BAB 13 - SI PENGGANGGU

“Ah, nih rumah kotor amat ya, kalau nggak gue yang nyapu, nggak bakal bersih nih rumah!” Ucap Fatimah ngedumel di depan mukanya Nuria dan Alena.

Pagi ini terlihat Fatimah dan Nuria sudah terbangun dari tidurnya, sedangkan Alena masih tertidur lelap di kasur.

“Nuria, tolong ambilkan gue sapu!” Perintah Fatimah sambil menyuruh Nuria mengambilkan sapu lantai di belakang pintu

“Dimana Fatimah sapunya?” Ucap Nuria masih bingung nyari sapu yang belum ketemu juga

“Ini nih anak, punya mata nggak di pakai. Sudah jelas-jelas sapu di depan mata masih saja teriak-teriak nggak tau!” Balas Fatimah

“Ini beneran gue nggak tau sapunya lu tarok dimana Fatimah.” Jawab Nuria

“Makanya kalau nyari sesuatu itu pakai mata jangan pakai mulut!” Sahut Fatimah sambil mendekati Nuria

“Kagak ada Fatimah, sudah gue cari dari tadi disini nggak ada sapu yang lu bilang.” Jawab Nuria jengkel.

“Ow iya nih pakai ini saja!” Tambah Nuria sambil nyodorin ikan sapu-sapu ke mukanya Fatimah

“Apaa ini, itu mah ikan sapu-sapu markonah bukan sapu!” Jawab Fatimah jengkel

“Ya kan sama saja namanya sapu, tinggal pake mulutnya buat nyedot debu selesai deh pekerjaan rumah.”  Jawab Nuria dengan entengnya.

“Sejak kapan ikan sapu-sapu dijadikan sapu lantai, sampai mulutnya sobek, sampai lebaran China juga nggak bakal bisa buat nyapu lantai itu ikan.” Sahut Fatimah

“Iya siapa tau bisa kan lumayan!” Balas Nuria

“Ya tetap saja nggak bisa!” Balas Fatimah ngegas

“Ya terus ini bagaimana, gue sudah susah payah nagkep ikan sapu-sapu ini di aquarium lu!” Ucap Nuria

“Ya sudah sana pulangin ke aquarium gue Nuria!” Jawab Fatimah sambil menyuruh Nuria segera mengembalikan ikannya ke dalam aquarium

“Oh, oke deh.” Jawab Nuria singkat

“Buset dah, kalau kayak gini lama-lama ikan gue pada mati semua, airnya di obok-obok terus sama si kampret satu ini!” Jawab Fatimah.

Fatimah kemudian mendekati Nuria dan membuka pintu kamar sedikit. Saat pintu kamar sudah dibuka, terlihat sapu lantai ada di belakang pintu.

“Lah ini apa Nuria kalau bukan sapu lantai, makanya udah gue bilang dari tadi kan, kalau nyari sesuatu itu pakai mata jangan pakai mulut!” Oceh Fatimah di dekat telinga Nuria

“Lah tadi kan nggak ada sapu disitu, kenapa tiba-tiba ada sapu!” Jawab Nuria

“Sudah dibilangin nyari sesuatu itu pakai mata bukan pakai mulut masih saja nggak bisa bedain sapu sama ikan sapu-sapu, punya teman sudah begok nggak ada akhlak juga!” Jawab Fatimah ngedumel

“Apaan sih sewot amat jadi betina, kayak emak-emak kompleks yang mau lahiran deh lu?” Sahut Nuria

“Udah sana pergi! Hus… hus…. hus…. pait… pait… pait…!” Ucap Fatimah sambil mengusir Nuria dari hadapannya

“Idih, gue di usir sama nih anak! Emang kampret benar ini anak ya!” Jawab Nuria

“Sana angkat kaki lu satu, gue mau nyapu dulu!” Teriak Fatimah.

Nuria kemudian menuruti perintah Fatimah untuk mengangkat kakinya satu karena lantai sedang disapu sama Fatimah.

“Tuh satu lagi kakinya diangkat!” Pinta Fatimah sibuk menyapu lantai

“Kagak bisa markonah, yang ada gue nyungsep kalau kaki gue dua-duanya diangkat. Emang lu kira gue bisa terbang apa ya!” Jawab Nuria sambil melotot ke arah Fatimah

“Udah, di coba dulu saja siapa tau bisa.” Balas Fatimah

“Kagak bisa Fatimah!” Sahut Nuria

“Bisalah?” Ucap Fatimah

“Nggak bisa!” Jawab Nuria sambil teriak di telinga Fatimah.

Fatimah kemudian bergeser untuk menyapu di samping jendela sambil ngedumel.

“Orang kalau nyapu itu yang di sapu debu, ini cuma rumah gue doang kalau di sapu isinya daki semua. Ini karena Nuria dan Alena yang bolak-balik dari kamar mandi dakinya pada rontok!” Fatimah masih ngedumel sepanjang ia menyapu.

