Pertemuan dengan orang tua Keira merupakan pengalaman yang sangat berharga dalam hidupnya. Sosok yang berpengaruh di masyarakat begitu mudah berbaur dengan kalangan menengah ke bawah model Kasdun. Tentu hal ini sangat berbanding balik dengan orang yang hidupnya biasa-biasa saja namun terlihat begitu angkuh dan enggan untuk berinteraksi dengan sesamanya.
Kasdun memarkirkan motornya di teras rumah sederhana yang ia persiapkan untuk keluarga kecilnya nanti. Ia menatap nanar rumah yang pernah ia tinggali bersama orang yang sangat ia cintai, Tiara. Belum genap satu minggu mereka mengarungi rumah tangga namun harus porak poranda oleh hati yang tidak pernah bisa berpaut.
Waktu yang cukup singkat. Cinta bertepuk sebelah tangan sungguh sangat menyakitkan dirinya. Bahkan keinginan untuk bisa saling mengenal setelah pernikahan terasa hambar, Tiara tetap pada pendiriannya untuk berpisah, jika seperti itu untuk apalagi dipertahankan? Walau sakit yang ia rasakan. Ia mencoba untuk bisa ikhlas melepaskan Tiara untuk orang lain yang terpenting Ia sudah berjuang untuk mempertahankan rumah tangganya.
Kasdun melangkah gontai memasuki rumah yang sempat dihina oleh mantan istrinya itu. Rumah jelek, sempit, sumpek, kotor dan penghinaan lainnya meluncur begitu saja dari bibir Tiara tanpa mempedulikan perasaan Kasdun saat itu.
Kasdun menyugar rambutnya dengan kedua tangannya. Perih rasanya harus kehilangan orang yang ia cintai lebih memilih laki-laki lain yang lebih mapan darinya. Tanpa terasa bulir air mata hampir jatuh dari kelopak matanya yang mulai memerah. Dia memejamkan matanya sejenak menahan rasa sesak di dada.
Perlahan ia membuka matanya begitu mengingat amplop putih pemberian pak Aiman seorang anggota dewan propinsi. Ia menatap sayu amplop putih yang hanya boleh dibuka ditanggal 14 Februari. Mengapa harus ditanggal itu? Apa sebenarnya isi amplop tersebut? Bikin penasaran saja.
Deringan ponsel dari orang yang melahirkannya mengalun merdu. Bibirnya tersungging, kalau emaknya sampai menelepon sudah dipastikan beliau sangat merindukan Kasdun.
Kasdun mengusap tombol hijau di layar ponselnya.
"Iya Mak ada apa?"
"Aduh Kasdun kamu kemana saja sih? Sejak kondangan ke teman kamu kenapa kamu ga balik-balik?
"Maaf Mak, Kasdun lagi pengen nginap di rumah baru." ujar Kasdun beralasan.
"Heleh Dun, kamu kan belum punya istri tinggallah sama emak dulu, emak sendirian ini."
"Ya Mak malam Kasdun pulang." Kasdun menutup teleponnya setelah mengucap salam. Malam ini dia harus pulang, hanya ibu yang membuatnya bisa tenang.
Baru saja ponselnya ia simpan di saku celana, sudah memekik lagi. Kali ini dari Uqie rekan kerja di rumah singgah.
"Bang kapan bisa ke sini?"
"Entahlah Qi, saya ga tau. Untuk saat ini saya sedang ingin sendiri. Tolong handle semua pekerjaan saya. Bagi tugas saja dengan yang lain."
"Baik bang. Apapun masalahnya semoga cepat selesai."
"Makasih ya Qi." Kasdun menutup ponselnya dengan menghembuskan nafasnya pelan. Seharusnya Kasdun tidak mencampurkan urusan pribadinya dengan pekerjaan agar tidak terbengkalai pekerjaannya di rumah singgah. Namun hari ini ia ingin sendiri bukan hanya karena masalah perceraiannya dengan Tiara yang belum selesai di jalur hukum namun masalah hati yang akan menggantikan Tiara menjadi beban pikirannya.
Setelah Tiara lebih memilih Blu dan bercerai dengannya, ia pun berusaha untuk bisa menerima Keira sebagai pengganti Tiara namun pak aiman ternyata memberikan kejutan bahwa Keira sudah memiliki kekasih dan akan melangsungkan pernikahan secepatnya.
Kasdun menyadari dirinya bukan siapa-siapa. Tiara saja tidak mau memilikinya apalagi Keira yang anak pejabat, pasti keluarga Keira pun akan berpikir seribu kali untuk menerima nya sebagai mantu. Apalagi sekarang statusnya sudah berubah menjadi duka (Duda perjaka). Kasdun menggelengkan kepala, tersenyum miris.
