Di Apartement!

Sepekan telah berlalu, kini waktunya Maryam bangun dari dunia mimpinya. Bagi Maryam yang tidak bisa jauh dari Ummi dan Abbi, sepekan terasa bagai sedetik. Ia yakin, si curuk Danish pasti akan membatasi ruang geraknya.

"Maryam, sayang. Jaga dirimu, nak." Ummi Raina memeluk putri manjanya. Beliau meneteskan air mata, padahal beliau tahu setiap wanita memang harus mengikuti suaminya, namun tetap saja kesedihan mendera hati di saat anak manja kesayangannya meninggalkan rumah.

"Kami akan berkunjung, segera!" Sambung Abbi Shawn sembari mencubit pelan hidung bangir putri cantiknya.

Akhirnya Maryam akan meninggalkan rumah kebanggaannya, ia juga sudah tahu cobaan baru sudah menunggu di depan namun tetap saja ia harus menguatkan tekad dan berdiri setegar karang, tak kan bergerak walau sekeras apa pun ombak ataupun badai menghantam.

"Nak, tolong. Jaga putri kami." Abbi Shawn memeluk Danish, menepuk pundak menantu barunya. Beliau bersyukur untuk nikmat waktu yang ia terima, setidaknya sepekan bersama putri berharganya jauh lebih baik dari pada tidak sama sekali.

Abbi, kenapa Abbi meminta itu darinya? Dia bukan manusia, jadi dia tidak akan mendengar sekeras apa pun Abbi meminta pertolongan. Doakan saja putrimu ini agar tidak lemah. Maryam bergumam sembari menatap kearah lain, ia menghapus sudut mata dengan punggung tangannya.

Setelah berpamitan, Danish dan Maryam langsung meninggalkan Mansion Dinata. Keduanya meluncur menembus padatnya jalanan ibu kota.

Maryam!

Gadis anggun itu kembali ke mode senyap, jangankan menatap wajah Danish, ia bahkan terlalu malas untuk membuka mulutnya.

"Kita tidak akan tinggal di rumah Mama."

Terserah, aku tidak perduli. Maryam kembali bergumam di dalam hatinya. Sejak meninggalkan Mansion Dinata ia hanya duduk diam sembari menatap kearah padatnya jalanan.

"Jika Mama dan Papa melihat hubungan kita tidak sehat, mereka pasti akan bicara seperti petasan yang menyambar. Dan aku tidak suka itu, satu-satunya jalan adalah meninggalkan rumah dan tinggal di apartement." Danish menjelaskan posisinya, ia masih fokus menatap ke arah padatnya jalanan.

"Kau tidak perlu menjelaskan apa pun. Lagi pula, aku tidak tertarik mendengar ceritamu, dan aku tidak berharap banyak darimu." Timpal Maryam yang terlanjur tak bersemangat. Danish yang duduk di sebelahnya hanya menganggukkan kepala pelan, memang seperti itu seharusnya musuh saling membalas, tak perlu berkomunikasi panjang kali lebar. Akhirnya, perjalanan pagi ini berakhir dengan diamnya dua insan yang saling mengabaikan.

Dua jam kemudian, Maryam dan Danish sudah memasuki area apartement. Keduanya akan tinggal di lantai dua puluh tiga. Dua tahun lalu Danish menggelontorkan banyak uang untuk membeli apartement di gedung itu, ia sudah memprediksi hari seperti ini akan segera tiba. Tinggal bersama musuh, walau ia memberikan hukuman untuk sosok yang di bencinya tak ada yang akan membela.

"Kita akan tinggal di sini."

"O iya, satu lagi. Kau tidak boleh menginjakkan kakimu di kamarku. Jika kau berani melakukan itu, aku tidak akan segan-segan memberimu pelajaran.

Bagiku, kau hanya musuh, dan tak lebih dari sekadar kucing liar. Jadi, walau aku menggantungmu di kamar mandi, aku tidak akan pernah menyesal apa lagi sampai kasihan. Itu artinya, kau harus berhati-hati saat berada di sekitarku." Danish menunjukkan taringnya, sepekan yang lalu saat ia berada di rumah mertuanya ia bersikap seperti anak anjing manis, namun sekarang ia tak lebih dari sekedar singa yang akan menerkam mangsanya.

Maryam!

Gadis anggun itu benar-benar tak gentar, dalam dirinya mengalir darah seorang pejuang. Ia bisa bertarung untuk dirinya sendiri, jadi dia tidak perlu merengek di bawah ketiak Ummi dan Abbinya.

"Itu kamarmu, kau istirahatlah, kita akan bertemu pukul lima sore. Kita akan mampir kerumah Mama, pastikan kau jaga sikapmu selama kita berkunjung."

Setiap kata yang keluar dari lisan Danish selalu saja membuat Maryam mengelus dada, ia ingin mengumpat namun itu bukanlah sikap seorang muslimah yang baik. Iya, sejak meninggalkan mansion Dinata Maryam menguatkan tekadnya untuk terus berhijab, ia tidak akan membongkar pasang hijabnya seperti yang ia lakukan sebelumnya. Jika hidayah datang merengkuhmu, jangan abaikan, peluk ia dengan tekad yang kuat, kemudian mohon pertolongan pada Tuhan agar memberikan Rahmat dan kemudahan untukmu. Jika terasa berat, kau tetap harus bertahan, karena hanya pejuang yang akan menjadi pemenang, dan pecundang akan menangis di belakang.

"Apa kau sudah selesai?"

Berlama-lama melihat wajahmu membuatku semakin kesal. Batin Maryam tanpa melepas tatapannya dari wajah kecut Danish.

"Jika sudah, aku ingin istirahat."

Tidak ada balasan Dari Danish, namun matanya mengisyaratkan ia tidak ingin berlama-lama dengan sosok di depannya. Maryam pun merasakan hal yang sama karena itulah ia balas mencueki sosok angkuh di depannya.

Aku lebih pintar dalam membalas setiap tindakan tidak adil, aku akan membalas dengan balasan yang setimpal. Jadi, jangan pernah berharap aku kan bersikap lunak walau hanya di dalam mimpimu. Untuk kesekian kalinya Maryam kembali bergumam, ia masuk ke dalam kamarnya sembari menarik koper yang ia bawa dari rumah.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!