“Lu lagi ngapain Fatimah!” Ucap Alena yang baru bangun tidur karena terganggu teriakan Nuria dan Fatimah

“Lagi main gitar nih Alena, lu mau request lagu apa?” Ucap Fatimah bercanda

“Hemm, gue request lagu begadang miliknya Iwan Fals dong Fatimah.” Pinta Alena

“Mana ada lagu begadang yang nyanyi Iwan Fals.” Jawab Fatimah

“Ada kok Fatimeh, yang lagunya itu begini.” Si Alena mencoba menyanyikan lagu begadang di depan Fatimah.

Begadang jangan begadang……

Kalau tiada artinya…

Begadang boleh saja…

Kalau ada artinya…

“Ahhhh, ini gue heran deh punya teman kok nggak ada yang beres ya otaknya!” Ucap Fatimah

“Tapi itu bener kan liriknya kayak gitu.” Balas Alena

“Itu lagunya bang Haji Roma Irama, bukan Iwan Fals Alena?” Sahut Fatimah

“Hemm, coba sekarang lu genjreng deh itu gitar Fatimah!” Pinta Alena

“Ini sapu Alena?” Jawab Fatimah jengkel

“Coba lu genjreng dulu dari A minor deh Fatimah pasti bagus suaranya!” Ucap Alena semakin ngaco

“Ini sapu Alena! Sejak kapan sapu di genjreng bisa ngeluarin suara!” Teriak Fatimah

“Lah emang sapu fungsinya buat apa Fatimah?” Tanya Alena tiba-tiba bego

“Sapu ya gunanya buat nyapu mulut lu itu Alena!” Balas Fatimah

“Oh…. Gue kira sapu buat di naikin!” Ucap Alena

“Lu kira gue Harry Potter yang bisa terbang dengan naikin sapu?” Balas Fatimah

“Iya siapa tau bisa, coba dulu lu naikin siapa tau bisa terbang!” Pinta Alena

“Kagak bisa Alena yang terhormat! Kagak bisa!” Jawab Fatimah jengkel

“Iya sudah kalau lu lagi nyapu buruan selesaikan nyapunya jangan banyak cincong Fatimah, nanti suami lu brewokan!” Alena menggoda Fatimah yang sudah emosi

“Widih pintar banget mulut lu malah ceramahin gue, bukanya bantuin kek malah ceramahin gue.” Balas Fatimah

“Lah kan kata orang dulu kayak gitu, kalau kita nyapu nggak bersih nanti suami kita brewokan.” Ucap Alena

“Udahlah lu diem, gue mau nyapu dulu!” Sahut Fatimah.

Tiba-tiba Alena dan Nuria diam tanpa ada suara. Fatimah kemudian menyapu di dekatnya Nuria.

“Awas kakinya diangkat.” Pinta Fatimah.

Tiga puluh menit telah berlalu, akhirnya Fatimah sudah selesai menyapu rumahnya dan kamarnya. Saatnya dia lanjut ngepel ruangan kamar.

“Hah… akhirnya nyapu sudah selesai saatnya ngepel.” Ucap Fatimah

“Nuria gue mau ambil air di kulkas ya?” Ucap Alena sambil jalan di depan Fatimah yang sibuk ngepel lantai

“Oh, iya gue juga mau ambil buah di kulkas nih Alena!” Sahut Nuria sambil menginjak-injak lantai yang masih basah karena masih di pel oleh Fatimah.

Fatimah masih sabar melihat teman-temannya sibuk mondar-mandir di depannya dan menginjak-injak lantai yang barusan di pelnya.

“Eh kayaknya enak deh kita nonton tv di ruang tengah.” Ucap Alena

“Iya Alena gue juga pengen kesana sambil main pasir-pasiran!” Balas Nuria sambil membawa pasirnya yang berceceran di lantai

“Kalian pada ngapain sih mondar-mandir lewat sini, lu nggak liat apa gue lagi ngepel disini! Pada buta ya mata kalian!” Teriak Fatimah yang jengkel melihat kelakuan temannya

“Oh lagi ngepel kirain lagi ngelukis!” Jawab Nuria

“Ngelukis? Lu kira gue lagi ngelukis pakai alat pel apa!” Jawab Fatimah geram

“Iya siapa tau bisa kan lumayan.” Ucap Alena

"Kagak bisa markonah!" Jawab Fatimah

"Udahlah berisik semua, ayo Fatimah makan!" Ucap Nuria sudah kelaparan memegangi perutnya.

"Lu giliran makanan otaknya normal." Sahut Fatimah.

"Hahahahaha!" Alena dan Nuria ketawa teebahak-bahak melihat wajah Fatimah yang kesal.

                                    *****

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!