Bab 9 Rezeki Aska

Pagi ini aku bangun dengan senyum indah di bibir ku. Setelah membangun kan Aska aku pun menemani nya mandi ke sumur yang terletak di belakang rumah.

Kami tidak memiliki kamar mandi yang layak, sumur belakang rumah yang sudah tidak terpakai aku bersihkan dan dapat di gunakan kembali.

Aku membuat sendiri dinding-dinding kamar mandi dari anyaman daun kelapa sawit. Setidak nya bisa sedikit nyaman dan aman jika kami harus mandi disana.

Jangan tanya dimana kami harus membuang air besar, aku sendiri yang menggali lubang besar untuk di buat WC. Mengharap bang Burhan sama saja tidak mungkin. Laki-laki itu pasti akan terus-menerus mengomel sepanjang hari.

"Jadi wanita itu harus serba bisa Kemala! Jangan kau malas hanya tinggal meminta saja dari suami mu ini. Aku sudah lelah mencari nafkah, dan kau suruh lagi aku membantu mu dirumah."

Kalau sudah seperti itu aku pun lebih baik mengerjakan semuanya sendiri. Bisa sakit lama-lama telinga ku jika seharian harus mendengar hinaan dari nya.

"Bunda, kenapa air sumur ini tidak pernah habis ya? Makin hari makin banyak air yang keluar."

"Di dalam sumur ini, ada mata air yang terus-menerus mengeluarkan air. Makanya air tidak pernah kurang."

"Gimana kalau kita nggak punya air bunda?"

"Bunda juga nggak sanggup membayangkan nya nak. Yaudah air nya udah bunda ambilkan. Aska bisa kan mandi sendiri? Ingat ya nak, jangan melihat ke dalam sumur."

"Iya bunda."

Setelah mengambilkan air untuk Aska aku pun bergegas menyiapkan sarapan untuk kami berdua. Hari ini aku akan mencari berondolan setengah hari saja.

Rencananya siang hari aku akan mencoba menggunakan kembali kemampuan ku yang sudah lama ku pendam.

"Wah, bau nasi goreng buatan bunda enak sekali. Aska jadi lapar ni."

"Yaudah yuk kita makan sayang. Habis ini bunda mau langsung mencari berondolan ya. Aska main dulu sebentar dirumah Wak nur. Bunda pergi nya cuma sebentar kok."

"Iya Bunda, Aska memang nggak mau ikut hari ini. Aska masih capek karena ikut Bunda kemarin."

Kemala hanya tertawa menanggapi perkataan anak nya itu.

Setelah membereskan beberapa karung bekas yang harus ku bawa, aku pun berangkat pergi mencari berondolan seperti biasanya.

Ternyata hari ini berondolan yang kudapatkan sangatlah banyak. Jika di hitung-hitung mungkin bisa sampai 50 kilo.

Memang lagi-lagi rejeki Aska kali ini. Ku lihat banyak buah sawit yang berbuah lebat kali ini.

"Mala, apa mau di bantu?"

"Boleh Pak, kalau segitu Mala nggak sanggup mengangkat nya."

"Iya, nanti tak bantuin angkatin ini punya mu ya. Mala.. Mala kasian betul nasib mu. Masih muda, suami sudah banyak uang tapi kamu masih saja kerja begini an."

Aku hanya tersenyum menanggapi perkataan Bapak tersebut. Beliau terkadang memang sering membantu ku membawa berondolan yang terkadang banyak jumlah nya.

Setelah menerima upah, aku pun pulang. Bahagia sekali rasanya karena hari ini dapat banyak. Aku akan menabung uang ini, karena untuk makan dirumah sudah cukup untuk beberapa hari kedepan.

Sebuah celengan yang terbuat dari bambu tempat aku menabung uang untuk masa depan Aska, namun kali ini aku begitu terkejut saat kulihat bang Burhan sedang mengamati celengan tersebut.

"Apa yang Abang lakukan di sini?"

"Pertanyaan kau itu sudah seperti nyonya rumah saja Kemala! Bukankah sudah ku bilang ini adalah rumah ku? Aku berhak atas apa yang ada di rumah ini."

"Memang kau berhak bang, sangat berhak. Namun hanya rumah yang seperti cangkang kosong ini. Apapun yang ada didalam nya adalah milik ku dan Aska."

Plak...plak..plak..

Tiga kali tamparan itu mendarat di pipi ku. Dar*h segar langsung keluar dari sudut bibir ku.

