Setiap malam secara berulang, Moza selalu minum susu hangat bercampur madu menjelang tidur. Malam ini, ia tidak lagi demikian. Tubuh menggigilnya teronggok di atas tempat tidur selepas satu minggu yang lalu Nick tidak lagi mengganggunya. Moza sudah pergi ke dokter memeriksa kesehatannya di temani bibi, siapa sangka, serangkaian pemeriksaan ia jalani namun dokter berkata bahwa tidak ada yang salah dengan tubuhnya. Dengan kata lain, Moza sesungguhnya baik-baik saja.
Tapi kenapa Moza merasa sakit?
Seketika nama Nick terngiang-ngiang dalam benak gadis tersebut. Yang terjadi sekarang seperti apa yang pernah disebutkan cowok itu saat mereka memutuskan untuk tidak bertemu lagi. Nick berseru bahwa akan ada suatu pengikat di antara dia dan Moza, hingga tidak bisa saling berjauhan sebelum tujuan tercapai. Gadis itu tengah berfikir, apakah rasa sakit ini adalah pengikat yang dimaksud Nick?
"Nak, apa sebaiknya bibi membawamu ke tempat ahli supranatural?"
"Tidak usah bi, aku sudah mengerti penyebabnya. Ini soal Nick yang tempo hari Moza pernah ceritakan kepada paman dan bibi." Moza anak yang jujur apa adanya meskipun cerita tak masuk akal sekalipun. Dia akan terbuka pada siapa yang memberikan kenyamanan. Awalnya paman dan bibi terganggu dengan cerita Moza yang bertemankan hantu, tapi lama kelamaan mereka dapat mengerti apa yang di alami keponakannya tersebut.
"Dia bilang apa sayang? apakah dia mengancammu?" bibi mulai khawatir dan memasang mode penjaga.
"Tidak juga. Dia bilang ada suatu pengikat diantara kami hingga tidak bisa saling berjauhan. Moza telah mengusirnya, dan sekarang inilah yang terjadi. Moza merasa, sakit ini ada kaitannya dengan perkataan Nick."
"Kalau bibi boleh saran, baiknya kamu panggil dia lagi kesini. Bicarakan soal titik tengah dari pengikat itu sendiri. Sementara waktu, kamu iyakan saja jika memang Nick mau terus mengikutimu selama dia tidak membahayakan."
"Titik tengah?"
"Iya, bibi merasa ada sesuatu yang dia inginkan ada pada dirimu. Entah kamu menjadi jembatan dia menyelesaikan urusan yang belum kelar, atau bisa juga lainnya."
"Bibi benar. Aku mau coba memanggilnya kembali."
Bibi menganggukan kepala lalu memberikan ruang untuk Moza memanggil Nick kembali.
"Nick." Panggil Moza berharap Nick akan menjawabnya.
Hening.
"Nick, kau tinggal dimana sekarang? bisakah kau mendengar panggilanku ini?"
Tetap hening.
"Nick, aku sedang dalam bahaya. Aku sedang tidak mengenakan apapun."
"Apanya, kau sedang memakai gaun berwarna biru Moza. Dan kau lagi terbaring lemah di atas tempat tidur."
"He he he, akhirnya kau menyahut. Nick, tolong tunjukan rupamu kembali. Ada hal yang mau aku nego denganmu."
"Harga mati tidak ada tawar menawar. Jangan ganggu-ganggu lagi. Kau kan sudah tidak membutuhkanku!" acuhnya.
"Nick, aku baru tahu hantu bisa marah."
"Moza, harus berapa kali aku katakan kalau aku bukan hantu."
"Oh maaf, maksudku pria tersesat."
Wush..
Nick tiba di hadapan Moza dalam sekejap mata. Cowok itu menarik ujung bibirnya ketika melihat raut wajah Moza senang akan kehadiran dirinya.
"Kau mau bernego apa?" tanya Nick pada Moza tanpa basa basi. Dia menempelkan telapak tangan di dahi Moza dan gadis itu merasa kondisinya telah membaik.
"Aku tidak akan menjauh darimu lagi Nick kalau itu membuatku merana. Kau boleh mengikutiku sesuka hati asal jangan di luar batas."
"He he he, baiklah. Aku bilang juga apa! di antara kita akan ada pengikat satu sama lain. Jangan jauhi aku, nanti kau sakit." Nick menjulurkan tangan seperti mengajak bersalaman. Moza menyambutnya, dan tepat telapak tangan mereka menyatu, seketika Moza jatuh tak sadarkan diri. Tanpa gadis itu mengerti, perkataannya pada Nick dianggap oleh cowok itu sebagai sebuah kesepakatan.
