wajah wanita itu tertoleh dengan kasar.
Setelahnya Jordan pergi meninggalkan Jessica.
***
Malam harinya,
Grace menunggu kedatangan Jordan, sudah pukul 11 malam, dan pria itu tidak kunjung datang. Sekedar mengabari pun tidak.
Grace merasa kesal, kekecewaan kemarin belum sepenuhnya sembuh dan sekarang Jordan menambah dengan kekesalan yang baru. Grace menghembuskan nafasnya pelan, setelahnya gadis itu segera menghubungi Jasmine.
**
Royal Wellington Club, 12.00 AM.
"Dia tidak mengabarimu?" tanya Jasmine, gadis itu memutar gelas kristal di tangannya.
"Tidak, biarkan saja. Mungkin dia sedang menikmati waktu bersama istrinya," jawab Grace, gadis itu meneguk wine di tangannya.
Jasmine tiba-tiba terkekeh, gadis itu meletakkan gelas kristal di meja dengan kasar.
"Sepertinya Jordan sosok pria sakit, lihatlah di sana." Jasmine menunjuk ke depan, di meja nomor 10 dekat lantai dansa.
Terlihat Jordan sedang bersama beberapa pria, dan di temani oleh beberapa wanita club, dan salah satu wanita itu duduk di atas pangkuan Jordan. Beberapa kali mereka terlihat bermesraan, membuat Grace merasakan sesak luar biasa.
"Apakah memang dia tidak cukup dengan satu wanita? Aku kira statusnya yang duda, dan menarikku menjadi sugar babynya karena dia memang menginginkanku, ternyata tidak. Dia hanya butuh kehangatanku, bahkan dia sudah memiliki istri pun masih bisa seperti ini dan menahanku bukan?" Grace terkekeh miris, tidak ada yang bisa di harapkan dari Jordan.
"Tidak ada yang bisa di harapkan dari Jordan, Jasmine. Lalu untuk apa aku menjeratnya jika dia saja seperti ini?" Grace mengalihkan pandangannya, saat tatapannya dan Jordan bertemu.
Jasmine menepuk tangan Grace, "Setidaknya buat dia menyesal telah berbuat seperti ini kepadamu, ntah apa yang ada di otak pria itu. Lupakan perasaanmu kepadanya, aku tidak rela jika kau mencintai pria seperti Jordan. Tinggalkan dia secepatnya jika keadaan sudah aman,"
Grace mendesah pelan, "Aku mau ke toilet sebentar." Grace beranjak dari duduknya, gadis itu ingin melangkah ke toilet. Namun belum jauh langkahnya, seseorang menabrak tubuhnya hingga hampir saja terjatuh dan membuat pakaiannya tersiram wine.
Brughh!
"Arghhh!" teriak Grace sembari memejamkan matanya, gadis itu menetralkan degup jantungnya karena terkejut. Sebelum akhirnya ia membuka matanya ketika merasa tubuhnya melayang.
"Kau tidak apa-apa? Maafkan aku," ujar seorang pria dan membantu Grace yang meronta ingin berdiri.
"Tidak apa-apa, permisi." Grace ingin melangkah lagi, namun pergelangan tangannya di tahan sosok pria itu.
"Tunggu, aku sudah membuat pakaianmu kotor. Setidaknya biarkan aku bertanggungjawab," ujarnya, Grace terdiam. Gadis itu menunduk dan melihat dress nya yang memang basah.
Grace menoleh ke belakang, ke arah Jasmine yang mengangguk.
"Baiklah," jawab Grace, pria itu tersenyum.
"Kalau begitu ikut aku sebentar, aku harus berpamitan dengan seseorang terlebih dahulu. Mari." Pria itu mengulurkan tangannya ke arah Grace, Grace menerimanya dengan ragu. Karena sudah bisa di pastikan saat ini Jordan sedang menatapnya, namun demi tekadnya dan melupakan perasaannya. Grace menerima uluran tangan pria itu.
Pria itu melangkahkan kakinya menuju meja nomor 10, yang membuat jantung Grace berdetak dengan kencang. Wajahnya seketika memucat saat kedua matanya menatap tatapan tajam Jordan yang di layangkan kepadanya.
"Kak Jordan," panggil pria itu, membuat Grace memejamkan matanya sebentar dan menggigit bibir bawahnya.
'Sial!' runtuk Grace, gadis itu sama sekali tidak berani menatap Jordan.
"Aku pergi dulu tidak apa-apa bukan? Aku ingin mengantarkan Nona ini, lihatlah pakaiannya kotor karenaku,"
"Pergilah,"
Pria tersebut tersenyum. "Oke, maafkan aku yang tidak bisa menghabiskan waktu lebih lama. Kalau begitu ayo, Nona. Biarkan aku mengantarkanmu membeli pakaian dan kembali," ujarnya, Grace mendongak dan langsung mengalihkan tatapannya ketika Jordan melayangkan tatapan membunuh ke arahnya.
"I-iya, Tuan,"
Pria itu tersenyum, "Jangan memanggilku, Tuan. Panggil saja Luke,"
Grace tersenyum tipis, "Baiklah, Luke. Bisakah kita pergi sekarang?"
Luke terkekeh, "Maaf, kalau begitu aku pergi dulu Kak Jordan, Thomas, Simon." Luke melangkahkan kakinya bersama Grace menjauh dari meja Jordan.
Jordan yang melihat semakin mengeraskan rahangnya, tangannya mengepal dengan kuat. Dadanya terasa terbakar.
"Kau, masuklah ke dalam kamar. Puaskan aku sekarang juga!"
"Dengan senang hati, Tuan." wanita itu mengecup dada bidang Jordan, sebelum akhirnya ia turun dari pangkuan Jordan dan menuju kamar pria itu.
"Thom, kau paham tugasmu bukan?"
"Saya paham, Tuan,"
"Bagus." Jordan berdiri, amarahnya sudah memuncak, dan ingin segera di lampiaskan.
"Ada apa dengan, Jordan? Kenapa dia seperti marah setelah melihat Luke dengan gadis tadi?" tanya Simon saat Jordan sudah pergi, Thomas menggedikkan bahunya.
***
Ada visual di ig ya, besok huru-hara semakin besar, persiapkan diri 🤣🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Nanaa 774
rasain kau jo🤣
2024-04-15
0
Princes Novi
mampus kau jor hahahha
2024-02-19
0
penikmatkopi
Ati ati Jordan pnykt klmn wkwkwk
2024-02-19
1