Ah yang benar?

Beberapa jam tanpa Nick, Moza sudah terbiasa menjalankan kegiatan tanpa banyak bertanya apa yang harus dilakukannya. Pertama-tama Ia memulai hari bertemu dengan Hugo, lalu dia asyik berbincang dengan salah satu permaisuri yang merupakan ratu utama kerajaan Alga, ratu Ellona.

Moza melepas atribut keputrian yang melekat di tubuh dan mengganti dengan piyama andai saja gadis itu membawa koper dari masa depan. Sayangnya, Nick tidak memberikan ruang tersebut yang membuat Moza praktis memberengut sekarang karena dia harus beradaptasi dengan baju-baju di jaman ini.

Lelah seharian kepikiran senyuman Hugo, Moza menghempaskan tubuhnya di atas kasur. Sebelum dia pergi ke istana permaisuri, Moza menengok keadaan Hugo yang mana pria tersebut sibuk memberi makan kuda. Moza merasa antara dia dan laki-laki itu tidaklah asing. Seperti pernah bertemu tapi tidak tahu dimana. Seperti reinkarnasi seseorang tapi tidak tahu seseorang itu siapa.

Wuussh.

"Ah kau ini Nick, mengagetkanku saja. Bisa tidak kalau mau datang ucapkan salam terlebih dahulu."

"Begitu ya? hemm baiklah akan ku ulangi dari awal."

Nick menghilang, kemudian muncul kembali dalam kurun waktu sekejap kedipan mata.

Wuussh.

"Selamat malam sayang," ujar Nick yang membuat Moza praktis terkaget-kaget. Sedetik kemudian gadis itu tertawa ringan yang diikuti tawa ejekan milik Nick.

"Apa kau bilang? sayang? dapat darimana kosakata itu wahai hantu?!" Moza tertawa lagi sembari merapatkan baju tidurnya.

"Aku dapat dari benda menakjubkan segi empat di rumahmu."

"Apa tuh? benda segi empat itu banyak Nick."

"Yang sering kau sebut ponsel," Nick nyengir. Sementara Moza mendengus karena baru saja menemukan fakta baru, yaitu fakta bahwa Nick sampai tahu isi chat pribadinya.

"Sudah kuduga, isi chat pun tidak selamat darimu Nick."

"He he he."

Moza membuang nafas kasar. Ia merasa-- tidak mempunyai privasi lagi yang dapat di sembunyikan dari sosok Nick. Gadis itu akan menghujani kritik pada Nick andai saja ia belum bertemu dengan Hugo. Pria itu telah mencuri sebagian atensi Moza hingga dia lupa bagiamana caranya marah-marah pada Nick.

"Apa ada yang sedang kau pikirkan?" tanya Nick karena cowok itu melihat gelagat berbeda dari sosok Moza. Lebih tenang dan banyak senyum.

"Tidak ada, semuanya baik-baik saja."

"Bagus kalau begitu," Nick merebahkan tubuh di atas tempat tidur Moza dengan santai.

"Heeeii, mau apa kau? jangan tidur disitu!"

Nick tersenyum lebar, "gitu dong, kalau begini kan aku jadi percaya kalau kau Moza."

Perwujudan Nick saat bertemu Moza adalah pria muda berusia dua puluh tiga tahun. Tak ayal jika tidak ada seorang pun yang memprediksi Nick adalah kaisar Alexander. Jika sukma sudah masuk lagi ke raga, siapa sangka, Nick adalah pria berumur lima puluh tujuh tahun. Tubuh Nick sedang dijaga oleh guru di dalam gua tak terlihat.

"Memangnya kau percaya jika ini aku kalau akunya bagaimana?"

"Kalau kau kesurupan."

"NICK!! kau ini sembarangan saja kalau bicara." Moza mendengus sebal.

"Kau hari ini melakukan apa? ingat kau disini hanya untuk membantuku." tanya Nick dengan tatapan selidik.

"Makanya, jadi penjaga itu jangan tiba-tiba ada tiba-tiba pergi. Aku hari ini bertemu permaisuri. Akhirnya aku bisa berbincang dengannya walaupun aku belum ketemu kaisar. Aku jadi tahu sedikit tentang kisah mereka. Dia itu baik sekali Nick, dia memberiku hadiah lukisan."

"Boleh aku lihat?"

"Boleh, ini lihatlah. Bagus kan?"

Mereka berdua memandang lukisan bersama dengan pemikiran yang berbeda-beda. Moza dengan cengiran lebar bercampur kagum yang membuncah, sedangkan Nick dengan dahi yang berlipat.

