Di Kantor Danish!

Tiga puluh menit berlalu sejak Maryam meninggalkan Mansion Dinata, saat ini ia berdiri tepat di depan gedung berlantai tiga puluh lima dengan amarah yang masih memenuhi rongga dadanya.

Maryam menyebikkan bibirnya, ia merasa jijik berdiri di bawah atap yang sama dengan pria yang telah mempermalukan keluarganya. Mau bagaimana lagi, semuanya memang sudah salah sejak awal, dan berdiri di kandang pria brengsek itu membuatnya tak bisa menahan diri untuk tidak mengutuknya.

"Permisi, Nona. Ada yang bisa kami bantu?" Seorang gadis dengan rambut sebahu menyapa Maryam begitu ia berdiri di depan resepsionis.

"Aa iya, aku, aku!" Maryam gugup, ia bahkan tidak bisa mengeluarkan nama bajingan itu dari mulutnya.

"Maaf, jika kedatangan Nona ingin melamar pekerjaan, kami tidak punya lowongan kosong. Nona bisa mencobanya di lain waktu." Ucap resepsionis itu asal menebak.

"Aku ingin bertemu pria ini." Ucap Maryam to the point. Ia menyodorkan kartu nama yang ia bawa dari rumah, kartu nama yang Danish tinggalkan hanya untuk menghina keluarganya.

"Nona ingin bertemu dengan Tuan Danish?" Resepsionis itu kembali bertanya, ia menatap Maryam dari ujung kepala hingga kaki, menurutnya tidak ada yang spesial dari wanita yang berdiri di depannya.

"Apa Nona sudah membuat janji?"

Maryam menggelengkan kepala pelan.

"Maafkan kami."

"Kami tidak bisa mengizinkan sembarang orang bertemu dengan bos kami tanpa tujuan yang jelas. Anda boleh pergi." Celetuk resepsionis itu tanpa beban, wajah cantiknya berubah masam. Ia terlalu ketus untuk berdiri di bagian informasi, entah standar apa yang di gunakan perusahaan sampai menempatkan wanita sepahit empedu.

"Anda boleh datang setelah membuat janji di lain waktu." Kali ini resepsionis itu menangkupkan kedua tangan di depan dada, mengusir Maryam dengan cara terhalusnya.

"Maaf, aku datang tidak untuk mendengar penjelasan, apa lagi penolakan. Katakan pada Tuanmu, calon istrinya ada di bawah."

Glekk!

Wanita yang berdiri di balik meja itu menelan saliva, ia terlalu terkejut sampai tidak bisa mengedipkan mata.

"Berapa lama lagi aku harus berdiri di sini? Apa kau bisa menghubungi Tuan mu, sekarang? Aku tidak suka menunggu." Maryam memperingatkan dengan ucapan tegasnya.

"Mam-maaf, Nona. Akan saya lakukan." Dengan cepat wanita itu menghubungi kantor sekertaris. Dan tak perlu menunggu lama, tiga menit kemudian, Leo datang sambil berlari. Ia secara langsung menjemput wanita yang akan menjadi istri Tuannya.

"Selamat datang, Nona!" Leo menyapa Maryam sambil menundukkan kepala.

"Ayo, Tuan sudah menunggu Nona." Leo menunjuk ke arah jalan yang akan mereka lalui. Sejujurnya, ia merasa canggung. Namun mau bagaimana lagi, ia hanya seorang asisten yang harus menuruti kehendak atasannya.

Tak ingin bicara dengan siapa pun, itu lah yang Maryam lakukan sebelum ia bertemu dan mengeluarkan sumpah serapahnya untuk Danish yang membuat dunianya jungkir balik.

"Syukurlah, akhirnya Nona datang juga. Saya tidak tahu tindakan apa yang akan di lakukan Tuan Danish jika Nona tidak datang hari ini." Leo, asisten kepercayaan Danish kembali membuka mulutnya. Ia tidak berbohong, ia memang merasa lega dengan ke datangan Maryam, itu artinya semua orang selamat dari kemarahan Danish.

Maryam yang mendengar ucapan Leo tampak acuh, bukan urusannya jika si brengsek Danish itu hidup atau mati. Baginya yang merasa terzolimi, menghukum Danish dengan cara yang tidak bisa di bayangkan pria itu akan menjadi ketenangan bagi jiwanya.

"Aku tidak tertarik bicara denganmu, tidak juga dengan kacung Tuanmu. Jadi, jangan sok akrab denganku." Ucap Maryam ketus, wajah cantiknya terlihat masam. Biasanya ia selalu bersikap ramah pada semua orang, namun kali ini ia merasa jijik dan sangat kesal pada semua yang berhubungan dengan Danish.

"Kita sudah sampai di kantor Tuanku." Leo membuka pintu dan mempersilahkan Maryam masuk kedalam.

Cihh!

Maryam berdecih, begitu pintu terbuka wajah menyebalkan Danish langsung memenuhi indra penglihatannya. Pria kurang ajar itu tertidur seperti kelinci manis sembari menyandarkan kepalanya di sandaran sofa.

Lihatlah, penjahat itu sedang asyik tertidur, sementara aku dan keluargaku seperti cacing kepanasan karena ulahnya. Maryam bergumam sambil meremas jemarinya, rasanya ia ingin melayangkan tinjunya di wajah menyebalkan itu.

"Nona, aku akan membangun...."

Brusss!

Ucapan Leo tertahan di tenggorokannya begitu melihat Maryam yang tanpa aba-aba menyiramkan air mineral di wajah tampan Tuannya.

"Oh, no." Leo menggeliat seperti cacing, melihat Tuannya terkejut sambil mengumpat membuatnya hilang akal.

Nona, kau menempatkan ku di mana? Tuan Danish pasti akan membunuhku. Leo bergumam di dalam hatinya, ia tidak percaya wanita yang baru saja ia temui berani menyiram wajah Tuannya tanpa rasa takut.

Tuan, kau dalam masalah besar. Biasanya kau selalu menindas orang, kini kau yang akan tertindas. Kau menemukan lawan yang tepat. Leo kembali bergumam, namun kali ini sambil menahan tawanya karena menatap wajah tuannya yang terlihat kesal namun tidak bisa berbuat apa-apa.

...***...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!