Bab 7 Selalu Salah

" Kemana saja kau Kemala! Aku lelah menunggu mu dari tadi diluar."

"Maaf Bu, tadi Mala jalan-jalan sebentar bareng Aska. Ini sapu lidi nya kenapa ya Bu?" Tanya ku sopan.

"Kau itu, baru bisa nyari uang sendiri langsung berubah menjadi orang yang sombong Kemala. Buat apa yang beginian kau jual. Emang laku?"

"Maksud ibu apa ngomong begitu? Mala salah apa Bu. Walaupun sapu itu tidak mahal, setidaknya bisa untuk uang jajan Aska. Ucapku sambil membuka pintu.

"Lebih baik uang itu kau berikan pada suami mu atau Tika Mala, dia itu anak yatim. Anak mu kan masih lengkap orang tua nya. Kasian sedikit lah kau sama si Tika cucu ku."

"Namanya Aska Bu. Aska juga cucu Ibu dan Cucu Ibu bukan hanya Tika saja. Kalau semua nya diberikan untuk Tika, lalu Aska dapat apa Bu? Selama ini bahkan Aska nggak pernah mendapat kan apapun dari bang Burhan. Lalu sekarang ibu menyuruh ku untuk memberikan milik Aska?"

"Memang susah bicara sama kau Mala! Betul kata Burhan kau itu memang pelit."

"Mala atau anak Ibu yang pelit?"

Pertanyaan ku sontak membuat mata mertua ku mendelik. Amarah nya langsung bangkit jika aku yang menyinggung anak laki-laki nya itu.

Kursi plastik yang lemah itu langsung melayang ke arah tubuh ringkih ku.

Sakit? Aku sudah biasa merasakan sakit yang lebih parah dari ini.

"Apa kalau belum memukul ku ibu belum puas? Pukul saja aku lagi jika itu membuat ibu bahagia." Ucapku sambil tersenyum.

Hal itu sontak membuat wanita tua itu semakin marah dan menghancurkan apa saja yang didepannya. Rumah ku yang memang sudah tidak layak huni semakin buruk saja.

"Berikan uang mu padaku Mala! Bukan kah selama ini uang mu sudah banyak? Ada hak Burhan dan Tika di sana." Ucap nya setelah selesai mengamuk.

"Uang yang mana Bu?"

"Bukan kah kau buruh pencari berondolan? Pasti banyak uang mu."

"Kalau uang ku banyak pasti aku sudah kaya Bu. Lihatlah baju ku, apa masih layak pakai? Bahkan kain lap dirumah ibu saja lebih bagus." Ucap ku terkekeh-kekeh.

"Terserah apa kata mu aku tidak peduli. Cepat berikan uang itu mala!"

"Tidak ada hak ibu, bang Burhan atau Tika dalam uang yang ku cari selama ini. Harus nya ibu menyadarkan anak ibu agar tidak mengabaikan anak dan istrinya. Kalau saja bang Burhan tidak pelit pada kami, pasti aku tidak akan mencari nafkah ku sendiri."

"Memang kau menantu yang kurang aj*r! Menyesal aku menikah kan kau dulu dengan Burhan. Kau memang tidak tahu berterima kasih. Sudah bagus dulu Burhan mau menyelamatkan keluarga mu dari rasa malu."

"Untuk itu Mala ucapkan terima kasih Bu."

Aku sudah lelah dengan perangai mertua ku itu. Entah dia tidak peka atau tidak tahu bahwa anak nya itu memang sudah sangat zhalim terhadap kami keluarga nya.

Ah, mau dikatakan seperti apapun tetap saja seorang Ibu pasti akan membela anak nya bukan? Dan aku disini di anggap sebagai orang lain.

"Memang susah berbicara dengan perempuan tidak berpendidikan seperti kau ini Mala! Ah sudahlah, aku lelah. Akan aku adukan kepada Burhan perilaku mu hari ini. Lihat saja Mala, ku pastikan kau akan di depak dari rumah ini."

"Aku tunggu bu, aku tidak takut. Karena itu adalah hak ku. Apa Ibu tidak malu? Hanya karena uang yang ku cari dengan tetesan keringat ku sendiri Ibu memukul ku? Apa kata orang-orang Bu? Bukan kah Ibu orang kaya? Mengapa harus mengemis kepada orang miskin seperti saya!"

Tak ku hiraukan lagi wajah yang penuh amarah itu. Sudah lelah rasanya selama ini aku di siksa lahir dan batin. Aku akan berjuang mati-matian jika itu menyangkut hak milik ku sendiri. Tak kan ku biarkan satu orang pun mengambil nya dari ku.

"Bunda, ada Pak RT di luar kata nya mau ketemu bunda." Ucap Aska tiba-tiba.

Aku heran, selama ini Pak RT tidak pernah kerumah, ada apa gerangan beliau datang ke sini.

