Amarah Ummi!

Hahaha!

Suara tawanya bergema, entah apa yang membuat Danish bertingkah seperti Iblis. Apakah baginya lucu saat melihat orang lain menderita? Dimana hati nuraninya? Eits, jangan tanyakan itu. Karena nalurinya sebagai manusia telah mati tiga tahun yang lalu.

"Apa kau yakin sudah memerintahkan wartawan agar membuat beritanya viral?"

"Jika kau gagal, maka siap-siap menerima kematianmu." Dengan kuasanya Danish bisa melakukan apa saja. Jangankan membayar wartawan, ia bahkan sanggup menjungkir balikkan dunia orang yang telah berani mengusiknya.

"Saya melakukan seperti yang Tuan inginkan, saya yakin Nona Maryam..." Ucapan Leo tertahan di tenggorokannya, tatapan tajam Danish membuatnya merinding.

Seharusnya Leo tidak menyebut Maryam dengan panggilan Nona, karena satu kata itu terlalu berharga untuk sosok Maryam yang tak ubahnya seperti jalangg tak berguna, dan itu hanya pendapat Danish saja.

"Tuan tidak perlu khawatir, saya yakin keluarga wanita itu pasti sudah menyaksikan beritanya." Lapor Leo meyakinkan.

"Bagus, sekarang kau boleh pergi." Dengan santainya Danish berucap tanpa menatap lawan bicaranya. Ia penasaran perpecahan apa yang akan terjadi di mansion Dinata.

Sementara itu di tempat berbeda, Ummi Raina sedang menyiapkan kopi untuk suami dan putranya, hari ini hari minggu dan seperti biasa semua anggota keluarga akan berkumpul di ruang keluarga, duduk bersama dan saling berbagi cerita.

"Ummi, Ummi..." Alkea berlari sembari menuruni anak tangga, hampir saja ia terjatuh namun untungnya tangannya segera berpegangan pada pembatas tangga.

"Pelan-pelan sayang, bagaimana jika kau terluka?" Hasan yang melihat istrinya hampir terjatuh tanpa sengaja berteriak membuat Abbinya terkejut.

"Ummi, Abbi, apa kalian sudah melihat berita pagi ini?" Alkea menyalakan televisi, wajahnya pucat, ia shock dan tak pernah menyangka berita yang melibatkan Maryam menjadi headline utama.

Berita utama, seorang gadis muda di temukan di sebuah kamar hotel bintang lima, kuat dugaan mereka bukan pasangan menikah. Belum ada klarifikasi dari kedua belah pihak yang bersangkutan, namun kuat dugaan sosok di balik foto tersebut adalah adik dari pengusaha sukses pemilik Genius Group, Hasan Dinata.

Bagai di sambar petir di siang bolong, Ummi Raina langsung tumbang. Ia shock sampai tidak bisa menahan kejutan pagi ini.

"Ummi." Dengan cepat Hasan meraih lengan Ummi Raina, ketakutan mulai memenuhi rongga dadanya. Berharap apa yang di dengarnya pagi ini hanya kebohongan saja.

"Ada apa dengan Ummi?"

"Ummi tidak perlu memikirkannya, Abbi yakin itu hanya berita bohong untuk memecah belah keluarga kita." Abbi Shawn menuntun Ummi Raina untuk duduk di sofa.

"Bi, bagaimana jika beritanya benar? Apa yang harus kita lakukan? Maryam kita yang berharga, orang-orang akan menghinanya!" Ummi Raina meneteskan air mata, beliau membayangkan wajah putri manjanya tanpa dosa.

Enam jam berlalu sejak berita itu di tayangkan pihak media, keluarga Dinata terlihat tidak baik-baik saja. Mereka sedang menantikan kedatangan Maryam yang saat ini masih berada dalam perjalanan. Pucuk di cinta ulam pun tiba, Maryam memasuki rumah dengan wajah tak bersemangat. Otak cerdasnya sedang merangkai kata, ia berpikir keras bagaimana caranya menceritakan segalanya tanpa ada yang perlu di tutup-tutupi. Sesaat setelah melihat kedatangan Maryam, Ummi Raina bergegas menghampiri putrinya.

