Setelah aku dan mas Yogi menjalani hubungan dengan mulus bertahun-tahun dengan nyaman meski LDR dan jarang komunikasi namun kami tetap menjaga komitmen kami. Sampai tibalah dimasa aku selesai menempuh pendidikan dan akan mencoba dunia kerja.
"alhamdulillah.. Akhirnya aku benar-benar lulus kuliah yah, aku menepati janjiku pada ayah ". Seruku pada sang ayah setelah aku keluar dari ruang wisuda dan menemui keluargaku
"iya Re, ayah bangga sama kamu, kamu benar-benar membuktikan pada ayah kalau kamu benar-benar ingin mencapai cita-cita kamu". Ayah menjawab dengan hampir menitikkan air mata, karena aku tau pastilah berat perjuangan ayah dalam membiayaiku
"terimakasih kak, sebab kamu pernah mengujiku dengan kalimat yang menjadikanku lebih berfikir positif". Kembali aku memeluk kakak perempuan ku yang kala itu menentang pendidikanku
Namun ternyata, dialah yang paling berperan penting dalam kelangsungan kuliahku. Karena dia yang mengolah lahan ayah dan hasilnya digunakan untuk memenuhi kebutuhanku selama kuliah.
"iya Re, sama-sama.. Akupun bangga sama kamu, setidaknya keluarga kita ada yang menjadi orang sukses dibidang yang tinggi, yaitu kamu". Kali ini kakak ku menjawab dengan sendu tanpa tekanan sedikitpun
"ayo kita kembali ke asrama ku .. Kita istirahat disana ". Aku mengajak keluargaku untuk beristirahat diasarama diruang tamu. Karena aku yakin pasti mereka lelah
Kami pun beranjak meninggalkan tempat wisuda dan menuju asramaku.
Selang berapa waktu akupun pulang kekampung halamanku untuk mencari pekerjaan, dan ternyata meski aku lulusan dari kampus ternama, tetap susah mencari pekerjaan karena sama sekali tidak memiliki relasi didalam tempat-tempatku melamar kerja.
Dan ternyata belumnya aku mendapat pekeejaan menjadikan aku bukan-bulanan keluarga mas Yogi.
"percumah lulusan kampus unggulan, jurusan bagus .. Tapi nggak kerja .. Kalau nggak kerja ngapain pacaran sama anakku". Ucapan ibu mas Yogi kepada wanita disebelahnya, namun terdengar olehku karena aku berada diwarung dekat situ. Dan aku yakin ibu mas Yogi sengaja berkata seperti itu agar aku mendengar
Aku pura-pura tak mendengar ucapan ibu mas Yogi dan langsung beranjak pergi meninggalkan warung setelah membayar belanjaanku
"yang dikatakan ibu mas Yogi memang benar, tapi sudah berusaha.. Masak hal seperti itu dipermasalahkan". Aku menggerutu diperjalanan pulang. karena jadi pengangguran juga bukan keinginanku
Beberapa minggu selanjutnya mas Yogi pulang kekampung halaman dan datang menemuiku. Masih seperti dulu, datang dan didampingi ayahku.
"mas,, ibumu tidak suka dengan hubungan kita mas, kata ibumu aku ini hanya pengangguran, nggak pantes aku dampingin kamu". Aku menyampaikan apa yang beberapa minggu lalu aku dengar
"ibumu benar, karena percumah jurusan bagus lulusan kampus bagus tapi gak kerja, jujur saja aku merasa tidak enak hati mas, aku juga sudah berusaha melamar kerja, tapi belum ada yang terima". Sambungku seakan tak memberinya waktu menjawab
"yang menjalani kan kita dek, aku dan kamu, bukan ibuku, anggap saja omongan ibuku sebagai motivasi agar kita semakin semangat mengejar mimpi, jangan diambil hati ". Katanya memberiku masukan agar tak terlalu difikirkan
"iya sih mas, tapi tetap saja kamu kan anak ibumu, ibu mana yang tak mau melihat anaknya punya pasangan yang punya kerjaan bagus". aku masih kekeh dengan dongkolnya hatiku
"yasudah dek, gak usah dibahas lagi, mas kesini mau pamit berangkat kuliah lagi, tinggal 1 semester lagi mas wisuda, jadi mas mau fokus ngurus skripsi". Ujarnya menyampaikan niat utamanya datang menemuiku
"baiklah mas, hati-hati dijalan, fokuslah skripsi dan segera wisuda agar bisa langsung kerja". Aku menyemangati mas Yogi sebelum kami berpisah lagi
"iya .. Pasti itu dek .. Mas pamit ya dek, pak saya pamit.. Assalamualaikum ". Pamitnya saat meninggalkan rumahku
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments