Terlambat Shalat!

"Bangun."

"Aku bilang bangun!"

Maryam menarik lengan kemeja Danish, ia tidak ingin bersentuhan dengan pria itu.

"Aku akan menyirammu jika kau tidak bangun dalam hitungan ketiga."

Maryam mengoceh seperti burung beo. Sementara yang ia bangunkan tak bergerak sedikitpun.

"Satu."

Danish masih bersikap acuh walau ia tahu Maryam berusaha keras untuk membangunkannya, ia bersikeras tidak mau membuka mata. Pria itu berpikir, dari pada menatap wajah yang di bencinya saat pertama kali membuka mata, ia lebih baik tertidur untuk selamanya.

"Aku bersungguh-sungguh, jika kau tidak membuka mata dalam hitungan ketiga, aku akan menyirammu." Ancam Maryam lagi. Sayang sekali, ucapannya benar-benar tak di gubris oleh pria menyebalkan itu.

"Dua."

Maryam masih mengingatkan.

"Tiga."

Brusss!

Maryam benar-benar menumpahkan satu gayung air di wajah tampan itu. Danish yang di perlakukan seperti itu langsung bangun karena terkejut, ia tidak menyangka Maryam benar-benar melakukan ancamannya.

"Apa kau tidak waras?"

"Kau benar-benar tidak tertolong!"

"Wanita sepertimu baiknya keneraka saja." Danish berteriak, matanya merah menyala. Seandainya ia berhadapan dengan seorang pria, ia pasti melayangkan tinjunya.

"Kau pikir aku akan takut?"

"Tidak." Maryam balas meneriaki Danish tak kalah kerasnya. Wanita itu seperti singa yang siap memangsa lawannya.

"Ini bukan rumahmu, jadi kau harus mengikuti peraturan yang berlaku di tempat ini." Maryam mencengkram lengan Danish, ia terlihat sangat marah.

"Di rumahku, setiap anggota keluarga wajib mengikuti Shalat subuh berjamaah. Walau berat untukmu, mau tidak mau kau harus mengikutinya." Maryam melepaskan cengkraman tangannya dari lengan Danish.

"Aku tidak perduli dengan kelakuanmu di tempat lain, entah kau Shalat atau tidak, itu urusanmu. Tapi di tempat ini berbeda, selama kau berada di sini jangan pernah melewati batasanmu." Maryam menunjuk Danish dengan jari telunjuknya, hampir saja ia menyentil jidat pria tidak tahu malu di depannya itu.

"Aku akan menunggumu di bawah, kau harus turun dengan pakaian yang sudah ku siapkan di ranjang." Maryam berucap masih dalam kemarahan. Sekuat apa pun ia berpikir, ia masih tidak tahu jawabannya, kenapa yang Kuasa mempertemukannya dengan pria semenyebalkan dan semenjijikkan Danish Eliyas Bashir. Sejak bertemu dengan pria itu, ia bahkan tidak bisa merasakan ketenangan walau hanya untuk sedetik saja.

"Aku tidak akan keluar, kau bisa menungguku sampai kau berakar." Danish terlalu kesal di perlakukan seperti pecundang, ia berteriak sambil menatap punggung Maryam.

Maryam yang terlanjur marah tidak ingin meladeni pria itu lagi. Ia berjalan menuju lantai bawah tanpa menggubris ucapan menyebalkan itu. Berlama-lama dengan pria itu membuat darasnya naik.

Dua puluh menit berlalu namun Danish masih santai di kamarnya, puluhan kali ia menatap kearah ranjang, menatap baju yang Maryam siapkan.

"Cih, dasar wanita menyebalkan."

"Aku akan lihat, sampai kapan kau sanggup menungguku. Dan ini masih permulaan, ku pastikan kau akan selalu berada dalam mode kesal." Cicit Danish tanpa bersalah sedikitpun. Ia tersenyum penuh kemenangan.

Sementara itu di lantai bawah, tepatnya di Mushalla, Abbi Shawn, Ummi Raina, Kak Hasan, Kak Alkea, si kembar Zhian dan Arshad, mereka duduk di saf masing-masing. Shalat subuh tidak bisa di mulai lantaran satu makhluk yang sejak tadi di nanti tak kunjung datang. Maryam yang memang kesal, semakin bertambah kebenciannya pada Danish. Bukan hanya lima atau sepuluh menit, pria itu membuat keluarganya menunggu selama tiga puluh menit. Ini bukan tentang berapa lama waktu yang ia butuhkan untuk menunggu, ini tentang salat subuh yang terlambat.

