Di medan berbahaya ujung wilayah Algasouth, Nick bermalam di rumah ketua wilayah setempat bertemankan para panglima serta raja Algasouth. Kalau diterjemahkan dalam dunia Moza, kepala wilayah tersebut setara dengan bapak lurah. Sebagian tempat itu porak poranda menyisakan puing-puing reruntuhan dan tangisan pilu para rakyat.
Nick geram.
"Hukum saya seberat-beratnya yang mulia kaisar. Saya sudah gagal menjaga Alga hingga terjadi kekacauan dimana-mana. Terlebih, saya telah gagal mendidik anak hingga ia menjadi pribadi yang membangkang." Raja Algasouth atau ayahanda dari pangeran Jorrel merasa gagal, dia bersimpuh di kaki kaisar Alexander.
Meskipun mereka memenangkan dan mampu mengusir para bandit, tetap saja sang raja merasa tidak berguna.
"Bangunlah! kenapa anda berlaku seperti itu?!Anda kan seorang raja, masa harus mencium kakiku begini." Nick merasa kakinya tak pantas untuk di cium. Namun sang raja Algasouth geming dengan air mata yang keluar.
"Sudahlah jangan terlalu dipikirkan. Aku tidak akan pernah menghukum orang yang tidak bersalah."
Namun sang raja masih terisak di bawah kaki Nick.
"Bangunlah, atau aku akan mengeluarkan hukuman karena tidak mau mengindahkan perintah kaisar!"
Sang Raja langsung bangkit, beliau menunduk merasa tidak pantas mendapat ampunan dari kaisar. Ke empat raja Alga adalah orang-orang pilihan langsung kaisar Alexander karena mereka merupakan orang-orang terdekat. Tentu tidak diragukan kualitas kinerja dan kesetiaan mereka. Namun siapa yang bisa menebak masa yang akan datang, entah dari arah mana mereka akan di uji.
"Yang tidak setia adalah pangeran Jorrel dan pangeran Rexton. Aku tidak bisa menghukum orang yang bukan melakukan kesalahan. Kalaupun aku menghukum, yang seharusnya menerima adalah dua pangeran tersebut. Bukankah begitu seharusnya?"
Semuanya hening. Tidak lama raja Algasouth membuka suara.
"Maaf yang mulia kaisar, anda adalah orang yang baik. Setiap hari selalu ada saja rumor yang mengatakan kalau anda pemimpin yang mementingkan diri sendiri. Padahal saya berani bertaruh, semua kabar burung itu tidaklah benar satupun." raja Algasouth berbicara penuh makna, Nick pun mengerti apa maksudnya.
"Begitulah situasinya. Selama itu tidaklah benar, kita tidak perlu memusingkan hal tersebut. Aku Alexander, tidak takut apapun selagi yang ku lakukan adalah sebuah kebenaran. Setelah ini bawa pasukan kembali ke istana, masih banyak yang harus aku bereskan di sana."
"Baik yang mulia."
"Yang mulia, apakah kita tidak mengusut siapa pelopor perompakan ini? mengingat pemberesan masalah akan lebih bersih jika di berantas sampai ke akar-akarnya." Salah satu panglima memberi usulan.
"Tidak perlu, ini taktik mereka membuatku tidak betah berlama-lama duduk di singgasana. Mereka selalu memancing keributan di luar agar aku sering pergi keluar dan mudah bagi mereka berkonspirasi di dalam kerajaan. Bukankah kita memiliki oknum penjilat dijajaran kerajaan?" tentu yang dimaksud Nick orangnya sedang berada di istana.
Semua mengangguk.
"Maaf yang mulia, jika demikian kenapa yang mulia harus ikut bersama kami membereskan kekacauan?"
"Karena aku sedang sengaja membiarkan mereka berencana. Lagipula aku juga perlu turun tangan memeriksa keadaan rakyat ku. Semua tidak bisa begitu saja dipercayakan pada orang-orang yang aku perintah, agar menjadi pemimpin bisa tahu kondisi sesungguhnya seperti apa."
"Benar sekali yang mulia. Mohon maaf, tadi saya sempat mendengar samar-samar kalau yang mulia kaisar turun tangan ke pelosok hanya sebuah permainan menarik simpati. Yang mulia tidak turun tangan pun mereka berbicara yang mulia pemimpin yang tidak memperhatikan rakyat. Saya tak habis pikir bagaimana cara berfikir mereka?" ucap kembali salah satu panglima. Yang lain diam tapi langsung menatap Nick, masing-masing menunjukan raut wajah sama-sama sependapat dengan apa yang telah dikatakan.