Ibu mertua yang takut ketahuan telah menghancurkan isi dalam rumah ku langsung pergi begitu saja.

"Dimana Pak RT nya Aska?"

Aska hanya menunduk tidak berani menatap wajah ku.

"Maafin Aska Bunda, Aska udah berbohong." Ucpnya sambil memilih ujung baju yang kebesaran itu.

"Maksud nya gimana sayang?"

"Tadi Aska takut nenek sihir marah-marah sama Bunda makanya Aska berbohong kalau ada Pak RT diluar. Sebenarnya Pak RT nya nggak ada Bunda."

Sontak Mala pun tertawa terbahak-bahak di depan anak nya ini. Ia tidak menyangka hanya karena satu kebohongan dari anak nya bisa membuat Ibu mertua nya itu langsung pergi meninggalkan rumah tua mereka.

"Kok Bunda tertawa?"

"Habis nya kamu lucu sih sayang. Darimana Aska dapat ide seperti itu? Tapi tetap saja kalau berbohong itu tidak boleh ya nak."

"Tapi kan kalau berbohong demi kebaikan nggak apa Bunda."

"Hmmm, mungkin."

Aku memang bukan lah orang yang banyak mengerti tentang agama. Akan tetapi sebisa mungkin ku ajarkan anak ku tentang kebaikan.

Setelah menasehati Aska, aku pun langsung memberesi sisa pertempuran ku dengan Ibu mertua. Barang yang ada di rumah ini memang sudah tidak layak pakai.

Semua barang-barang aku keluarkan dan akan aku bakar. Buat apa juga di simpan karena sudah tidak ada guna nya.

Namun, seketika pikiran ku mulai jalan. Kenapa tidak aku manfaat kan saja barang-barang setengah hancur ini.

Ada kursi dan meja plastik. Bingkai foto yang sudah lapuk, vas bunga yang pecah, bahkan masih banyak benda-benda lain nya di rumah ini. Jiwa seni ku seakan meronta-ronta.

"Ada apa ini Kemala!"

Bang Burhan pulang saat melihat aku sedang mengeluarkan beberapa perabotan usang. Aku tidak memperdulikan nya dan melanjutkan pekerjaan ku yang tidak ada habisnya.

Aska tadi minta izin bermain sebentar kerumah temannya yang tidak jauh dari rumah ini.

"Selain pelit, kau juga tuli ya."

Aku pun tidak menanggapi perkataan nya lagi. Ku anggap ia adalah jin penunggu rumah ini.

"Kemalaaaaa!"

Wah, raungan suara bang Burhan bahkan mengalahkan suara apapun.

"Iya bang, ada apa?" Ucapku sambil tetap bekerja.

"Kalau aku bicara itu dengar! Apa kau mau ku buat tuli betulan?"

Aku meletakkan barang-barang itu sembarangan. Lalu berdiri di depan nya. Seperti biasa aku akan menunduk dan tidak berani menatap wajah nya itu.

"Apa yang telah kau lakukan pada Ibu ku Kemala?"

"Memangnya apa bang?"

"Sudah berani kau ya?" Ucap nya sambil menarik dagu ku ke atas untuk menatap wajah nya.

Sudah lama aku tidak menatap wajah ini, wajah suami yang sudah 5 tahun ini menjadi pendamping hidupku. Banyak yang berubah dari wajah itu.

Baru kusadari ternyata suami ku sudah setampan ini. Wajah nya sudah terawat, tidak ada lagi bekas jerawat yang menghitam. Rambut nya di pangkas rapi seperti rambut anak muda zaman sekarang. Kumis dan janggut nya pun telah tiada.

Penampilan nya sekarang sudah tidak mencerminkan seorang supir truk dengan gaji pas-pasan. Apakah Tiwi membiayai suamiku?

"Jangan kau tatap aku dengan wajah buruk mu itu Mala!"

"Lalu apa yang harus ku lakukan bang? Ku tatap salah, jika tidak ku tatap pun semakin salah. Apa sebenarnya mau mu itu?"

Bang Burhan pun terkekeh dan beberapa detik kemudian ia langsung mendorong tubuhku.

"Kau itu cuma menumpang di rumah ini. Jadi jangan sok menjadi tuan rumah."

Aku tertawa menanggapi perkataan bang Burhan yang menurut ku sangat lucu itu.

"Rumah yang mana yang Abang maksud? Yang seperti kandang kambing ini?"

Aku pun tertawa lagi sambil memegang perut ku. Tawa ku semakin menjadi-jadi membuat bang Burhan keheranan.

"Kau sudah gila Kemala."

"Terserah kau saja bang. Yang penting kau senang. Karena apapun yang aku lakukan tetap salah di mata mu bukan?"

"Bisa gila aku lama-lama ada di sini."

"Iya. Pergi saja bang. Pergi saja ke tempat induk mu. Biarkan aku bahagia berdua saja bersama Aska tanpa mu." Ucapku lirih dengan air mata yang menggenang.