Moza terlempar ke dalam dunia Nick.
...🌸🌸🌸🌸...
Zaman kuno.
Aku dimana?
Tempat apa ini?
"Salam putri Aurora. Akhirnya putri telah sadar setelah berhari-hari lamanya tak membuka mata." Ucap tabib yang mengobati Aurora selama ini.
"Pengawal, tolong sampaikan berita bahwa tuan putri telah sadar pada perdana menteri."
"Maaf, apa aku boleh bertanya?" Moza menginterupsi.
"Tentu saja putri Aurora."
"Aku siapa? dan ini ada dimana? kenapa aku bisa dalam keadaan seperti ini?"
Semua yang ada di sana tertegun dengan perkataan Moza. Sampai suara pangeran Rexton memecah kebisuan tabib dan pelayan.
"Kau sudah sadar rupanya. Bagaimana dengan tidur panjangmu itu? apakah menyenangkan? atau kau mau mencoba hal yang lebih gila lagi?" sarkas pangeran Rexton. Ia merupakan salah satu orang yang tidak menyukai perilaku putri Aurora. Namun saat ini, sang putri hanya memandang pangeran dengan bingung karena memang yang berada di dalam tubuh itu adalah Moza yang tidak tahu apa-apa.
Dia siapa lagi? Nick, bisakah kau mendengar suara hatiku ini? kau dimana? aku dimana? dan semuanya ini apa?
Menurutmu?
Astaga Nick. Jangan bilang kau membawaku ke tempat asalmu? konyol sekali. Kau dimana sekarang? kenapa tidak ada di sampingku?"
He he he kau cerdik Moza, langsung menebaknya dengan benar. Aku beri tahu padamu, pria yang baru saja menyapamu namanya Rexton. Berinteraksilah dengannya tanpa perlu aku beritahu kau harus bersikap seperti apa. Jadilah dirimu sendiri disini. Hanya sedikit informasi, dia tidak begitu ramah dengan putri Aurora.
"Salam pangeran Rexton. Terimakasih atas sapaan dan perhatiannya." Moza menjawab sapaan Rexton setelah selesai berkomunikasi dengan Nick.
Rexton dan seluruh jajaran manusia yang berada di ruangan tersebut semakin terpegun. Pasalnya, gadis tersebut tidak pernah setenang Moza saat berbicara. Aurora yang asli akan mengeluarkan banyak bicara saat mendapat sapaan dari pangeran Rexton. Terutama yang mengandung sindiran.
"Cih, pintar sekali kau bersandiwara."
Moza tidak menjawab lagi dengusan Rexton. Alih-alih meraung-raung, Moza memilih melebarkan senyum pada siapa saja yang berada disana, sampai Tabib dan lainnya undur diri kemudian disusul kedatangan Perdana Menteri Oris, yang tak lain adalah ayah putri Aurora.
Oris adalah penasihat di kerajaan Alga. Ia merupakan orang kepercayaan kaisar sekaligus orang berpengaruh kedua di kerajaan ini. Alga sebuah negeri yang terdiri dari empat Perfektur, Alganorth, Algawest, Algasouth, dan Algaeast. Masing-masing wilayah tersebut memiliki raja dimana setiap raja memiliki seorang pangeran. Pangeran Rexton yang telah menyapa Moza adalah pangeran dari Alganorth.
Hari ini, Oris membuat pertemuan penting dari seluruh raja Alga untuk membahas persoalan ulang tahun kaisar. Tepat di hari ini pula, putri Aurora tersadar dari koma karena kecelakaannya saat memanjat pohon. Kedua peristiwa ini bertembung, menyebabkan yang tadinya para pangeran dari seluruh kerajaan menikmati jamuan, berubah haluan untuk melihat keadaan putri Aurora.
Pertama Rexton, lalu menyusul tiga pangeran lagi, Xavier, Dixon, dan Jorell.
.
.
.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
dewidewie
wah serasa membaca komik jepang nihhh
2024-03-24
1
FT. Zira
nah kan... jadi serba salah... keknya pemilik tubuh asli bermasalah deh😅😅🤭🤭
2024-02-18
1
FT. Zira
😅 cara jitu yg pasti berhasil😅
2024-02-18
1