"Tidak Kasdun jangan seperti ini. Kamu harus bangkit. Di luar sana masih banyak perempuan yang lebih tulus mencintaimu tanpa melihat status dan jabatan. Semangat Kasdun!" Kasdun bermonolog dalam hati. Ia ingin melawan rasa galau dalam hatinya.
Dengan lelah jiwa raga Kasdun menyambar kunci motor lalu keluar rumah. Malam ini ia ingin bersama ibunya. Ibu yang selalu ada saat susah maupun senang. Ibu yang selalu bisa memberikan ketenangan dalam hatinya di dunia ini.
"Apapun masalahnya jangan pernah tinggalkan sholat. Karena Allah akan memberikan jawaban dari setiap permasalahan yang kau hadapi. Yakinlah akan ada kebahagiaan setelah kesulitan." Kalimat itu yang selalu terngiang saat dalam masalah. Ibunya selalu memberi nasihat untuk Kasdun agar tidak salah jalan lagi.
...****************...
"Gimana Qi, bang Kasdun mau ke sini enggak?" Tanya Keira begitu cemas.
Rasa rindunya begitu membuncah. Hampir dua minggu tidak bertemu Kasdun sejak ia dirawat di rumah sakit, hanya 2 kali Kasdun menjenguknya itu pun saat mendonorkan darah dan setelahnya.
Uqie menggeleng pelan lalu ia kembali duduk di depan meja kerja. Ia tahu Keira sangat ingin bertemu Kasdun namun ia tidak bisa berbuat apa-apa. Karena posisi hati Kasdun pun sedang tidak baik-baik saja.
Ada semburat kekecewaan di wajah cantiknya Keira. Kecewa lantaran orang yang ia rindukan tidak ada di rumah singgah. Keira tidak pernah merasakan hal seperti ini sebelumnya, apakah ini yang namanya cinta?
"Kei....aku tahu kamu merindukan sosok Kasdun di rumah ini, tapi ketahuilah jika memang ia jodohmu ia tidak akan kemana-mana. Kamu sabar hanya waktu saja yang dapat menyatukan hati kalian." Hibur Meira.
"Iya Mei tapi sampai kapan? Kamu pasti pernah merasakan hal yang kurasakan saat ini. Aku sebenarnya sadar dia bukan siapa-siapanya aku. Tapi entah kenapa aku ga mau kehilangan dia, aku ingin selalu dekat dengannya. Perasaan ini sangat menyiksaku Mei."
Meira memeluk sahabatnya dengan perasaan kasihan. Miris memang di antara keduanya tidak ada hubungan selain pertemanan namun keduanya seolah sangat membutuhkan dan saling mengkhawatiri satu sama lain. Apalagi saat Kasdun tahu ada orang yang menyakiti Keira, ia tidak tinggal diam.
"Kamu tahu Kei sebenarnya kalian itu saling cinta. Entah kenapa kalian tidak ada yang mau jujur. Walaupun kamu pernah cerita kalau bang Kasdun itu mencintai orang lain namun perhatian lebihnya hanya buat kamu. Kamu menyadari engga hal itu? Jadi kalau menurut aku kisah kalian hanya menunggu waktu saja. Waktu dimana tidak akan ada orang yang menghalangi cinta kalian. Aku yakin kalian pasti akan bersatu. Semoga Allah meridhoi perjalanan cinta kalian." Keira menatap sahabatnya dengan terharu.
"Makasih Mei makasih kamu sahabat terbaikku. Kamu selalu memberi semangat."
"Kamu jangan sungkan untuk cerita ya Kei jangan pernah memendam perasaan sendiri."
Keira tersenyum. Begitu pedulinya Meira pada kehidupannya. Dia bersyukur berada di rumah singgah dengan memiliki keluarga kedua tempat singgahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
🏠⃟🌻͜͡ᴀs🍁Bila❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
Meita kamu pinter banget ini bisa menilai perasaan Keira sama kasdun
2025-03-01
0
◌ᷟ⑅⃝ͩ●Maldini●⑅⃝ᷟ
🤗🤗🤗🤗
2024-06-18
2
ᴳ𝐑᭄🍁Yunit𝐀⃝🥀❣️𖤍ᴹᴿˢ᭄
itu lah orang kaya yang sesungguhnya kasdun tidak sombong dan tidak memandang rendah orang lain, beda sama orang yang baru kaya pasti akan congkak tidak mau lihat kebawah🤭🤭
2024-03-15
4