Ellona? sejak kapan istriku yang satu ini akrab dengan Aurora? pikir Nick.

"Dia berkata apa saja?"

Moza menceritakan seperti apa yang kita ketahui. Pada bagian akhir, ada twist yang mengatakan bahwa kaisar Alexander sebenarnya kehilangan wanita yang dia cintai. Hidup dengan tujuh istri tanpa cinta membikin istana permaisuri bagai taman bunga tanpa serbuk sari. Indah saja, tapi tak akan bisa berbuah.

Ellona juga bercerita yang sama dengan Nick, soal setiap darah daging kaisar yang dilahirkan meninggal menginjak usia remaja. Ellona berpikir ini merupakan konspirasi dari para raja setiap Perfektur Alga, karena pada suatu kesempatan, Ellona tak sengaja mendengar salah satu putra mahkota menyebut Aurora akan jadi target selanjutnya.

"Jadi itulah ceritanya. Hmm, ada sesuatu yang mengganjal di pikiranku Nick."

"Apa itu?"

" Putri Aurora memanggil permaisuri dengan sebutan ibu, itu kedengaran seperti tuan Oris berselingkuh dengannya he he he. Upps, aku harus jaga bicara. Terdengar oleh yang mulia kaisar aku bisa mati." Moza melirik waspada ke arah pintu kamar. Ekspresinya lucu sekali.

"Ah iya benar, kau harus lebih waspada agar kaisar tidak murka padamu. Kalau beliau murka, sudah dipastikan kau akan dipenjara di bawah tanah." Moza semakin pias.

"Kaisar tidak akan tahu kalau kau tidak bilang kepada siapa-siapa."

Nick mendecih, namun jauh di lubuk hatinya ia ingin sekali tertawa.

"Baiklah aku akan tutup mulut. Jangan lupa, lusa kaisar ulang tahun. Kau mau kasih hadiah apa?"

"Aku-- bingung. Beri aku saran Nick sebaiknya hadiah apa yang cocok untuk di berikan pada orang nomor satu di negeri Alga."

"Hadiahkan saja jam tangan Rolex."

"Astaga, tiga hari bersamaku di masa depan kau sudah tahu banyak hal rupanya. Kau tahu darimana benda-benda seperti itu Nick? seingatku kau tidak pernah aku perkenalkan dengan apapun."

"Aku banyak melihat dan mendengar di sana. Kau tahu, dengan melihat dan mendengar saja kita sudah dapat belajar banyak hal. Belajar itu banyak ragamnya selain akademik. Pengalaman pun bahkan bisa menjadi renungan untuk belajar."

Moza melihat Nick kian berbeda. Selain Nick keras kepala, laki-laki itu juga pintar dan lugas. Moza terdiam dan tidak bertanya apa-apa lagi.

"Moza, selain kau bertemu ratu Ellona--"

"Jadi nama ibu permaisuri yang ku temui ratu Ellona?" Moza memotong pembicaraan Nick.

"Iya, asal kau tahu, dia itu ratu utama di Kerajaan Alga. Selain kau berbincang dengannya, peristiwa apalagi yang kau temui hari ini?"

"Su-dah itu saja." Moza nyengir.

"Ah yang benar?!"

"I-ya kayanya sudah benar he he he."

"Baiklah aku percaya. Tapi kenapa aku mencium aroma kandang kuda di sini?"

Wussh...

Tanpa menunggu jawaban, Nick pergi membonceng tawa.

"NICK!!!"

Moza, jika tuan Oris meminta lukisan milikmu, berikanlah padanya.

Nick sepenuhnya menghilang. Moza merutuki dirinya sendiri yang seharusnya tidak menyembunyikan apapun dari Nick. Serapat apapun itu, Nick pasti mengendusnya.

"Salam putri Aurora, tuan Oris ingin bertemu."

"Aurora," panggil Oris yang mengekor di belakang pelayan.

.

.

.

Bersambung.

.......

Terpopuler

Comments

FT. Zira

FT. Zira

terus bilang maaf keceplosan... di jamin lawan bicara langsung salting😅😅😅

2024-02-19

1

RE💜

RE💜

target selanjutnya itu, dibunuh atau dinikahi Kaisar? Kan Aurora bkn anak Kaisar, kenapa jd target🤔

2024-02-12

1

RE💜

RE💜

Oh pdhl aku sdh jatuh cinta sm sosok Nick berusia 23 tahun, ternyta kakek 57 tahun. Huwaaa 😭

2024-02-12

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!