"Mau lagi? Masih kurang? Biar ku berikan kau bonus yang tidak akan kau lupakan seumur hidup mu."

Aku pun terdiam dan tidak ada keinginan lagi untuk menjawab perkataan nya itu. Aku takut tiba-tiba Aska pulang saat melihat kami bertengkar lagi.

Bang Burhan mengambil sebagian tabungan ku, tidak ia hiraukan tangis pilu yang menyayat hatiku. Se tega itu ia mengambil uang yang bukan hak nya.

"Itu uang ku! Kenapa Abang tega mengambilnya?"

"Anggap saja kau membayar kembali apa yang sudah ku berikan kepada mu selama ini."

"Apa rupanya yang sudah Abang berikan kepadaku? Penderita an yang tidak pernah usai."

"Apa kau menderita hidup denganku?"

"Lalu apa pernah Abang berikan aku kebahagiaan? Uang yang setiap hari Abang berikan akan Abang minta kembali. Apa rupanya yang sudah Abang berikan untuk ku? Jawab!"

Aku mulai hilang kendali saat itu. Baru kali ini juga ku keraskan suara ku sedemikian rupa. Aku tidak tahu entah keberanian dari mana ini. Inti nya aku sudah sangat tidak tahan lagi dengan semua lelucon kehidupan ini.

"Kau itu perempuan yang tidak tahu berterima kasih Kemala."

"Terima kasih? Untuk apa? Bahkan aku lebih baik malu sesaat saat itu daripada harus menikah dan menderita seumur hidup seperti ini denganmu bang. Kau itu laki-laki yang pelit dan tidak bertanggung jawab."

Bang Burhan langsung saja menerjang ku seperti biasanya. Bukan kah sudah ku bilang, bicara dengan nya itu percuma. Otak nya sudah tidak sampai lagi saat memahami perkataan ku.

Aku tidak menangis saat tendangan demi tendangan aku terima. Aku tertawa dengan segala luka yang aku terima selama ini.

"Burhan, Hentikan! Apa kau ingin membunuh istri mu? Aku akan melaporkan mu pada pihak berwajib jika kau tidak mau berhenti."

"Diam kau! Jangan ikut campur."

"Dulu aku memang tidak tahu apa-apa karena tidak mengerti hukum. Namun anak ku sekarang pengacara di kota. Jika seperti kamu ini suka menyiksa istri, pasti kau akan di hukum gantung."

Bang Burhan langsung berhenti memukul ku karena terkejut mendengar perkataan Wak Nur. Ternyata Aska lah yang menyelamatkan ku kali ini.

Wajah ku sudah tidak beraturan, bahkan mungkin tangan ku terkilir. Wak nur mencoba memapah ku ke atas tempat tidur. Ia melihat kesana kesini mencoba mengamati ruangan rumah ku yang tidak memiliki apapun.

selama ini Wak Nur memang tidak mau masuk ke rumah ku. alasannya takut kepada bang Burhan. tapi kali ini beliau benar-benar memberanikan dirinya menantang suamiku itu.

"Bunda, jangan tinggalin Aska. Aska nanti sama siapa kalau Bunda nggak ada!"

"Hush, ngomong apa Aska ini. Nggak boleh ngomong yang bukan-bukan ya nak. Bunda Aska nggak apa. Cuma capek aja tadi." Ucap Wak nur menenangkan Aska.

"Makasih ya Wak."

"Iya Mala, udah jangan banyak ngomong lagi kau itu. Istirahat aja ya, nanti wawak panggil kan tukang urut. Mana tahu ada yang terkilir itu tangan dan kaki kau."

"Iya Wak sekali lagi Mala ucapkan terima kasih."

"Berterima kasih lah sama Aska. Dia yang manggil wawak tadi. Semakin hari ku lihat si Burhan makin menjadi saja. Pisah saja lah kau dengan nya Mala."

"Kalau pisah dengan bang Burhan Mala mau kemana Wak? Pulang ke kampung pasti di marahi Mak bapak karena tidak bisa menjadi istri yang baik. Jadi janda pun akan selalu di olok-olok kayak si Aminah tetangga kita seberang jalan sana."

"Banyak juga pertimbangan kau itu ya Mala. Terus mau sampai kapan kau akan jadi tempat pelampiasan si Burhan itu? Kalau terjadi apa-apa dengan kau bagaimana nasib nya si Aska? Sekarang saja tidak di perdulikan nya anak mu ini. Gimana nanti jika kau tidak ada lagi di dunia ini. Bangkit lah Kemala! Jadi lah wanita kuat."

