Moza berjalan anggun menyusuri koridor istana Alga setelah mendapat petunjuk dari Nick. Cowok itu bilang, untuk mengawali hari yang cerah Moza harus melabuhkan langkah sesuai peta yang sudah disiapkan Nick di dalam kotak. Moza berjalan melewati indahnya pemandangan istana yang belum sempat gadis itu nikmati. Sampai pada tempat pemeliharaan kuda, dia berhenti melangkah untuk melihat keadaan sekitar.
Salah satu kuda meringkik saat Moza sudah berjarak dekat, seolah-olah kuda tersebut menyambut kedatangan Moza berbentuk putri Aurora. Karenanya, Moza ingin mendekat ke arah kuda tersebut dan memperhatikan. Ia mengangkat tangan untuk sekedar mengusap punggung kuda itu, namun sesuatu telah terjadi padanya lebih dulu.
"Arrrggghhh"
Moza terpukul mundur lantaran menghindari kuda yang tiba-tiba mengangkat kedua kaki depannya. Bersamaan dengan gadis itu hampir berdebam dengan tanah, seorang pria muncul menyelamatkan Moza yang terhuyung serta membantu menenangkan kuda yang gusar.
Moza berhasil terselamatkan. Pria yang telah menolongnya segera menarik tangannya dari tubuh Moza ketika gadis itu sudah menjejakkan kaki dengan benar.
"Salam putri Aurora, apakah ada yang terluka?"
"Tidak, aku tidak apa-apa dan hanya sedikit terkejut saja. Terimakasih sudah menolongku," si pria menganggukkan kepala sebagai bentuk respon atas kata terimakasih putri Aurora. Moza tadinya mau bertanya nama pemuda tersebut, tetapi dia langsung sadar jika bertanya demikian akan terdengar aneh. Seperti biasanya, dia memanggil-manggil Nick untuk mendapat informasi.
Nick, pria ini siapa namanya? apakah putri Aurora mengenalnya?
Tidak ada sahutan.
Nick..
Sampai Moza memanggil-manggil begitu banyak, Nick tetap tidak bersuara.
"Apakah putri memerlukan sesuatu?"
"Tidak, aku hanya ingin berjalan-jalan saja karena bosan berada di dalam kamar terus-menerus."
"Kalau begitu saya pamit undur diri. Sa-" Moza hampir menarik lengan pria itu agar tidak beranjak pergi jika saja ia tak teringat bahwa dia adalah seorang putri. Bagaimana pun, sikapnya harus di perhatikan agar dia tidak menemukan kesulitan nantinya. Moza tidak tahu karakter putri Aurora seperti apa aslinya. Ia hanya dipesan oleh Nick agar jadilah dirinya sendiri tanpa berperangai seperti orang lain.
"Heem, maaf tuan tunggu sebentar. Aku mau bertanya namun agak sedikit terdengar aneh."
"Tanyakan saja putri."
"Baiklah, jadi... siapa namamu?"
"Namaku Hugo," jawab lugas pria itu. Ternyata bertanya siapa nama pria di hadapannya tidak sesulit apa yang telah Moza bayangkan.
"Hugo, nama yang bagus. Apakah aku mengenalmu, maksudnya kita pernah berbincang satu sama lain?"
Mata Hugo menyipit, "saya sudah pasti mengenal putri Aurora namun putri tidak mengenal saya. Ini adalah pertama kali putri berkunjung ke tempat seperti ini. Saat putri bertanya siapa nama saya itu adalah hal yang wajar karena putri dan saya tidak pernah berbicara. Justru saya merasa heran kenapa putri bertanya apakah kita pernah saling berbincang satu sama lain?"
"He he he, aku cuma mau ngetes kamu aja Hugo." Moza tersenyum canggung yang membuat Hugo menarik samar ujung bibirnya.
Sekejap kemudian, Moza tiba-tiba merasa gugup karena Hugo baru saja tersenyum.
"Salam putri Aurora," sebuah suara menginterupsi. Moza membalikkan badan, memeriksa siapa yang telah menyapanya dengan lembut. Moza tergugu dan berharap instingnya menganalisa penampilan benar adanya.
"Salam hormat yang mulia permaisuri." Sambil membungkuk, Moza berkomat-kamit tanpa suara. Ia sangat berharap jika ia tidak salah memanggil. Dan ketika dia sudah mendongak bertatapan lurus, Moza mendapati wanita di hadapannya menunjukkan tatapan skeptis.
"Putri Aurora, bisakah kita berbincang sebentar?" pintanya.
"Bisa."
.
.
