Bab 8 Mencoba Hal Baru

Sudah beberapa hari bang Burhan tidak pulang ke rumah, aku dan Aska merasa sangat bahagia. Tidak ada drama di pagi hari, tidak ada pukulan, cacian dan makian. Hidup ku terasa aman dan damai.

Setelah sarapan aku dan Aska akan pergi ke hutan untuk mencari ranting kayu dan apa saja yang bisa ku jadikan bahan untuk eksperimen ku.

Dua keranjang hasil anyaman telah bertengger di atas pundak ku. Aku berharap banyak dari hari ini. Tidak lupa pula aku membawa bubu untuk menangkap ikan-ikan di Kali.

"Bunda, di sini segar sekali ya udara nya."

"Iya sayang, di depan sana kan hutan akasia jadi udara nya masih sejuk. Yuk kita ke Kali Badak dulu."

Kami pun berjalan menuju satu-satunya Kali yang ada di sana. Aku akan memasang bubu. Mudah-mudahan dapat banyak ikan agar Aska bisa makan enak.

Setelah mengitari pinggiran hutan, aku banyak mendapat kan ranting pohon. Di sekitar sini juga banyak terdapat beberapa cangkang siput yang sudah kosong.

"Bun, ini apa kita ambil juga?"

Aska menunjuk sekumpulan keong emas yang berada di pinggiran Kali Badak. Aku sangat bersemangat mengumpulkan keong-keong itu. Selain bisa dimakan, cangkang nya juga bisa ku jadikan hiasan.

"Terima kasih ya Allah untuk rejeki hari ini."

Bubu yang ku pasang juga menghasilkan beberapa ikan. Walaupun tidak banyak, tapi cukup untuk ku dan Aska.

Kami pulang ketika sore hari. Karena jarak antara rumah dan hutan lumayan jauh. Kami pun sudah makan segenggam nasi di campur garam tadi untuk mengganjal perut kami yang keroncongan.

"Akhirnya sampe juga ya Bun." Ucap Aska dengan keringat yang membasahi baju dan keningnya.

"Aska capek? Aska mandi dulu trus istirahat ya sayang. Bunda mau menyiapkan menu spesial untuk anak kesayangan bunda."

"Oke Bunda."

Aku lebih memilih menyiapkan makan malam terlebih dahulu. Tak ku hiraukan bau badan yang menyengat. Kasihan anak ku sudah lelah seharian ini.

Setelah Aska mandi dan berganti baju, aku pun menyiapkan makan nya. Ku biarkan ia makan sendiri, karena aku harus siap-siap untuk mandi.

Terdengar suara gaduh saat aku sedang memakai pakaian. Entah siapa yang datang ke rumah ku sore-sore begini. Suara Aska bahkan terdengar sangat marah.

"Sayang, kenapa kok ribut-ribut nak? Ada apa ini?"

Ku lihat Aska sedang menangis sambil memegang piring di tangan nya. Di depan nya Bang Burhan datang bersama Tiwi dan Tika.

"Nasehatin anak kau ini Mala, jangan serakah dia. Kasihan Tika mau makan saja tidak boleh."

"Kak Tika mau ambil semua ikan milik Aska Bunda. Kak Tika nggak mau berbagi. Padahal ikan nya udah Aska bagi sama rata." Ucap anak ku masih sesenggukan.

"Tika kan mau nya ikan yang di piring Aska, tapi Aska nya pelit nggak mau tukaran."

"Bang, tolong jangan ganggu anak ku makan! Aska, makan di luar saja ya nak di rumah Wak Nur. Ini ikan nya di bawa juga sekalian makan disana."

"Iya Bunda, Aska pergi dulu ya."

Tanpa banyak membantah, Aska pun pergi meninggalkan kami di rumah tua ini. Ku pandangi satu-satu wajah orang aneh di depan ku ini. Sungguh, mereka benar-benar tidak tahu malu. Atau mungkin urat malu mereka memang tidak di ciptakan dari lahir.

"Kau itu memang kurang aj*r ya Mala! Di depan tamu kau itu bertingkah seperti ini. Apa mau ku h*j*r lagi kau hah!"

"Siapa tamu kita bang? Mereka?" Ucap ku sambil menunjuk Tiwi dan Tika dengan dagu.

"Memang tidak tahu sopan santun istri mu ini Burhan, jangan kan untuk makan, minum pun tidak ia suguhi untuk kami."

"Mau minum apa kak Tiwi? Air putih hangat atau air putih biasa? Maaf dirumah ini tidak ada kulkas apalagi sirup. Suami ku tidak mampu membeli yang seperti itu. Kalau pun kalian lapar, tunggu lah sebentar. Dirumah ini juga tidak punya rice cooker. Cuma ada periuk tua bekas mertua ku dulu." Ucap ku panjang lebar sekalian ingin menyindir bang Burhan.

"Banyak sekali omongan mu itu Kemala! Sudah pandai kau rupanya hah!"

"Apa ada yang salah dari perkataan Mala bang? Coba Abang tanya diri Abang sendiri. Apa yang sudah Abang lakukan untuk keluarga kita."

