Sedih

Selepas kembali dari kegiatan menunggu tak adanya hasilnya, dan memohon tak ada gunanya, Moza memilih berdiam diri di dalam kamar sambil menetralkan deru nafas yang memburu. Ia tidak bisa berbuat banyak soal ini, sebab sang ayah pun terasa seperti tidak berada dipihaknya.

Melihat kado untuk kaisar masih terbungkus rapi, ia menghela nafas panjang. Gadis itu kemudian melangkah menuju balkon dan terpaku di sana membiarkan rambut coklatnya tergerus angin. Ia melihat Hugo sedang menatapnya dari bawah lalu melambaikan tangan.

Karena suka,

Tanpa banyak pertimbangan Moza gesit keluar kamar untuk menghampiri Hugo.

Karena suka,

Kekecewaan Moza meluap begitu saja, berganti senyum merekah dengan perasaan yang semakin membaik.

Ibarat kata, Moza seperti anak kecil yang di lambaikan tangan oleh wewe gombel. Langsung gerak cepat dan kehilangan kesadaran sepenuhnya.

"Salam Aurora, apakah hari ini ada rencana keluar istana?"

"Tidak Hugo, aku ingin disini saja. Hari sudah mulai senja dan sebaiknya aku--"

"Sebaiknya apa?"

"Sebaiknya aku mengganggumu saja."

Hugo tersenyum tipis.

"Aku mendengar kabar pangeran Rexton terserang klan Zhyier saat menuju Alga. Sebagai orang yang ditugaskan menjagamu, aku ingin memeriksa keadaanmu apakah kau baik-baik saja hingga tidak bisa menghadiri pesta?" Hugo angkat bicara.

"Pangeran Rexton terserang?! bagaimana keadaannya sekarang?" nada bicaranya begitu khawatir, mengakibatkan sorot mata Hugo berubah.

"Berhasil terselamatkan. Tenang saja, dia masih bernafas sekarang." Jawab Hugo dengan tangan terkepal.

"Syukurlah. Aku tidur bagai orang mati Hugo, sampai aku tidak hadir di acara ulang tahun kaisar."

"Tertidur? seperti bukan itu yang terjadi."

"Maksudmu?"

"Apakah kau yakin tertidur? atau sebenarnya kau dibuat tertidur lebih lama?"

Moza mencerna perkataan Hugo dengan menyambungkan kebiasaannya soal tidur. Dia jarang sekali bangun kesiangan, apalagi sampai berjam-jam lamanya. Paling banter telat 10 menit dari jam bangun tidur biasanya. Ini sungguh mengoyak rasa kepercayaan Moza. Dia mulai merasa-- kepada siapa dia harus percaya di jaman ini?

Di sini jangan mudah percaya dengan apa yang terlihat. Hati-hati, banyak manipulasi bertebaran.

Kata-kata Nick tempo hari kembali terngiang-ngiang.

"Aurora," Hugo memanggil lantaran gadis itu terbengong alih-alih menanggapi pertanyaannya.

Apa aku harus bicara jujur soal siapa aku, Nick, dan semua yang terjadi kepada Hugo? ah tidak, bagaimanapun, yang membawa aku kesini adalah Nick. Aku tidak bisa membongkar kenyataan ini secara sepihak.

"Aurora," panggil Hugo kedua kalinya.

"Ah iya, mungkin aku terlalu lelah efek berkelahi kemarin Hugo." Bohongnya, " Krim yang kau pakaikan padaku benar-benar ampuh. Lebamku tertutup sempurna sampai aku lupa bahwa ada luka di wajahku ini. Hugo, beritahu aku bahan-bahan apa saja untuk membuat damen?!" Moza mengalihkan pembicaraan.

"Sungguh kau ingin tahu?" seru Hugo sambil mengangkat sebelah alisnya.

"Iya, memangnya kenapa? kau bertanya seperti informasi bahan itu sangat berbahaya jika aku mengetahuinya."

"Baiklah kalau kau ingin tahu. Damen yang kau gunakan terbuat dari perpaduan daki leher kudanil yang difermentasikan dengan kentut kerbau." Moza meringis.

"Benarkah begitu?"

"Tentu saja tidak benar. Memang kau saja yang bisa bergurau." Hugo melengos tak tahan dengan ekspresi Moza. Tepat ketika moment Moza tidak melihat air muka Hugo, pria itu mengulum tawa lalu menelannya sedetik kemudian sampai memunculkan kembali mode tampang serius.

