Minumlah ini tuan putri." Seorang wanita paruh baya menyurukkan wadah berisi air hijau yang terduga ramuan obat. Moza meneguk air itu dengan susah payah menahan mual.
"Terimakasih nek," dia memberikan wadahnya kembali yang masih berisi setengah.
"Maaf aku belum bisa menghabiskannya, perutku mual sekali."
"Tidak dihabiskan juga tidak apa-apa," nenek itu tersenyum seraya memberikan tatapan teduh. Beliau beringsut untuk memeriksa luka lebam di ujung bibir Moza.
"Awwh."
"Nenek sudah mengompres luka lebam putri. Setelahnya nenek akan serahkan pada cucu nenek." Beliau mempersilahkan Hugo untuk mendekati Moza, yang memang laki-laki itu sudah berdiri lama menunggui gadis tersebut. Hugo duduk di tepi ranjang. Lelaki itu mengeluarkan benda, membukanya, lalu mengusapkan isinya ke ujung bibir Moza.
Kira-kira apa yang dilakukan Hugo? apakah dia akan memperlebar lebamnya?
"Kau mau apa?"
"Aku mau menyembunyikan lukamu." Mendengar ini, Moza tiba-tiba terkekeh geli. Sepertinya dia baru saja menemukan senjata untuk mengejek seorang Hugo.
"Kenapa harus di sembunyikan? apakah kau takut dengan ayahku? pasti kau akan kena hukuman karena tidak bisa menjagaku dengan baik."
"Bisa dibilang iya, bisa dibilang tidak. Ada alasan yang lebih tepat kenapa aku mau menyamarkan lukamu."
"Apa itu?" tanya Moza. Gadis itu terpantik penasaran akan kalimat Hugo.
"Aku tidak mau kau terlihat terluka, itu memang benar. Tapi aku melakukan itu bukan karena takut pada seseorang karena telah lalai menjaganya. Aku menjagamu sudah cukup baik."
"Kau membiarkanku melawan orang itu bagimu sudah cukup baik sebagai penjagaan?"
"Iya, membiarkan kesempatan seseorang untuk melakukan apa yang dia mau lakukan tidak semua orang memegang prinsip seperti itu. Bagiku, hidup yang cuma satu kali jangan digunakan dengan hal yang tidak kamu mau. Kau mau kemana, silahkan. Kau berbuat apa, silahkan. Meskipun yang akan kamu masuki adalah hal yang berbahaya sekalipun. Tugasku sebagai penjaga, membereskan ketika kau sudah mendapat pengalaman tambahan."
Moza tidak dapat mendebat prinsip yang Hugo miliki. Tetapi dia masih punya satu lagi pertanyaan yang dia rasa cukup menarik untuk di debat. Syukur-syukur kalau jawaban Hugo kurang memuaskan, Moza bisa mengerjainya habis-habisan.
"Lalu kenapa kau mau aku tidak terlihat terluka?"
"Karena besok ulang tahun kaisar. Sayang sekali kalau lebam ini masih terlihat."
"Apa ada masalah dengan itu?"
"Menurutku ada, cantiknya jadi berkurang."
Yang tadinya mau ngajak debat malah pipinya merah-merah. Moza tak habis pikir ternyata Hugo memiliki kepribadian yang sulit ditebak. Kadang baik bak pahlawan, kadang lempeng tidak punya ekspresi, kadang pendiam kadang berisik. Ini memusingkan, tapi Moza suka karena sesuatu yang berbau Hugo Moza tiba-tiba menjadi tertarik.
Coba kalau Nick yang bilang Moza cantik, sudah pasti ditinggal melengos, atau paling banter dikatai tukang gombal.
"Ah yang benar saja. Itu jawaban yang paling tak masuk akal. Aku akan bilang ayah kalau aku habis dipukul seseorang."
"Bukan kewajibanku untuk membuat dirimu percaya. Kalau kau mau seperti itu, silahkan. Mungkin hari ini akan menjadi hari terakhirku menjagamu," jawab Hugo santai sembari memasukan kembali benda yang ia gunakan menutup luka Moza.
"Aku akan mengelapnya, jika kamu tidak berkenan lukanya tertutup."