"Ha ha ha, sebagian dari mereka ada yang membenciku karena dia tidak bisa seperti diriku. Ada yang berbicara tidak menyenangkan tentangku karena ikut-ikutan saja. Ada juga cerita buruk itu hanya untuk mengisi waktu yang kosong. Jadi apa yang harus aku lawan dari semua itu jika pada akhirnya menghilang seiring tidak terbuktinya prasangka mereka? Biarlah, rakyat juga butuh menyuarakan pendapat, aku memberikan kebebasan untuk itu."
Semua berdecak kagum.
"Yang mulia, sungguh anda adalah panutan kami. Saya belum pernah menemukan orang yang sesabar anda ditengah lautan kebencian." Yang ini suara ayahanda Jorrel alias raja Algasouth.
"Oh ayolah, kalian jangan memujiku seperti itu! Awas, nanti kalian jatuh cinta padaku!"
"KAMI MEMANG SUDAH JATUH CINTA PADA YANG MULIA!" Kompak seluruh orang-orang yang berada di sekeliling Nick. Mereka memandang Nick dengan tatapan memuja.
"Hei sadarlah! aku sudah memiliki satu istri enam selir!"
Mendengar itu, baik Nick maupun yang lain terbengong-bengong seketika. Setelahnya tawa mengudara entah apa yang mereka tertawakan.
Bapak-bapak memang suka begitu.
Akhirnya,
Mereka pergi meninggalkan kota yang sudah damai dari para perusuh. Sambil menghirup udara dan menghembuskannya dengan banyak berfikir, rombongan Nick tiba-tiba mendengar keributan. Ini beda wilayah yang telah mereka damaikan, ini sudah masuk wilayah barat.
Semakin dekat, mereka melihat ujung pedang menancap di perut seseorang. Kelihatannya orang itu pemilik kios perabotan.
"KAU SAMA SEKALI TIDAK BERGUNA!"
"Apa yang tidak berguna?" Nick turun dari kuda menghampiri pertikaian itu. Matanya memicing saat menangkap baju yang dikenakan si pembentak.
"Bawa segera bapak ini ke tabib!" suruh Nick kepada panglima. Sang kaisar tidak memberi tugas ini pada oknum prajurit yang seharusnya kata tidak berguna pantas disematkan untuk mereka.
Langsung prajurit Alga yang menyebabkan keributan bertekuk lutut seraya memberi hormat pada Nick. Tontonan semakin menarik untuk di lihat.
"Apa yang tidak berguna, sementara kotoran hewan pun berguna untuk menyuburkan tanah?"
"Ampun yang mulia, dia tidak mau memberikan upeti. Sedangkan istana sudah melimpah memberikan kesejahteraan."
"Apa kau tahu arti kesejahteraan?"
Prajurit terdiam.
"Aku tidak tahu apa yang telah terjadi pada kalian. Aku tidak pernah memberi arahan untuk menyakiti orang lain. Saat ini aku hanya bisa menghukum orang yang bersalah. Maka, lepaskan atribut kerajaan dari tubuh kalian mulai sekarang."
"Ampun yang mulia, salah kami apa?"
Cih tidak sadar diri! sepenggal kalimat jika ekspresi warga yang menyaksikan diterjemahkan ke dalam kata-kata.
"Kesalahan kalian adalah berteriak kesejahteraan tapi tidak tahu artinya kesejahteraan."
Sekali lagi, Nick menciptakan euforia kemenangan di hati rakyat. Perlahan-lahan senyum warganya merekah seperti mendapat angin segar dari pengapnya tindak-tanduk orang-orang kerajaan terhadap mereka.
Seorang gadis bertekuk lutut di hadapan Nick. Bukan. Dia bukan ingin dinikahi lelaki itu karena terlalu terharu, akan tetapi gadis tersebut menjelaskan perkara yang terjadi. Dia adalah anak orang yang terluka tadi.
"Yang mulia kaisar, maaf jika saya lancang. Tapi kami memang tidak bisa membayar upeti yang telah ditetapkan." Jujur gadis itu, sontak membuat banyak raut wajah semakin menggebu. Ini adalah kesempatan mereka untuk menyuarakan betapa tingginya upeti yang harus dibayarkan.
"Apa ada alasan kenapa tidak bisa membayar?" tanya Nick.
Gadis itu menjelaskan panjang lebar, diikuti warga yang mulai ikut bersahutan. Semakin terkuak semakin membuat kepala Nick pening.
Sepertinya aku harus mempercepat perombakan para menteri.
...******...
Latihan ketiga, guru Hong menugaskan Moza untuk bisa memegang pedang, mengangkatnya, dan menguasainya hingga bisa dijadikan partner membasmi lawan. Kedengarannya seperti mudah, namun saat Moza menjalaninya, sumpah demi apapun Moza tidak kuat menggeser pedang tersebut barang se senti pun.