"Hugo, kau bisa bercanda juga rupanya he he he. Hampir saja aku percaya dengan dua bahan itu. Jadi yang benar itu apa?"

"Rahasia."

Hugo menghindari Moza yang berakhir menjadi adegan kejar-kejaran. Sesungguhnya niat lelaki itu memancing Moza keluar kamar menemuinya adalah kegagalannya dalam mencari informasi jika gadis itu berada di dalam kamarnya. Hugo belum bisa menembus aura gelap yang mengelilingi kamar tersebut. Ia harus banyak belajar, dan untuk sementara, ia menggunakan cara menggali informasi saat mereka berada di luar.

Namun siapa sangka,

Tidak mudah untuk membuat Moza terbuka terhadap hal-hal pribadi yang lebih mendalam.

...******...

Malam hari sudah datang dan ada seseorang yang berjanji menemui Moza di kamarnya. Dia Nick, lelaki yang baru saja menyelesaikan persoalan yang harus dituntaskan.

Wusssh..

Nick mendapati Moza berdiri menyambutnya dengan sebuah tongkat di kepalan tangan. Tatapannya menusuk-nusuk sanubari. Sebagai lelaki sejati Nick maju ke dalam arena pertempuran. Dia harus menenangkan Moza agar perasaan gadis itu baik-baik saja.

"Moza, kau mau memukuliku?" lirih Nick.

"IYA!"

"Lakukanlah kalau itu membuatmu tenang."

Klontang..

Tongkat di lempar sembarang oleh Moza alih-alih dipakai memukuli Nick. Gadis itu mendekat memandang Nick dengan tatapan paling menyakitkan.

"Nick, apakah kau yang membuat aku tertidur? apa kau tidak mau aku menghadiri pesta? untuk apa kau melakukan itu? aku harus percaya pada siapa? dan kau.. sebenernya siapa di sini?" cecar Moza memojokkan posisi Nick. Pria itu kesulitan mengendalikan Moza.

"Aku Nick, orang yang peduli dengan Alga. Soal kau tertidur memang benar aku yang membuatmu tidak bisa menghadiri pesta ulang tahun itu."

"Kenapa kau plin-plan sekali jadi hantu. Kalau memang aku tidak bisa menghadiri acara itu, seharusnya kau bilang saja dari awal. Aku tidak akan berekspektasi lebih dan repot-repot mencari hadiah untuk kaisar. Coba kau lihat di sana, susah payah aku dapatkan tapi berakhir sia-sia."

"Tidak ada yang sia-sia Moza, hadiahnya buatku saja."

Nick mengambil kotak hadiah yang di tunjuk Moza.

"Waw kue buah, aku suka ini."

Situasi ini persis seperti suami yang lagi ciut menghadapi amarah istri. Nick bertindak lebih hati-hati jika Moza sudah menanyakan kepada siapa dia harus percaya.

"Itu bukan untuk kau. Itu untuk kaisar, mengerti?!"

Aku kaisar. Pria itu ingin berteriak demikian namun tertahan. Sebab, jika Moza tahu lebih cepat kalau dia adalah kaisar, maka perilakunya akan berubah dan akan sulit untuk mengendalikan dirinya. Selain itu, rentan sekali orang-orang yang memiliki niat terselubung memanfaatkan Moza karena kedekatannya dengan Nick.

Nick membawa Moza ke jaman ini untuk berada di pihak kubunya. Dia diperuntukkan melawan Gunzo (musuh Nick yang memiliki sihir hitam), karena Moza tidak mempan terkena sihir hitam sebab berbeda jaman. Alga krisis orang jujur. Alga banyak memiliki orang munafik haus akan kekuasaan. Maka, perang tidak dapat terhindarkan dalam waktu yang tidak lama lagi.

"Cicip sedikit saja."

Moza menghela nafas, "banyak juga tidak apa-apa, daripada terbuang. Nick, habis makan itu, ayo kita bersalaman. Aku ingin pulang."

"Moza."

"Kenapa?"

"Kamu tega ninggalin aku?"

"Aku takut di sini sendirian. Aku takut semua yang ada di sini."

"Jangan takut, ada aku di sini. Maafkan aku Moza. "

.

.

.

.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

FT. Zira

FT. Zira

wewe gombelnya merasa terzolimi😭😭😭😭

2024-03-04

1

RE💜

RE💜

Wah, jd tidurnya Aurora ada sesuatu🤔

2024-02-14

1

nowitsrain

nowitsrain

Harus banget Wewe gombel kah 😭😭

2024-01-29

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!