Mengobati Danish!

Setelah sarapan, Maryam mulai bersiap dengan pakaian yang sudah di sediakan Bunda untuknya, ia bersiap di lantai dua, di kamar pribadi Danish jika pria itu sesekali berkunjung di kediaman kedua orang tuanya.

"Kau pasti menganggap tempat ini seperti rumah orang tuamu setelah mendapat perlakuan manis dari kedua orang tuaku." Celetuk Danis begitu ia memasuki kamarnya. Dua puluh menit yang lalu ia sedang bicara santai dengan Ayahnya sambil bermain catur di halaman belakang. Ia selalu menampakkan sikap ketidaksukaannya begitu menatap sosok yang selalu membuat jiwanya merasakan kesal.

Berusaha mengabaikan! Hanya itu yang bisa Maryam lakukan, dengan tempramennya, bisa saja ia mengumpat Danish tanpa berpikir panjang, namun ia tidak ingin melakukan itu mengingat kedua orang tua Danish sangat baik padanya.

"Aku tidak perduli denganmu, aku juga tidak perduli dengan semua pikiran burukmu. Jadi, jangan menggangguku jika kau tidak ingin tekanan darahmu naik." Balas Maryam cuek, ia tipikal gadis yang tidak suka tertindas. Jangan harap Maryam akan bersedih sendirian saat ia tahu dirinya juga pantas bahagia.

"Katakan pada Bunda kalau kau tidak ingin kerumah orang tuamu, aku memberimu kesempatan agar kau tidak menderita di masa depan." Dengan tutur kata sok menakutkan, Danish mencoba mengancam. Hanya saja, sosok yang ia ancam benar-benar tak gentar.

Maryam yang sejak tadi berhias agar terlihat cantik terpaksa harus menatap wajah yang sangat di bencinya. Bisa di bayangkan betapa besar kekesalannya, sayangnya, lagi-lagi ia terpaksa menahan diri mengingat rumah yang ia kunjungi bukan sembarang rumah, melainkan rumah mertuanya, mertua yang sejatinya belum di terima oleh jiwa dan raganya.

"Dia Ibu mu, aku rasa kau lebih berhak untuk menolaknya di bandingkan dengan diriku. Jadi, jangan memaksaku melakukan hal yang kau sendiri tidak bisa melakukannya, itu menandakan kau hanya penjahat bodoh yang tidak berguna." Ucap Maryam sinis, ia tidak bisa bersikap manis saat berhadapan dengan makhluk yang sangat di bencinya. Danish yang memang kesal semakin bertambah kesal, ia berjalan mendekati Maryam kemudian menarik gadis itu dengan keras. Mencengkram kedua lengannya dan menguncinya di sisi kiri meja rias.

Maryam terjebak, tenaganya tidak sebanding dengan Danish, saat ini ia sadar kalau dirinya sedang berhadapan dengan Iblis menakutkan, bahkan mata yang sejak tadi biasa-biasa saja mulai merah menyala. Aura permusuhan keluar dari keduanya.

"Aku memperingatkanmu, jangan pernah memancing amarahku. Kau hanya gadis bodoh tidak berguna yang ku temukan di jalanan, jika aku mau, aku bisa membuat keluargamu menjadi pengemis hanya dalam waktu semalam." Gigi Danish bergemeletuk menahan amarah, cengkraman tangannya di lengan Maryam semakin menguat.

Ayo maryam, gunakan otak cerdasmu. Kau putri seorang pejuang dan tidak ada dalam kamusmu menjadi pecundang. Dan di detik selanjutnya, Maryam yang tak ingin menahan sakit sendirian terpaksa menginjak kaki Danish dengan keras hingga membuat pria itu meringis kesakitan. Secara otomatis cengkraman kedua tangannya di lengan Maryam terlepas.

"Aku bukan pecundang yang akan berlari menghindari musuh, kau mungkin tidak tahu, aku adalah putri seorang mantan Bodyguard, menghadapi sosok kurang ajar sepertimu bukan hal yang sulit bagiku." Ucap Maryam dengan nada suara bergetar.

"Kau bilang apa tadi? Ah iya, kau bisa membuat keluargaku menjadi pengemis dalam waktu satu malam, jangan berharap, karena sebelum itu, aku sendiri yang akan membunuhmu dengan tanganku." Ancam Maryam tanpa rasa takut.

Membunuh? Satu kata itu terdengar sangat mengerikan, itu hanya ucapan kosong tak berarti. Jangankan melukai orang, Maryam bahkan tidak tega untuk membunuh seekor semut sekalipun. Jadi jangan memintanya untuk bersikap baik pada Danish yang menghancurkan bahagianya, itu benar-benar mustahil.

"Kau mungkin berpikir aku hanya bercanda, kau tahu dan aku juga tahu kalau aku sanggup melakukan itu. Jadi, jangan pernah menguji kesabaranku, karena kau sendiri yang akan terbakar dalam neraka ini." Tatapan Danish setajam belati, bukan hanya tatapannya, bahkan ucapannya pun menembus jantung Maryam, sejujurnya gadis itu merasa ketakutan, namun jiwa pemberaninya tidak membiarkannya terpuruk dalam kesesatan yang akan ia sesali seumur hidupnya.

Setelah memperingatkan Maryam, Danish mulai melepaskan sepatu dan kaus kakinya, nampak jelas dalam pandangan Maryam kalau kaki pria itu mengeluarkan darah segar. Sepertinya Maryam menginjak terlalu keras hingga meninggalkan luka yang cukup menyakitkan.

Dengan sigap Maryam membuka beberapa laci dan menemukan kotak obat di sana, ia memang membenci Danish, namun buruknya, ia tidak bisa berpaling dan meninggalkan pria menyebalkan itu sendirian.

"Lepaskan tangan kotormu dari ku." Danish menepuk keras tangan Maryam yang mencoba menyeka darahnya dengan kapas.

"Diam jika kau tidak ingin jari kakimu yang lainnya terluka, aku tidak bercanda, kau tahu itu dan aku juga tahu kalau aku sanggup melakukannya." Maryam mengulangi ucapan yang Danish lontarkan untuknya beberapa waktu yang lalu.

Bagai anak kucing penurut, Danish diam sembari menatap Maryam yang terlihat kesakitan. Tanpa sepengetahuan keduanya, Bunda sedang mengintip dengan pintu yang terbuka sedikit, ia merasa puas setelah menyaksikan bagaimana menantunya menghadapi putra pemberontaknya, dengan senyuman menawan Bunda kembali menutup pintu dan meninggalkan pasangan yang menurutnya sangat manis itu.

Tangan Maryam begitu lihai, ia membersihkan darah yang keluar dari kaki Danish tanpa rasa jijik. Membersihkan luka kemudian meletakkan obat dan membalutnya secara perlahan.

...***...

Terpopuler

Comments

susi ridayani

susi ridayani

semangat upnya Thor .

2024-02-24

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!