"Hnngghh... " urat-urat Moza keluar. Dia berpikir menggunakan pedang ini sama halnya memegang katana yang pernah ia coba.
Pedang apa ini? berat sekali. Apakah ini pedang ghaib yang di gandrungi banyak hantu.
"Kekekeke, ini bukan pedang ghaib. Agar kamu bisa memakainya, fokuskan pikiran. Angkat dan kuasai, itu saja kuncinya." Guru Hong menertawakan pemikiran Moza.
Mendengar itu, Moza tidak mau lagi mendumal dalam hati. Sedangkan Hugo hanya berdiri tenang memperhatikan usaha gadis yang dicintainya sembari senyum-senyum sendiri.
"Baik guru, he he he. Maafkan aku." Moza membungkuk berkali-kali.
"Mau aku bantu?" desis Hugo yang tidak tahan melihat Moza kesusahan.
Bagaimana caranya?"
Gampang. Bagi Hugo, ini seperti makanannya sehari-hari. Jangankan cara menggunakan pedang ini, membuat senjata andalan klan Zhyier yang tak terlihat saja dia bisa.
"Pejamkan matamu dan dengarkan aku baik-baik. Tenangkan pikiran. Fokuskan dia pada satu titik tujuan, kau arahkan pikiran mu untuk bisa mengangkat. Angkat, angkat, angkat, jadilah yang berat menjadi ringan. Seberat apapun itu, kau rasakan dengan ringan."
"Angkat!" seru Hugo.
"Kyaaaaaa... " Moza berteriak.
Burung-burung serempak terbang ketika Moza berhasil mengangkat pedangnya dengan tinggi. Hugo mendongak menatap ujung pedang itu tepat dibawah posisi matahari. Hebat. Lelaki itu memberikan ucapan selamat atas keberhasilan Moza.
"Aaah, Hugo aku bisa!!!"
"Kau pasti bisa."
Guru Hong melempar satu pedang lagi ke arah Hugo. Pria muda itu pun menangkapnya.
"Nak Aurora, bertarunglah dengannya." Titah guru Hong pada Moza.
Fokuskan pikiran, angkat dan kuasai.
Traaang!!
Kedua pedang itu pun beradu.
...******...
"Hugo, terimakasih kau sudah banyak membantuku hari ini. Aku akan segera tidur untuk mengistirahatkan badanku yang terasa remuk."
"Kau minumlah ini."
"Apa ini?"
"Pil dage. Biasa ku gunakan jika tubuhku merasa sakit. Setelah itu kau tidurlah."
"Wah, kau selalu punya benda menakjubkan. Selain damen kau juga punya dage. Apakah semua ini dijual di pasar? " Gadis itu sudah meminumnya dan ia menjadi segar kembali dalam beberapa detik.
"Tidak, hanya aku saja yang memiliki."
"Hmm sayang sekali aku tidak bisa menyetok persediaan untukku."
"Apa yang aku miliki adalah milikmu. Dan apa yang kamu miliki adalah milikku. Jika kau suka, bilang saja padaku pasti akan ku berikan."
Manis sekali. Moza merasa tersentuh.
"Moza," Hugo memasang tampang serius.
"Iya Hugo, ada apa?"
"Malam ini aku pamit pergi padamu." Sesuatu yang berat baru saja menghujam perasaan Moza.
"Kau ma-u per-gi kemana?" suara Moza patah-patah, menandakan gadis itu tengah terguncang.
"Aku hanya pergi sebentar karena ada urusan. Aku mau menemui seseorang yang ingin bertemu denganku. Setelah selesai aku akan kembali padamu." Ujar lelaki itu sambil menyelipkan anak rambut sang gadis ke belakang telinga.
"Oh kau mau pergi sebentar saja, aku kira mau pergi selamanya meninggalkanku he he he. Kalau begitu pergilah, lekas selesai urusanmu agar kau cepat kembali padaku."
"Baiklah."
Hugo sudah ingin pergi namun Moza bersuara.
"Goyang!"
"Hhh?" alis Hugo terangkat naik, "apakah kau ingin aku bergoyang?" tanya Hugo memastikan.
"Tidak. Maksudku aku sedang memanggilmu. Goyang! Hugo sayang!"
Hugo tersipu, "ada apa?"
"Jangan lupa kembali padaku."
Hugo menganggukkan kepala seraya mencium kening gadis itu agar tenang.
.
.
.
Bersambung.
Yaelah Moja, bilang aja minta sun dulu sebelum pergi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
FT. Zira
perasaan moza setipis tissu ya.. cepet amat berubahnya😅😅
2024-03-12
1
FT. Zira
aku juga penasaran di pasar ada yg jual gak.. mau beli juga aku🤭
2024-03-12
1
RE💜
Kayak obat tidur kah klo obat modern🤔
2024-02-15
1