Kau membuat keluargaku menunggu, dan kau membuat kami telat melaksanakan salat shubuh. Sungguh, aku benar-benar ingin menceburkan kepalamu di dalam bak mandi. Maryam menggerutu sembari menatap Danish yang berjalan pelan menuruni anak tangga lengkap dengan baju koko dan peci yang bertengger di atas kepalanya.

"Nak Danish, akhirnya kau datang juga. Kami menunggumu sejak tadi." Ummi berucap tanpa melepas senyuman manis dari wajahnya. Beliau menunjuk kearah sajadah yang sudah di gelar dekat si manis Zhian.

Danish!

Pria itu berdiri dengan wajah pucat, ia menyesal telah bertindak bodoh. Ia pikir dengan bersantai lebih lama di lantai atas, itu akan menyiksa Maryam. Ia pikir hanya Maryam yang menunggunya, tak tahunya seluruh keluarga Dinata.

Pagi ini, Abbi Shawn bertindak sebagai imam Shalat. Setelah Kak Hasan melakukan ikamah, takbir dari Abbi pun mulai bergema, menandakan Shalat subuh di mulai.

Surat Al-fatiha di baca Abbi Shawn dengan sangat indah, membuat jiwa-jiwa yang mencintai Tuhannya akan meleleh dalam kekusuan. Tak jauh berbeda dengan kondisi Danish, pria itu terlihat larut dalam kesedihan. Untuk pertama kalinya ia melaksanakan Shalat setelah enam tahun berlalu, rasanya seperti ada yang bebeda. Iya, dia merasakan ketenangan memenuhi rongga dadanya.

Sepuluh menit berlalu dengan kedamaian, setelah berzikir, berdoa dan bersalaman, satu per satu anggota keluarga meninggalkan Musalla, kecuali Maryam dan Danish.

"Aku akan menunggumu di kamar, kita harus bicara." Celetuk Maryam sambil melipat kedua lengan di depan dada. Ia kembali terpancing emosi, ia menatap Danish dengan tatapan tajam seolah tatapannya itu akan melumpuhkan lawannya.

"Apa kau punya otak?"

"Apa kau tidak punya malu?"

"Kau benar-benar menjengkelkan!"

Maryam menghujani Danish dengan ucapan ketusnya begitu mereka tiba di kamar. Pria itu tahu ia salah, karena itulah ia diam walau Maryam memakinya.

"Kenapa kau membuat keluargaku menunggu pria sepertimu?"

"Aku sudah bilang, kau tidak boleh membawa sikap kurang ajarmu ketempat ini!"

Glek!

Danish menelan saliva, ucapan ketus Maryam membuat telinganya memanas. Dia yang sejak tadi bertindak seperti kelinci manis berubah menjadi singa yang ingin menelan lawannya tanpa ampun.

"Aku memang salah, sorry." Danish membuka suara, ia yang tidak ingin terus di salahkan bangun dari sofa.

"Aku tidak sengaja melakukannya. Lagi pula, jika kalian ingin Shalat, kenapa harus menungguku?" Balasan Danish seolah menyalahkan keluarga Maryam untuk keterlambatan mereka pagi ini.

Maryam yang tadinya berniat untuk mengabaikan kembali tersulut emosi, ini bukan tentang terlambat kesekolah atau pun ke kantor. Tapi ini tentang terlambat Shalat karena hal yang di sengaja. Jika shalatmu tak berharga bagimu, lalu apa tujuan hidup ini? Jika alam semesta dan isinya mengabaikanmu, kau masih punya Allah yang akan menggenggam erat tanganmu. Namun jika Tuhanmu yang mengabaikanmu, kemana kau akan menuju?

"Kau benar-benar tak tertolong."

"Aku akan bertanya padamu."

"Kapan terakhir kali kau Shalat?"

Danish yang di tanya terlihat bingung, ia bahkan menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ingin berbohong pun tiada berguna, karena sejatinya, Allah tidak bisa di bohongi.

Ckckck!

Maryam berdecak heran, untuk pertama kalinya dalam hidup ini ia bertemu dengan sosok yang mengaku Islam namun tindakan dan perbuatannya tidak menggambarkan keindahan islam itu sendiri.

...***...

Terpopuler

Comments

susi ridayani

susi ridayani

Ditggu double up thor

2024-03-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!