Ku lihat buah hatiku sedang berdiri di bibir pintu, ia menatap ku dengan penuh kasih. Aku tahu, pasti ia melihat lagi perlakuan ayah nya terhadap ku.

Entah sudah seperti apa luka hati yang di torehkan bang Burhan kepada nya. Seandainya aku bisa keluar dari sini. Aku ingin segera pergi dari semua neraka ini.

"Aku sudah tidak kuat."

Terpopuler

Comments

G** Bp

G** Bp

knpa msh bertahan Kemala,mending pergi dari rumah itu dan dari kehidupan suamimu,bawa anakmu mulailah hidup ditempat yg baru,suasana baru..hidup cuma se x jadi nikmati hidup dan buat hidupmu penuh dgn kebahagiaan...

2024-10-14

1

Neulis Saja

Neulis Saja

kalau kamu bisa kenapa tdk keluar mala karena tanpa seizin suamipun kayanya layak karena kamu sbg istri tapi tdk diperlakukan sbg istri masa baju saja seperti gelandangan sehingga ada yg mengira peminta2 sungguh miris nasibmu Mala. kau hrs berubah Mala karena Allah tdk akan mengubah nasib seseorang kalau dianya sendiri tdk mau berubah

2024-10-01

0

Togi Marnita

Togi Marnita

buat ap bertahan.laki2 seperti itu uuh buang aj.selagi lengkap tgan dan kaki

2024-09-30

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Gara-gara Ayam
2 Bab 2 Uang Jajan ku dua ribu
3 Bab 3 Jamur Sawit
4 Bab 4. Anak Yatim
5 Bab 5 Istriku Pelit
6 Bab 6 Usaha Sampingan
7 Bab 7 Selalu Salah
8 Bab 8 Mencoba Hal Baru
9 Bab 9 Rezeki Aska
10 Bab 10 Fitnah
11 Bab 11 Instalasi Gawat Darurat
12 Bab 12 Menjadi Tersangka
13 Bab 13 Isi Pikiran Burhan
14 Bab 14 Kecurigaan Burhan
15 Bab 15 Tidak Rela
16 Bab 16 Bangkit Atau Jatuh
17 Bab 17 Di Buang
18 Bab 18 Bang Heru
19 Bab 19 Cerai
20 Bab 20 Apa Mau mu!
21 Bab 21 Viral
22 Bab 22 Pratiwi
23 Bab 23 Lagi dan lagi
24 Bab 24 Aku Bukan Pelakor
25 Bab 25 Apa lagi ini?
26 Bab 26 Cerai atau Tidak?
27 Bab 27 Kebenaran di Masa lalu
28 Bab 28 Hidup baru
29 Bab 29 Itu Tiwi?
30 Bab 30 Di Permalukan
31 Bab 31 Sejarah Kampung Kemala
32 Bab 32 Selamat Tinggal
33 Bab 33 Cinta
34 Bab 34 Akhirnya Malu
35 Bab 35 Pesta Pernikahan
36 Bab 36 Nina dan Burhan
37 Bab 37 Tiwi berulah
38 Bab 38 Enak kan, Tiwi!
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
Episodes

Updated 93 Episodes

1
Bab 1 Gara-gara Ayam
2
Bab 2 Uang Jajan ku dua ribu
3
Bab 3 Jamur Sawit
4
Bab 4. Anak Yatim
5
Bab 5 Istriku Pelit
6
Bab 6 Usaha Sampingan
7
Bab 7 Selalu Salah
8
Bab 8 Mencoba Hal Baru
9
Bab 9 Rezeki Aska
10
Bab 10 Fitnah
11
Bab 11 Instalasi Gawat Darurat
12
Bab 12 Menjadi Tersangka
13
Bab 13 Isi Pikiran Burhan
14
Bab 14 Kecurigaan Burhan
15
Bab 15 Tidak Rela
16
Bab 16 Bangkit Atau Jatuh
17
Bab 17 Di Buang
18
Bab 18 Bang Heru
19
Bab 19 Cerai
20
Bab 20 Apa Mau mu!
21
Bab 21 Viral
22
Bab 22 Pratiwi
23
Bab 23 Lagi dan lagi
24
Bab 24 Aku Bukan Pelakor
25
Bab 25 Apa lagi ini?
26
Bab 26 Cerai atau Tidak?
27
Bab 27 Kebenaran di Masa lalu
28
Bab 28 Hidup baru
29
Bab 29 Itu Tiwi?
30
Bab 30 Di Permalukan
31
Bab 31 Sejarah Kampung Kemala
32
Bab 32 Selamat Tinggal
33
Bab 33 Cinta
34
Bab 34 Akhirnya Malu
35
Bab 35 Pesta Pernikahan
36
Bab 36 Nina dan Burhan
37
Bab 37 Tiwi berulah
38
Bab 38 Enak kan, Tiwi!
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!