Dan disinilah mereka berada, duduk berdua di istana permaisuri yang tak kalah menakjubkan. Moza menghembuskan nafas lega, sebab tebakannya bahwa wanita yang telah memanggilnya adalah permaisuri tidaklah meleset.
Yang jadi pertanyaan, apakah dia ratu utama, atau seorang selir? mengingat kaisar Alexander memiliki tujuh istri.
Pertanyaan demi pertanyaan bermunculan sebagai PR untuk Moza menggali info lebih dalam. Nick sekarang tidak sedang membersamai kegiatan Moza, jadi-- gadis itu berusaha sendirian.
"Senang bisa melihat putri kembali sehat. Semoga ketentraman ada selalu menyertai kita. Putri Aurora, bagaimana keadaanmu?"
"Terimakasih atas perhatiannya yang mulia permaisuri. Saya baik-baik saja."
"Panggil seperti biasanya saja, ibu."
Ah, jadi putri Aurora memanggilnya ibu. Moza tersenyum kikuk.
"Sudah lama kita tidak berbincang bersama. Aku sangat merindukanmu nak. Selama kamu belum sadar, aku membuat lukisan ini untukmu." Permaisuri menunjuk benda yang masih di tutupi kain.
Saat di buka, lukisannya adalah putri Aurora yang sedang tertidur berbalut gaun dan riasan cantik di pangkuan sang permaisuri. Permaisuri bilang, ini adalah karyanya yang paling dia sukai sepanjang masa. Jelas apa yang tengah dilakukan permaisuri membuat Moza sangat tersanjung.
"Ibu baik sekali, yang mulia kaisar sangat beruntung memiliki istri seperti ibu."
"Aku yang beruntung memilikinya," tatapan permaisuri menerawang jauh berbalut senyuman hangat.
"Kami menikah atas dasar politik. Meskipun aku bukan istri yang dia cintai, menjadi bagian dalam hidupnya sudah lebih dari cukup. Aku senang bisa terus ada selalu di sisinya untuk menemaninya mengabdi pada Alga dan rakyat."
Moza menyimak lanjutan cerita penuh kagum. Sesekali ia tertawa renyah karena perbincangan mereka sudah memasuki tahap nyaman.
...*****...
Sementara di tempat lain masih dalam belahan bumi yang sama, Nick berada di suatu tempat yang tersembunyi sedang bertemu dengan Oris. Nampak jelas Oris membungkuk hormat pada Nick layaknya anak buah pada atasan.
"Salam yang mulia kaisar, pertemuan dengan para raja dan putra mahkota sudah terlaksana dengan baik. Dan saat pertemuan itu, putri Aurora telah sadar."
Nick adalah kaisar Alexander, pemimpin tertinggi kerajaan Alga. Atas bantuan guru, dia melakukan serangkaian rencana pengungkapan dalang dari segala peristiwa ganjil yang terjadi di kerajaan. Guru mendapatkan ramalan bahwa kaisar Alexander di temani Oris dapat menyingkirkan orang-orang tersebut lantaran ada ikut campur gadis yang memiliki tanda lingkaran merah di pergelangan tangan. Moza adalah orangnya. Maka saat gadis itu bersalaman dengan Nick, ia terlempar ke jaman ini.
Bukan perkara mudah untuk melakukan semua ini tanpa Moza, sebab orang-orang yang mau diperangi kaisar selain pintar melempar batu sembunyi tangan, juga ada yang bersekutu dengan ilmu hitam. Dan aura yang mengalir pada tubuh Moza adalah penetralnya.
"Bagus, di dalam tubuh putrimu sebenarnya bukanlah Aurora. Dia adalah seorang gadis dari masa depan bernama Moza. Setelah kau tahu ini, sikapmu tidak perlu berubah. Kau tetap menjadi ayah baginya."
Oris mengerutkan kening. Pria itu berusaha mencerna ucapan sang kaisar yang terdengar menuntut penjelasan lebih.
"Kau tidak perlu bingung Oris, ini adalah jalan menuju kemenangan agar Alga kembali tentram tanpa orang-orang yang haus akan kekuasaan. Maaf, putrimu sudah tiada saat kecelakaan terjadi. Aku turut berduka."
Tidak ada orang tua yang tak sedih karena telah kehilangan anaknya. Namun kebesaran hati Oris dalam menerima takdir, membuatnya tidak berlarut dalam kehilangan. Setelah menyeka air mata di pelupuk matanya, ia tegar kembali menyerukan baktinya kepada rakyat Alga di hadapan kaisar Alexander.
.
.
.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
dewidewie
wahhh Nick adalah kaisar tertinggi
2024-03-24
1
FT. Zira
lha....😅😅
2024-02-19
1
FT. Zira
berasa buta arah dong ya😅
2024-02-19
1