Saat itu,
Ketika perasaan rusuh akibat terus menyaksikan Moza dan Rexton bersahut-sahutan, Dada Hugo terasa panas seperti terbakar tapi bukan api yang membakarnya. Lelaki itu menjauh dari sana untuk mencari udara segar agar tidak hangus lalu berakhir menjadi arang. Karena dapat di pastikan, lama sedikit saja Hugo melihat keakraban Moza dengan laki-laki lain, ia tidak bisa menahan diri untuk tidak melukai seseorang.
Lelaki itu tampangnya tenang, namun kesabarannya setipis tissu dibelah tujuh.
Hugo menepi ke tempat yang tidak terjamah orang-orang. Dengan mendengus kesal, ia memanggil anak buahnya menggunakan panggilan rahasia. Sebelumnya Hugo akan memanggil anak buahnya dalam keadaan penting, tetapi sekarang, karena dadanya panas ia pun menganggap hal ini jauh lebih penting.
"Salam tuan, apa yang harus saya kerjakan?" tanya si anggota, dan dia merupakan orang yang sama dengan orang yang melatih para pasukan Rexton dan Jorrel. Orang itu adalah pemberi komando sementara klan Zhyier.
"Berikan aku satu wanita sekarang! ambil saja dari anggota klan. Tidak perlu banyak pertimbangan, syaratnya hanya tahu batasan."
"Baik tuan, saya akan kirimkan satu wanita kesini. Namun saya memiliki informasi yang harus di sampaikan."
"Katakan!"
"Kedua pangeran ingin bertemu ketua klan Zhyier. Apakah tuan ingin menemuinya besok?"
"Aku akan menemuinya."
"Hugo!"
"Hugo kau dimana?"
"HUGO KAU DIMANA?"
Hugo datang menemui Moza, "aku di sini."
Seperti apa yang telah kita ketahui, Moza bertanya soal kemana Hugo pergi dan di jawab laki-laki itu dengan cerita yang dramatis. Selamat datang drama api cemburu, untuk Moza yang tidak tahu betapa panasnya suasana hati Hugo.
Drama di mulai.
Kalau dua orang di depan menikmati perjalanan dengan santai dan penuh timbal balik pembicaraan, lain lagi dengan Moza yang tertinggal lima langkah di belakang. Gadis itu mulai merasakan ada sesuatu yang sesak, tatkala melihat Hugo dan gadis yang Moza belum tahu namanya sesekali terlibat obrolan yang menyenangkan.
"Hugo!"
"Ada apa?"
Setidaknya Hugo masih menyahut panggilannya, itu sudah cukup untuk Moza. Tetapi dalam kondisi sekarang ini Moza ingin lebih serakah.
Moza melirik sekilas ke arah gadis yang katanya sudah di tolong oleh Hugo. Memberikan senyuman, lalu melancarkan niat.
"Maaf Nona, kalau boleh tahu apakah rumahnya masih jauh? sebenarnya kami sedang mencari bahan-bahan untuk meracik obat. Jika masih terlalu jauh bagaimana Nona di antar Hugo saja, aku tidak mengikuti kalian."
"Hugo, apakah kau setuju dengan usulan ini?"
Aku ingin tahu siapakah yang akan di pilih olehmu Hugo. Dia atau aku!
Yang di tanya masih belum bisa menjawab namun tangannya sudah mengepal. Moza memakai cara berbisnis untuk menyelesaikan pertikaian tak kasat mata ini dengan memberi umpan, padahal sesungguhnya ia sangat berharap Hugo akan menolak perkataannya.
"Jangan gegabah! aku tidak suka kau sendirian."
Moza tersenyum penuh kemenangan. Jangan senang dulu, itu baru permulaan bagi seorang Moza. Dia masih ingin melancarkan umpan-umpannya.
"Ah iya, tapi Hugo, aku bisa tidak lulus di tahap ini jika terlambat mengumpulkan tugas. Hari sudah mau petang, dan aku belum mendapat apapun. Aku juga tahu tolong menolong itu sangat penting, jadi tidak salahnya jika kita berpencar untuk saat ini. Pergilah antar gadis ini ke rumahnya, aku bisa sendiri Hugo." Moza yang tidak mengerti suasana hati Hugo berucap asal. Gadis itu seperti menuang minyak ke dalam kobaran api.
Di balik Moza yang pura-pura pergi membelakangi Hugo dan si gadis, Hugo memberi isyarat agar gadis suruhannya pergi saja karena rencana membuat Moza cemburu gagal total. Lelaki itu segera mengejar kepergian Moza.
"Kenapa kau ikuti aku? dimana gadis itu?"
"Kau sungguh-- tidak menganggapku Moza!!!" Hugo benar-benar geram dilihat bagaimana cara dia memanggil Moza.