"Ma, Tika mau makan ikan kayak Aska."

Tiba-tiba Tika memotong pembicaraan kami. Seperti biasa, ia akan terus merengek sampai keinginan nya di kabulkan. Namun kali ini, aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi.

"Mala, apa masih ada sisa ikan itu?"

"Sudah habis di bawa Aska semua bang. Lagian tadi tidak banyak kami dapat nya."

"Kau ambil lagi lah Mala, kasian Tika kepengen makan ikan itu. Berdosa nanti kau."

"Bayar dulu, karena ikan itu sangat mahal."

"Mahal apa nya? Ikan parit (Sejenis Kali, tapi lebih kecil) gitu aja mahal."

"Kalau memang tidak mau, silahkan cari sendiri di Kali Badak."

Aku tahu, bang Burhan tidak akan berani memukul ku di depan Tiwi dan Tika. Di depan mereka harga diri nya begitu tinggi.

"Berapa harga nya Mala?"

"Dua ratus lima puluh ribu rupiah."

"Apa? Ikan nggak jelas itu bisa semahal ini? Kamu jangan mengada-ada Kemala!" Ucap Tiwi tidak terima.

"Itu sudah biaya jalan kaki, biaya lelah, biaya membersihkan ikan dan biaya memasak. Kalau ku hitung biaya bumbu nya nanti bisa mahal lagi. Lumayan, sudah termasuk diskon. Bagaimana?"

Tampak bang Burhan berpikir keras, aku tahu uang segitu sangat rugi jika ia memberikannya kepada kami. Namun, ia juga tidak bisa menolak keinginan keponakan nya itu.

Bang Burhan langsung mengeluarkan uang tersebut tanpa ragu lagi saat ia melihat Tika yang hampir menangis. Luar biasa memang keponakan ku itu. Cocok sekali dia menjadi artis cilik dengan segala tingkah lakunya.

"Luar biasa ya bang, bahkan selama Aska hidup tidak pernah ia mendapatkan sesuatu yang mahal seperti ini. Tapi keponakan mu, hampir setiap hari kau manjakan."

"Jangan banyak omong kau Mala. Cepat ambilkan ikan itu."

Aku menghembuskan nafas kasar. Mau seperti apapun aku menyindir bang Burhan tidak akan peka.

Ku ambil ikan sisa milik ku di dapur, ku masukkan ke dalam kantong kresek dan ku berikan kepada Tika.

"Makan nya dirumah Tika aja ya, di sini nggak ada nasi dan minum. Nanti Tika bisa keselek tulang. Sakit loh nak, kayak di gigit harimau."

"Nggak mau, Tika takut. Mama ayo pulang kita makan dirumah aja."

Tanpa pamit, mereka langsung pergi meninggalkan rumah ku. Lega rasanya hati ini setelah mereka tidak ada lagi di hadapan ku. Ku lihat uang merah yang begitu mempesona. Kenapa tidak dari dulu aku melakukan hal ini. Toh apa yang ku minta adalah hal ku dan Aska.

"Assalamualaikum bunda, Aska pulang."

"Waalaikumsalam anak bunda. Udah siap makan nya?"

"Udah bunda. Kata Wak nur masakan bunda enak. Nanti katanya Wak nur mau di masakin kayak gitu juga."

"Iya sayang, yang penting ikan nya ada."

Ku pegang perut yang sudah keroncongan. Cacing-cacing mulai meminta hak nya. Ku lihat di dalam periuk masih menyisakan sedikit nasi sisa Aska makan tadi.

Lumayan lah untuk mengganjal perut ini. Ikan buatan ku hanya tersisa satu ekor. Sengaja tidak ku berikan semua kepada Tika, karena aku belum makan.

Setelah makan, aku pun merebahkan tubuh ku di atas kasur tipis ini. Kasur yang aku olah sendiri dari plastik-plastik sampah yang ku daur ulang. Plastik-plastik itu ku satukan hingga membentuk gumpalan.

Beruntung ada tetangga yang baik hati mau memberikan kasur bekas mereka yang sudah tidak layak pakai. Namun di tangan ku itu sangat berarti.

Tempat tidur pengantin milik ku, hadiah pernikahan dari bang Burhan telah di ambil oleh Ibu mertua. Dan aku hanya tidur di atas kasur ini sekarang.

"Bunda, bangun ada ayah di depan."

"Ayah? Kenapa ayah nggak masuk saja kerumah?"

"Pintu nya Aska kunci. Biar saja Ayah tunggu di luar. Ayah jahat tadi marahin Aska dan belain Tika. Pokoknya Aska marah sama Ayah."

Aku mengusap wajah ku kasar, entah apa yang harus kulakukan agar anak ku bisa berlapang dada memaafkan ayah nya. Namun, aku juga tidak bisa egois. Walau bagaimanapun bang Burhan adalah sosok pertama yang membuat hati Aska hancur.

Ku langkahkan kaki ku menuju pintu dan membuka handel nya.

