Menyuapimu?

Maryam dan Danish berada di mobil yang sama, itu karena Bunda yang memaksa keduanya. Sebelumnya, Maryam bersikeras akan berangkat bersama Ayah dan Bunda, dengan artian untuk menjauhi si kasar Danish tanpa perlu menatap wajah menyebalkan itu.

Sayang sekali, wanita paruh baya itu mengerti niatannya hingga keduanya berakhir di dalam mobil yang sama, dan tentu saja Maryam tampak acuh. Sejak awal, gadis itu hanya menatap keluar jendela, duduk di samping orang yang sangat ia benci terasa sangat menyakitkan. Dari pada berdebat, Maryam lebih memilih untuk diam, mengabaikan hal yang ia benci bukanlah kesalahan.

"Kamu pasti berpikir duduk di sampingku adalah sebuah kutukan. Aku suka itu, karena selama aku hidup, aku akan menjadi mimpi burukmu." Tiga puluh menit berlalu sejak Danish duduk di mobil yang sama dengan Maryam, tampaknya ia mulai bosan hingga ia kembali mengeluarkan ancaman.

Tebak apa yang Maryam lakukan?

Gadis manis itu hanya mengumpat di dalam hatinya tanpa menoleh sedikitpun. Ia lebih baik di terkam singa dari pada meladeni pria kejam yang duduk di sebelahnya tanpa takut dosa, lengannya bahkan masih terasa sakit gara-gara cengkraman Danish pagi tadi.

Cihh.

Maryam berdecih, terdengar bagai penghinaan besar bagi Danish yang mendengarnya. Pria itu menghentikan mobilnya di pinggir jalan hanya untuk memberikan Maryam pelajaran.

"Kau mungkin menganggap ancamanku hanya candaan belaka, namun buruknya, itu kebenarannya. Aku tidak tahu kapan aku akan lepas kontrol. Jadi, kau harus berhati-hati. Apa kau paham?" Danish menatap Maryam dengan mata merah menyala, bukan hanya itu, ia bahkan menarik pasmina yang Maryam kenakan hingga peniti yang tersemat di bawah dagu gadis manis itu sedikit mengenai kulit mulusnya.

Sstt! Ahhh!

Maryam mendesah, ia merasakan perih. Dengan keras Maryam menepis tangan najis Danish dari tubuhnya.

"Singkirkan tangan najismu dariku. Kau benar-benar tidak tertolong." Maryam balas menatap Danish, gadis itu terlalu kesal hingga hatinya tidak sanggup menahan penghinaan yang di dengar telinganya.

"Apa hatimu selalu di penuhi racun? Sejak aku melihat wajahmu hidupku hanya di penuhi awan hitam." Kali ini Maryam mendorong tubuh Danish hingga tubuh jangkung itu membentur pintu mobil.

"Jangan salah paham, aku juga bukan orang yang mudah untuk kau taklukkan. Mari kita lihat sampai kapan kau sanggup bertahan dengan sikap arogan.

Kau bersikap sombong karena kau pikir aku sama dengan gadis lemah yang biasa kau temui di pinggir jalan. Hello..." Maryam melambaikan tangannya di depan wajah Danish, memperingatkan pria itu kalau di dalam darahnya mengalir darah seorang pejuang kebenaran.

"Kau ingin menjadikan hidupku berada dalam kegelapan? Omong-kosong!" Celoteh Maryam sambil meraih tisu untuk menutupi kulitnya yang tergores peniti.

"Di sini, bukan hanya aku yang akan menderita, karena ku pastikan kau akan merasakan hal yang sama." Dengan santainya Maryam kembali mengatakan isi hatinya, ia tidak perduli dengan kemarahan yang akan ia terima.

"Aku bertanya-tanya kenapa aku bisa terjebak dalam duniamu, akhirnya aku mengerti, kau hanya pria aneh dengan pikiran sempit, bahkan orang gila sekalipun bisa menebak kalau kau pria tidak berguna yang melampiaskan amarahnya pada wanita muda tidak berdosa.

Karena itu, aku juga memperingatkanmu, jika aku menderita, maka selama itu pula aku akan membuatmu berada dalam neraka." Maryam berada dalam mode menakutkan, Dinish yang melihat dan mendengar ucapannya kembali terpancing, baru saja ia ingin membalas ucapan Maryam, tiba-tiba seseorang mengetuk kaca mobilnya dari luar, dan dengan terpaksa Danish membuka kaca mobilnya.

"Tuan, Anda tidak boleh parkir di sini, itu melanggar aturan dan mengganggu pengendara yang lain." Petugas patroli memperingatkan Danish sambil mengeluarkan beberapa kertas dari tas kecil yang ia bawa.

"Maafkan kami pak, saya mengalami mual hebat, dia... maksudku, suamiku terpaksa harus menepi sebentar." Maryam pura-pura memegang kepalanya, mengisyaratkan kalau dirinya tidak baik-baik saja. Sejujurnya ia benci berbohong, namun tidak ada pilihan lain selain melakukan itu mengingat ia harus segera pulang dan bertemu dengan Umminya.

Dasar bodoh, semua ini gara-gara dia, kenapa dia harus berhenti dan mengajakku berdebat di tempat ini? Batin Maryam sambil menatap Danish dengan wajah pura-pura menahan sakit.

"Baiklah, saya minta maaf. Kalian boleh pergi." Ujar petugas patroli itu sembari memamerkan senyuman setipis kulit bawang.

"Sayang, kenapa kau diam? Berikan suapan pertamanya untuk suamimu." Ummi Raina memegang pundak Maryam.

Mmm!

"W-what?" Ucap Maryam gugup, lamunannya tentang perdebatan pagi tadi seketika buyar. Dengan susah payah ia berusha menelan saliva.

Ihh! Hueks.

Maryam menoleh kebelakangan, rasanya ia ingin muntah. Ini benar-benar gila, bagaimana mungkin Umminya memintanya menyuapi musuhnya? Seandainya ia tidak berada di depan kedua orang tuanya, sudah di pastikan ia akan melempar wajah Danish dengan bantal kecil yang bertengger di atas pangkuannya.

Menyuapimu? Ini benar-benar mimpi buruk untukku! Batin Maryam kesal. Ia tersenyum sambil menatap tumpeng yang ada di depannya.

...***...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!