Umpan berhasil. Moza bisa menggagalkan kedekatan Hugo dengan si gadis tanpa perlu capek-capek memisahkan. Tidak sia-sia dia belajar bisnis bersama sang paman soal umpan. Tapi seandainya yang terjadi sebaliknya jika Hugo tetap meninggalkannya sendiri, Moza masih ada pertimbangan memanggil Nick untuk memberi arahan.
Meskipun hatinya hancur karena secara tidak langsung Hugo memilih gadis itu.
"Kau jangan salah sangka, aku sangat menganggapmu Hugo. Dimana gadis itu?"
"Lupakan soal gadis itu. Jangan pernah bertanya lagi keadaannya."
"Maksudmu?"
Hening.
"Hugo, kau-- jadi ceritamu menolong wanita itu bohong?" Moza baru mengerti alurnya.
"Moza bisakah kau tidak mengabaikanku di hadapan laki-laki lain?!"
"Hugo apakah kau tidak mendengar pembicaraan ku dengan Rexton sampai akhir?" Moza balik bertanya tak kalah sengit.
Ketegangan di wajah Hugo sedikit melunak, "apalagi yang harus ku dengar selain keinginanmu bisa lebih akrab dengannya!"
Moza tergelak.
"Berarti kau tidak mendengarkan ku. Baguslah kalau begitu, kau melewatkan bagian dialog terpenting."
"Kau memang berkata apalagi?"
"Tidak ada pengulangan. Kalau mau tahu, tanyakan saja pada pangeran Rexton."
Hugo tidak membahasnya lagi. Dia merengkuh tubuh Moza membawa dalam pelukan. Moza dalam pelukan Hugo memejamkan mata, membaui aroma kharismatik yang dimiliki lelaki itu. Dalam pelukannya, Moza merasa hangat merayapi sekujur tubuh. Lantas gadis itu bertanya,
"Aku mau di apakan?"
"Maunya di apakan?"
"Jangan bertanya balik Hugo. Mulai sekarang kau hilangkan kebiasaan buruk menjawab pertanyaan dengan pertanyaan."
Hugo tergelak.
"Baiklah, aku akan menjawab. Aku ingin memelukmu, menciummu, mencumbu dirimu. Ah tidak, aku ingin yang lebih dari itu."
"Jangan macam-macam Hugo, aku memang menyukaimu tapi tidak akan melakukannya sebelum menikah. Jika kau nekat, ku pastikan ada yang patah di bagian tubuhmu."
Hugo kembali tertawa.
"Hugo, hari ini aku melihat bagian dirimu yang berbeda. Kau lebih hidup dengan banyak tertawa."
"Aku merasa memang lebih hidup setelah bertemu denganmu Moza. Aku ingin selalu menjagamu--untukku." Dalam pelukan Hugo, kepala Moza mengangguk.
Aku ingin kau menjadi ratuku setelah berhasil merebut tahta kaisar Alga. Aku ingin kau menjadi nyonya klan Zhyier, mendampingiku sebagai ketua Klan.
"Terimakasih sudah menjagaku sedalam ini Hugo. Aku janji akan menjagamu juga semampuku. Mana tahu suatu saat nanti aku hebat dan kau sedang dalam bahaya he he he."
"Terserah kau saja, yang penting kau jangan sampai terluka. Aku tidak akan memaafkan diriku sendiri jika sampai ada darahmu yang menetes sedikitpun."
"He he he, kau ini berlebihan. Bahkan setiap bulan aku selalu meneteskan darah."
Hugo kembali serius. Moza salah bicara hingga membangunkan macan yang sedang jinak.
"Apa kau bilang? kenapa bisa begitu hah?!"
"Maksudku datang bulan Hugo."
"Apa itu datang bulan Moza! kau jangan membuatku bingung."
Astaga!
Kepalang pusing membenarkan situasi, Moza memakai cara praktis. Dia tidak tahu harus bagaimana menjelaskan dan mendiamkan mulut Hugo yang terus saja menginterogasi, selain dengan mengecup sekilas bibir lelaki itu.
Berhasil mencairkan situasi? oh tentu tidak. Sekarang Hugo malah menatap mata Moza secara intens. Api cinta yang sudah membara menjadi berkobar-kobar. Hugo menarik tengkuk Moza lalu menciumnya sedalam perasaannya.
Moza tidak tahu harus bagaimana selain mengikuti sentuhan lembut bibir Hugo.
.
.
.
Bersambung.
Omaygat! Nick mendesis.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
FT. Zira
🌹 untuk ka author..
aku ngakak di panel terakhir🤣🤣🤣
poor nick.. ndesis kek uler aja🤣🤣
2024-03-10
1
FT. Zira
inikah yg di namakan perkodean wanita??😅😅
2024-03-10
1
FT. Zira
dinginkan dulu.. mungkin ada penjual ac yang bisa mendinginkan hati🤭🤭
2024-03-10
1