"Akan Mala pikir kan semua nasehat yang wawak berikan. Terima kasih Wak selama ini sudah ada untuk membantu Mala." Ucapku penuh dengan linangan air mata.

"Yasudah kalau begitu, wawak pulang dulu. Dapur sudah wawak bereskan. Aska, nanti ambilkan nasi dan lauk untuk Bunda mu ya nak. Wawak tadi ada sedikit rejeki. Jadi, wawak bagikan untuk kalian berdua."

"Alhamdulillah rejeki anak ku Aska."

Terpopuler

Comments

Dhia Syarafana

Dhia Syarafana

untung aja banyak tetangganya yg baik, kalau engga hedeh....

2024-11-08

0

G** Bp

G** Bp

suami bi***b😠😠

2024-10-14

0

Neulis Saja

Neulis Saja

tunggu pembalasan dari istri yg teraniaya wahai bastard, jgn anggap tak ada punishment to you 😡

2024-10-01

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Gara-gara Ayam
2 Bab 2 Uang Jajan ku dua ribu
3 Bab 3 Jamur Sawit
4 Bab 4. Anak Yatim
5 Bab 5 Istriku Pelit
6 Bab 6 Usaha Sampingan
7 Bab 7 Selalu Salah
8 Bab 8 Mencoba Hal Baru
9 Bab 9 Rezeki Aska
10 Bab 10 Fitnah
11 Bab 11 Instalasi Gawat Darurat
12 Bab 12 Menjadi Tersangka
13 Bab 13 Isi Pikiran Burhan
14 Bab 14 Kecurigaan Burhan
15 Bab 15 Tidak Rela
16 Bab 16 Bangkit Atau Jatuh
17 Bab 17 Di Buang
18 Bab 18 Bang Heru
19 Bab 19 Cerai
20 Bab 20 Apa Mau mu!
21 Bab 21 Viral
22 Bab 22 Pratiwi
23 Bab 23 Lagi dan lagi
24 Bab 24 Aku Bukan Pelakor
25 Bab 25 Apa lagi ini?
26 Bab 26 Cerai atau Tidak?
27 Bab 27 Kebenaran di Masa lalu
28 Bab 28 Hidup baru
29 Bab 29 Itu Tiwi?
30 Bab 30 Di Permalukan
31 Bab 31 Sejarah Kampung Kemala
32 Bab 32 Selamat Tinggal
33 Bab 33 Cinta
34 Bab 34 Akhirnya Malu
35 Bab 35 Pesta Pernikahan
36 Bab 36 Nina dan Burhan
37 Bab 37 Tiwi berulah
38 Bab 38 Enak kan, Tiwi!
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
Episodes

Updated 93 Episodes

1
Bab 1 Gara-gara Ayam
2
Bab 2 Uang Jajan ku dua ribu
3
Bab 3 Jamur Sawit
4
Bab 4. Anak Yatim
5
Bab 5 Istriku Pelit
6
Bab 6 Usaha Sampingan
7
Bab 7 Selalu Salah
8
Bab 8 Mencoba Hal Baru
9
Bab 9 Rezeki Aska
10
Bab 10 Fitnah
11
Bab 11 Instalasi Gawat Darurat
12
Bab 12 Menjadi Tersangka
13
Bab 13 Isi Pikiran Burhan
14
Bab 14 Kecurigaan Burhan
15
Bab 15 Tidak Rela
16
Bab 16 Bangkit Atau Jatuh
17
Bab 17 Di Buang
18
Bab 18 Bang Heru
19
Bab 19 Cerai
20
Bab 20 Apa Mau mu!
21
Bab 21 Viral
22
Bab 22 Pratiwi
23
Bab 23 Lagi dan lagi
24
Bab 24 Aku Bukan Pelakor
25
Bab 25 Apa lagi ini?
26
Bab 26 Cerai atau Tidak?
27
Bab 27 Kebenaran di Masa lalu
28
Bab 28 Hidup baru
29
Bab 29 Itu Tiwi?
30
Bab 30 Di Permalukan
31
Bab 31 Sejarah Kampung Kemala
32
Bab 32 Selamat Tinggal
33
Bab 33 Cinta
34
Bab 34 Akhirnya Malu
35
Bab 35 Pesta Pernikahan
36
Bab 36 Nina dan Burhan
37
Bab 37 Tiwi berulah
38
Bab 38 Enak kan, Tiwi!
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!