BAB 14 - SI BEANG KEROK

Pagi ini Alena dan kawan-kawannya berangkat ke kampus untuk mengerjakan tugas yang diberikan dosen killernya. Iya siapa lagi kalau bukan ibu Bella dosen killer yang banyak ditakuti oleh mahasiswa di kampusnya Alena.

Sedangkan terlihat Alena dan Nuria masih tertidur di kamarnya Fatimah. Mereka sepertinya sedang bermimpi yang indah sehingga mereka belum terbangun dari tidur lelapnya.

“Huaaammmm…!” Alena terlihat masih tertidur di kasur bareng Nuria.

Sedangkan terlihat Fatimah sudah sibuk membersihkan rumahnya dan memasak untuk sarapan pagi mereka bertiga.

Fatimah merupakan anak satu-satunya dari orang tuanya yang saat ini dia hidup sendiri di rumahnya.

Di rumah Fatimah memang hidup sendiri karena orang tuanya sudah tiada sejak dia kecil. Sejak dia sekolah di biayai oleh neneknya dan saat ini sudah satu bulan neneknya Fatimah meninggalkannya untuk selama-lamanya.

Neneknya Fatimah meninggal karena penyakit komplikasi yang dideritanya. Saat Fatimah sekolah, dia selalu membantu mengobati neneknya sakit ke rumah sakit. Tetapi sayang karena penyakit yang di derita neneknya akhirnya Fatimah sekarang hidup sendiri di rumah ini.

Fatimah sangat senang dengan kedatangan teman baiknya yaitu Alena dan Nuria walaupun selalu bikin emosi tetapi saat kedatangannya di rumahnya membuat suasana rumahnya menjadi ramai.

Akhirnya pekerjaan rumah sudah diselesaikan Fatimah sendirian. Sekarang Fatimah membangunkan kedua teman-temannya yang masih tertidur pulas di kasurnya.

“Astaga nih cewek ya, kalau tidur sudah kayak di medan perang saja, posisinya nggak ada yang bener!” Ucap Fatimah melihat Nuria dan Alena tertidur seperti dimedan perang malang melintang kesana-kemari

“Hoi, bangun wahai betina sudah siang ini!” Teriak Fatimah sambil memukul pantat Nuria berkali-kali.

Saat pantat Nuria dipukul oleh Fatimah, bukannya dia bangun malah dibalas dengan semburan bau yang sangat menyengat keluar dari pantat Nuria.

“Buset dah nih cewek kampret bener! Bukanya bangun malah gue di kentutin.” Teriak Fatimah sambil menutup hidungnya karena bau dari kentut Nuria sangat menyengat bagai bangkai

“Huek…huek…!” Fatimah akhirnya nggak kuat juga berada di dalam kamar karena bau kentut Nuria.

Akhirnya Fatimah keluar dari kamar dan mempunyai ide jail yaitu menutup dan mengunci kamarnya agar Nuria dan Alena menikmati bau kentutnya.

“Mampus kalian, seberapa kuat kalian menikmati bau kentut dari Nuria itu!” Gumam dalam hati Fatimah.

Selang beberapa menit, Alena pun mual-mual dan terbangun dari tidurnya.

“Huek..huek…!” Alena kemudian terbangun dari tidurnya karena nggak tahan dengan bau yang menyengat hinggap di hidungnya

“Anjir, bau busuk apaan ini!” Ucap Alena sambil melihat Nuria yang tertidur dibawah kasur

“Apa jangan-jangan baunya dari kentutnya Nuria ya, coba ah gue cium dulu!” Ucap Alena sambil mencium bau kentut Nuria lebih dekat

“Bangke, lu Nuria kentut lu bau kayak bangke! Buruan bangun gue bilang!” Teriak Alena sambil mencubit pinggang Nuria.

“Aduh…aduh… sakit Alena ampun!” Ucap Nuria kesakitan karena di cubit Alena

“Bangun makanya!” Teriak Alena dengan tatapan serius tertuju ke muka Nuria

“Ada apa sih Alena nih, masih pagi juga sudah teriak-teriak nggak jelas!” Balas Nuria dengan wajah yang cemberut

“Nggak jelas gundulmu, bau kentut lu tuh kayak bangke, lu makan apa sih kok bisa bau kayak gitu!” Jawab Alena sambil nada marah

“Apaan sih orang gue kagak kentut kok!” Nuria ngeles

“Bodo amat lah gue sudah nggak tahan di kamar ini, gue mau keluar! Lama-lama kalau gue disini bisa meninggoi gue ngisep kentut lu!” Teriak Alena.