"Lama sekali kau buka pintu Mala! Lama-lama ku hancurkan juga pintu itu."

"Ada apa Abang ke sini?"

"Ini rumah ku Mala! Rumahku! Terserah aku kapan mau pulang ataupun pergi. Kau tidak berhak mengaturku."

"Oke."

Hanya itu jawaban yang ku berikan, aku sudah sangat lelah dengan nya.

"Mana uang yang ku berikan tadi."

"Habis."

"Uang segitu kau belikan apa bisa habis dalam sekejap?"

"Beli beras sepuluh kilo, telur setengah papan, dan ikan asin."

"Semahal itu?"

"Iya. Kalau Abang nggak percaya lihat saja di belakang. Aku juga masih menyimpan bon nya. Nih, ambil."

Ku lihat wajah bang Burhan yang melongo. Selama ini ia tidak pernah mau tahu tentang harga bahan pokok bagi nya uang sepuluh ribu ditambah dua ribu itu sudah sangat banyak.

Bang Burhan lalu pergi entah kemana sambil membawa bon. Aku yakin ia akan mendatangi kedai tersebut. Ah, biarkan saja dia dengan segala pikiran nya. Aku masuk ke kamar kembali dan lanjut tidur bersama anak laki-laki ku.

Terpopuler

Comments

Idahas 3105

Idahas 3105

klo dekat pasti mala kuksh baju2

2024-12-25

0

Neulis Saja

Neulis Saja

have a nice dream

2024-10-01

0

🍃🦂 Nurliana 🦂🍃

🍃🦂 Nurliana 🦂🍃

😂😂🤣🤣🤣

2024-08-12

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Gara-gara Ayam
2 Bab 2 Uang Jajan ku dua ribu
3 Bab 3 Jamur Sawit
4 Bab 4. Anak Yatim
5 Bab 5 Istriku Pelit
6 Bab 6 Usaha Sampingan
7 Bab 7 Selalu Salah
8 Bab 8 Mencoba Hal Baru
9 Bab 9 Rezeki Aska
10 Bab 10 Fitnah
11 Bab 11 Instalasi Gawat Darurat
12 Bab 12 Menjadi Tersangka
13 Bab 13 Isi Pikiran Burhan
14 Bab 14 Kecurigaan Burhan
15 Bab 15 Tidak Rela
16 Bab 16 Bangkit Atau Jatuh
17 Bab 17 Di Buang
18 Bab 18 Bang Heru
19 Bab 19 Cerai
20 Bab 20 Apa Mau mu!
21 Bab 21 Viral
22 Bab 22 Pratiwi
23 Bab 23 Lagi dan lagi
24 Bab 24 Aku Bukan Pelakor
25 Bab 25 Apa lagi ini?
26 Bab 26 Cerai atau Tidak?
27 Bab 27 Kebenaran di Masa lalu
28 Bab 28 Hidup baru
29 Bab 29 Itu Tiwi?
30 Bab 30 Di Permalukan
31 Bab 31 Sejarah Kampung Kemala
32 Bab 32 Selamat Tinggal
33 Bab 33 Cinta
34 Bab 34 Akhirnya Malu
35 Bab 35 Pesta Pernikahan
36 Bab 36 Nina dan Burhan
37 Bab 37 Tiwi berulah
38 Bab 38 Enak kan, Tiwi!
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
Episodes

Updated 93 Episodes

1
Bab 1 Gara-gara Ayam
2
Bab 2 Uang Jajan ku dua ribu
3
Bab 3 Jamur Sawit
4
Bab 4. Anak Yatim
5
Bab 5 Istriku Pelit
6
Bab 6 Usaha Sampingan
7
Bab 7 Selalu Salah
8
Bab 8 Mencoba Hal Baru
9
Bab 9 Rezeki Aska
10
Bab 10 Fitnah
11
Bab 11 Instalasi Gawat Darurat
12
Bab 12 Menjadi Tersangka
13
Bab 13 Isi Pikiran Burhan
14
Bab 14 Kecurigaan Burhan
15
Bab 15 Tidak Rela
16
Bab 16 Bangkit Atau Jatuh
17
Bab 17 Di Buang
18
Bab 18 Bang Heru
19
Bab 19 Cerai
20
Bab 20 Apa Mau mu!
21
Bab 21 Viral
22
Bab 22 Pratiwi
23
Bab 23 Lagi dan lagi
24
Bab 24 Aku Bukan Pelakor
25
Bab 25 Apa lagi ini?
26
Bab 26 Cerai atau Tidak?
27
Bab 27 Kebenaran di Masa lalu
28
Bab 28 Hidup baru
29
Bab 29 Itu Tiwi?
30
Bab 30 Di Permalukan
31
Bab 31 Sejarah Kampung Kemala
32
Bab 32 Selamat Tinggal
33
Bab 33 Cinta
34
Bab 34 Akhirnya Malu
35
Bab 35 Pesta Pernikahan
36
Bab 36 Nina dan Burhan
37
Bab 37 Tiwi berulah
38
Bab 38 Enak kan, Tiwi!
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!