"Maryam, nak."

"Selama ini Ummi dan Abbi melakukan segalanya untukmu, tak pernah sekalipun kau melakukan hal yang akan membuat kami kecewa."

"Ka-katakan pada Ummi kalau semua yang Ummi dengar di media itu hanya berita bohong? Ayo jawab, Ummi ingin mendengar jawabanmu." Ummi Raina mendesak Maryam. Sayangnya, gadis itu tidak bisa berbohong, ia terdesak, jawaban apa yang harus ia berikan saat dirinya tidak punya jawabannya.

"Ummi, maaffff!" Lidah tidak bertulang, ucapan itu langsung terucap dari lisan Maryam tanpa beban. Karena itulah ia tidak berani melihat ekspresi kecewa Umminya.

Plakk!

Satu tamparan mendarat di pipi mulus Maryam, belum sempat gadis itu memberikan pembelaan, tamparan kedua kembali mendarat di pipinya.

Plakk!

Plakk!

Dan begitu seterusnya, hingga tamparan keempat Maryam tetap membisu dengan air mata yang tidak bisa berhenti menetes. Jika perasaannya saja kacau, lalu bagaimana dengan keluarganya?

"Ummi hentikan, lihat wajah putri kita, dia sangat menderita." Abbi Shawn memegang lengan Ummi Raina, menariknya mundur agar tidak menyakiti Maryam lagi.

"Lepaskan Ummi, Bi. Lepaskan!" Mendapat bentakan pertama dari istrinya setelah puluhan tahun bersama membuat Abbi Shawn mematung, beliau terkejut.

"Ini urusan Ummi dan Maryam, jadi jangan ada yang berani ikut campur." Tidak ada yang berani membuka suara setelah Ummi Raina memberikan titahnya.

"Maryam, apa kau tidak malu?"

"Apa kau tidak melihat Ummi dan Abbi?"

"Apa kau masih menganggap kami sebagai orang tuamu?"

"Dosa apa yang Ummi buat sampai harus mendengar berita buruk ini?" Ummi Raina mencengkram keras lengan Maryam. Untuk pertama kalinya amarah beliau meledak.

"Ummi tidak ingin melihat wajahmu!"

"Rasanya hidup Ummi sia-sia saja. Ya Rabb, kenapa kau tidak mengambil nyawaku saja sebelum peristiwa buruk ini terjadi." Ummi Raina meneteskan air mata tanpa suara, melihat Umminya menangis karena ulahnya membuat Maryam tercekik. Ia marah pada takdir, dan ia lebih marah pada pria kurang ajar yang telah berani mengambil kesempatan saat dirinya tak sadarkan diri.

Kau salah memilih berurusan denganku. Lihat saja nanti, aku pasti akan membunuhmu. Jika kau hanya menyakitiku, aku masih bisa menahan rasa sakit itu. Karenamu Ummi menangis, dan aku tidak akan pernah memaafkanmu untuk itu. Batin Maryam sembari menghadirkan wajah tampan nan dingin pria itu, pria kurang ajar yang telah menempatkannya pada posisi menjijikkan. Marah, sedih, kecewa, semua perasaan itu melebur menjadi satu, Maryam yang tidak bisa menanggung beratnya beban ini hanya bisa menatap punggung Ummi Raina yang semakin menjauhinya.

Maafkan Maryam karena telah mengecewakan Ummi. Alangkah baiknya jika Maryam tidak pernah terlahir, dengan begitu Ummi tidak perlu melalui penghinaan ini. Batin Maryam di tengah keputusasaannya menanggung amarah Umminya, dan di detik selanjutnya ia mulai kehilangan kesadaran.

...***...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!