Alena kemudian mencoba membuka pintu kamarnya Fatimah. Tetapi dia nggak bisa karena pintu kamar sudah di kunci oleh Fatimah dari luar.

“Hoi, bukain pintu kamar ini!” Teriak Alena sambil gedor-gedor pintu kamar Fatimah seolah mau perang

“Mampus kalian, emang enak ngisep bau kentut Nuria, senjata makan tuan kan jadinya!” Jawab Fatimah ketawa terbahak-bahak dari luar kamar mengunci Alena dan Nuria di dalam kamar

“Ah, kagak lucu Fatimah buruan bukain pintunya bisa meninggoi beneran gue disini?” Pinta Alena memelas.

Beberapa menit kemudian akhirnya Fatimah membukakan pintu kamar tidurnya karena kasihan melihat Alena berlama-lamaan menikmati bau bangkai dari kentutnya Nuria bisa-bisa meninggal karena menghirup udara beracun dari pantat Nuria.

“Awas lu ya Nuria, tunggu saja pembalasan gue!” Ucap Alena dengan nada ancaman

“Ya maaf, kan cuma sedikit Alena baunya juga nggak bau-bau amat kok.” Balas Nuria

“Nggak bau gundulmu, tuh liat tanaman saja pada mati menghirup bau kentut lu! Lu masih bilang nggak bau!” Jawab Alena.

Alena dan Nuria masih saja bertengkar seperti kucing dan anjing. Akhirnya Fatimah memisahkan mereka berdua agar menghentikan keributan tersebut.

“Heh, sudah-sudah mau sampai kapan kalian adu suara kayak gini, mending kalau pemilu suara kalian bisa di jual, lah ini belum pemilu sudah pada lomba adu suara!” Ucap Fatimah

“Ya habis nih cewek jorok banget ya kentut baunya nggak main-main.” Balas Alena sambil menggelengkan kepalanya

“Iya gue juga sudah tau, tadi gue juga mau mati ngisep bau kentut Nuria, makanya pintu kamar gue tutup karena nggak betah sama baunya!” Sahut Fatimah

“Iya maaf teman-teman kan nggak sengaja, itu kan sudah panggilan alam yang tidak bisa di tunda-tunda.” Jawab Nuria sambil senyum-senyum

“Idih, apaan sih! Jawab mulu kerjaan lu Nuria.” Sahut Alena.

“Udah-udah yuk sarapan dulu, makanan sudah ready tuh di meja makan!” Ajak Fatimah sambil menuju meja makan

“Serius sudah matang, kapan lu masaknya Fatimah!” Jawab Alena penasaran

“Iya tadi pas kalian masih merem gue masak buat kalian berdua.” Balas Fatimah

“Wah cocok banget nih perut gue sudah keroncongan saatnya menghabiskan makanan buatan Fatimah.” Ucap Nuria dengan wajah bahagia dapat makan gratis dari temannya

“Hem….giliran makanan langsung lu ya!” Ucap Alena sambil mencubit pinggangnya Nuria

“Au… sakit Alena! Ayolah Alena buruan makan sudah siang juga nih, kan nanti kita mau ke kampus ngerjain tugas dari ibu Bella, emang lu lupa ya?” Ucap Nuria mengingatkan Alena bahwa hari ini masih ada tugas dari dosen dikampusnya

“Oh iya, hampir saja gue lupa. Kalau sampai nggak ngerjain tugas, bisa-bisa gue diusir dari kampus sama dia!” Jawab Alena langsung bergegas ke meja makan untuk sarapan dan berangkat ke kampus bersama.

“Oh iya bener banget tuh, yasudah buruan kita sarapan dulu habis itu kita ke kampus bareng ya?” Pinta Fatimah

“Oke siap!” Jawab Nuria.

Akhirnya mereka bertiga segera menyantap makanan yang sudah disediakan Fatimah di meja makan. 

Setelah mereka sudah selesai makan, saatnya mandi dan bergegas ke kampus bersama menggunakan mobilnya Alena.

                                   *****

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!