Hugo sungguh-sungguh dalam berbicara. Benar saja, ia langsung mengelap krim yang sudah teraplikasi baik di ujung bibir Moza. Hal itu membuat Moza merasa kalah, dan dia harus membenarkan situasi. Gadis itu sesungguhnya tidak mau Oris tahu kalau dirinya habis bekelahi.
"Hugo, aku hanya bercanda. Berikan padaku benda itu, apa namanya?"
"Damen."
"Iya itu, damen. Sini berikan padaku!"
Hugo tidak menggubris kemauan Moza. Lelaki itu pura-pura tuli dan segera menyuruh Moza berhenti merengek padanya.
"Hugo, berikan padaku. Aku tidak mau tahu pokoknya kau harus berikan damen itu padaku." Suara Moza meninggi, tapi tetap, itu saja tidak cukup meruntuhkan kegigihan Hugo mendiami Moza.
"Tidak perlu ada damen disini."
"HUGO!" Moza frustasi. Dia menatap Hugo dengan pandangan terluka. Tak ada pilihan, gadis itu memilih mengambil paksa dengan memajukan tubuhnya. Akibat gerakan Moza yang ugal-ugalan dia hampir saja menabrak bibir pemuda itu.
Keadaan langsung hening.
Ehem, hem, hem, perlu diiringi lagu cinta tidak nih? biar aku yang menyanyikan. Romantis sekali. Aku tidak menyangka kalau kau tukang nyosor duluan.
Hei Nick, kalau tidak tahu ceritanya, tidak usah berkomentar.
"Nih, pakai sendiri."
Hugo memberikan damen pada Moza dan berlalu meninggalkan gadis itu sendirian di kamar.
"Hugo!"
"Ada apa?"
"Kado untuk kaisar?"
"Pakai itu dulu, nanti temui aku disitu."
"Disitu dimana?"
"Pokoknya disitu."
...*******...
Pesa ulang tahun kaisar telah tiba.
Dari berbagai kalangan, para tamu berkumpul di aula pesta dengan berbagai macam wajah. Acaranya bukan hanya diperuntukkan bagi kalangan atas, rakyat biasa pun dapat menikmati keberkahan pesta dalam waktu yang sama.
Hal ini sontak menjadi perbincangan hangat. Ada yang berpendapat setuju dengan konsep ulang tahun kali ini yang lebih merakyat, ada juga yang menyindir halus bahwa keputusan ini sangat membahayakan keamanan kerajaan. Yang terparah ada yang bilang ini sebuah pencitraan. Terlepas dari apa pendapat orang-orang, Kaisar Alexander datang menyapa semua hadirin yang turut berbahagia dengan jumawa.
Di temani Oris, Kaisar Alexander memberikan sedikitnya banyaknya kata-kata sambutan. Konon katanya, setelah makan bersama, puncak pesta akan diisi dengan kuis pertanyaan. Siapa yang mampu menjawab akan dihadiahi seekor sapi.
"Aku tidak melihat Rexton sejak tadi." Bisik-bisik Jorrel kepada Dixon.
"Dia berhalangan hadir."
"Apa?! sudah tidak waras dia rupanya. Acara seperti ini seharusnya menjadi kesempatan emas untuk lebih dekat dengan yang mulia kaisar. Dia malah tidak datang." Dengus Jorrel.
"Sudahlah, mungkin dia sedang tidak enak badan." Xavier menyambar. Kemudian ia saling pandang dengan Dixon.
"Tenanglah, dia ada urusan lain yang lebih mendesak." Dixon menambahkan agar Jorrel memaklumi keabsenan Rexton. Kemudian samar-samar ujung bibir pria itu tertarik.
Dia seharusnya memang tidak perlu datang, karena dia penghalang terbesar untuk aku mendekati Aurora. Batin Dixon.
Di lain tempat dan dalam satu moment penting ini, Moza tertidur pulas di kamar dan melewati kesempatan bertemu Kaisar Alexander atau Nick manusia yang ingin sekali gadis itu lihat.
.
.
.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
RE💜
Lah malh ngorok 🤣 Bangun oii Moza
2024-02-12
1
RE💜
Aku msh blm paham, jadi Nick bisa keluar masuk tubuhnya sendiri kan ya itu tubuh Kaisar. Tapi klo lagi jd hantu, tubuh Kaisar diumpentin 🤔
2024-02-12
1
RE💜
Ceilee terhanyut Moza digombalin Hugo 🤣
2024-02-12
1