Kasdun membawa motor kesayangannya dengan perasaan gundah. Untuk menghindari kemacetan lalu lintas, ia sengaja melewati jalan tikus. Dari jalan tikus yang Kasdun pijaki ternyata bisa melewati pintu belakang masjid raya Al-Amin. Seiring suara adzan yang mengalun merdu, Kasdun membelokkan motornya dan menghentikannya tepat di parkiran masjid tersebut untuk melaksanakan sholat asar.
Kasdun melangkah gontai menuju tempat wudu khusus laki-laki. Ia basuh mukanya dengan air wudu sehingga mukanya yang kusut berubah menjadi segar kembali. Ia hanya ingin mengadu pada Sang Khalik disetiap sujudnya. Karena hanya Dia lah yang mampu menolongnya bukankah Allah Maha Penolong bagi setiap hambaNya yang membutuhkan? Sungguh Allah sangat dekat bagi hambanya yang membutuhkan pertolongan.
Selesai sholat Kasdun tidak langsung pergi, ia duduk di serambi masjid sambil menikmati semilir angin sepoi-sepoi sore hari. Runtuh sudah rasa lelah hati dan fisik oleh kenikmatan hakiki yang Allah ciptakan. Saat ini yang ia rasakan adalah rasa kantuk yang berat menyerang matanya sehingga lama kelamaan mata itu meredup dan akhirnya tak bisa dibuka lagi untuk sementara waktu.
Seorang laki-laki tampan tidak sengaja melihat Kasdun yang sedang tertidur pulas. Rasa capek jelas terlihat dari mulutnya yang setengah terbuka saat tidur namun hal tersebut tak mengurangi ketampanan dari seorang Kasdun.
Laki-laki itu tersenyum kemudian duduk di samping Kasdun. Dan berusaha untuk membangunkannya, walaupun sebenarnya dia tidak tega.
"Kasdun....Kasdun bangunlah! Laki-laki itu menggoyang-goyangkan bahunya.
"Emmmh...." Membuka matanya sebentar namun tidur lagi. Dia hanya merubah posisi tidurnya. Laki-laki itu menghela nafasnya.
"Dun...Kasdun bangun sudah sore..." Kasdun memicingkan matanya, dia langsung beranjak begitu tahu orang yang membangunkannya. Ia mendesis sambil memijat pelipisnya, Bangun tidur mendadak membuat kepalanya menjadi sedikit pusing.
"Bapak..." Kasdun meraih tangan laki-laki itu kemudian menciumnya.
"Maaf Bapak sengaja membangunkanmu? Mumpung kita bertemu." Laki-laki itu tersenyum.
"Maaf Pak saya permisi mau basuh muka dulu biar segar." Laki-laki itu mengangguk. Dengan gagahnya Kasdun berjalan meninggalkannya dan membiarkannya menunggu.
Belum 10 menit Kasdun sudah kembali. Dia duduk di samping laki-laki itu.
"Pak Al dari mana? kebetulan amat bisa bertemu di sini." Tanya Kasdun pada laki-laki yang sudah membangunkan tidur instannya.
"Dari gedung dekat masjid ini, ada workshop kebetulan sedang rehat. Bada magrib mulai lagi. Kamu sendiri ngapain ada di sini?" Kelakar Alhan seorang guru PAI saat Kasdun sekolah menengah atas dahulu.
"Ya sholat lah Pak masa di masjid main."
"Ya iya pasti sholat kalau di masjid. Tadi saya lihat kamu tidur pulas, terlihat kecapean, memang dari mana sih?" Tanya Alhan kepo. Kasdun menghela nafas.
"Saya habis berjuang Pak. Berjuang mendapatkan cinta sejati."
"Wedeeeh ternyata anak Bapak sedang jatuh cinta rupanya? Siapa gadis yang beruntung mendapatkan cintamu?" Alhan ikut senang mendengar anak didiknya tengah memperjuangkan cinta sejatinya.
"Beruntung?" Kasdun tertawa miris. Ia menggeleng-gelengkan kepala.
Bagaimana tidak? Tiara yang sudah ia harapkan cintanya, Tiara yang sudah ia perjuangkan dengan motor bututnya begitu bertemu langsung menghempasnya tanpa ada rasa iba sedikitpun. Tiara tidak pernah mau melihat pengorbanan yang sudah Kasdun lakukan selama ini.
"Justru bukan keberuntungan yang berpihak padaku, Pak.'" Jelas Kasdun sedih.
"Dia menolak cinta saya, Pak. Hanya karena saya seorang sopir angkot, dia tega lebih memilih seorang PNS dengan gaji yang lumayan banyak." Ujarnya tidak dapat menyembunyikan kesedihannya. Alhan hanya mengangguk mendengar Kasdun bercerita.
"Pak apakah orang miskin seperti saya tidak berhak bahagia?" Alhan menoleh, terlihat Kasdun menatap lurus ke depan dengan raut kekecewaan yang mendalam.
"Siapa yang bilang?" Alhan sangat mengerti posisi Kasdun saat ini. Karena ia pun pernah mengalaminya dulu. Pernah dihempas karena kurang mapan.
"Barusan saya yang bilang Pak."
Alhan tersenyum. Lantas ia menepuk bahu Kasdun berulang- ulang.
"Kamu itu kaya Dun. Hanya orang buta dan bodoh saja yang menolak cinta darimu"
Kasdun tersenyum hambar. Ia menelan salivanya.
"Dia cinta pertama saya Pak. Dan dia menolak saya. Dia lebih memilih lelaki itu dari pada saya yang tidak mapan dan tidak sekeren lelaki itu." Curhat Kasdun.
"Sudah jangan patah semangat perempuan itu tidak hanya satu di dunia ini. suatu saat kamu akan menemukan orang yang sangat spesial di hatimu. Yang menerimamu apa adanya bukan ada apanya." Alhan tersenyum mengingat kebodohannya ingin mempertahankan hubungan bersama Nurmala. Ya Nurmala adalah mantan kekasih Alhan sebelum menikah. Lama mereka terdiam dengan pikiran mereka masing-masing.
"Dun sebenarnya Bapak mau menawarkan pekerjaan buat kamu. Pekerjaan ini membutuhkan orang jujur dan baik seperti kamu."
"Dari mana bapak tahu kalau saya ini jujur?"
"Tidak penting saya tahu dari mana. Yang terpenting bagi Bapak, kamu mau tidak bekerja dengan Bapak?"
"Bekerja di mana pun dan dengan siapa pun, insyaa Allah saya siap, Pak! Apalagi dengan Bapak. Suatu kebanggaan bagi saya bisa bekerja dengan Bapak" Ujar Kasdun bahagia. Ini kesempatan bagi Kasdun untuk merubah kehidupannya.
...----------------...
Tiara pagi ini bersiap untuk pulang bersama Tante Rima.
Hari ini merupakan awal semua orang melakukan aktifitas kerja. Sehingga jalan raya terlihat padat merayap. Tidak ada yang mengantar mereka menuju kota tujuan. Jadi mereka harus rela berdesakan di dalam sebuah bus.
Sebenarnya kalau Tantenya mau, Tiara lebih memilih memesan taxi online dari pada harus berdesakan di mobil bus. Hanya karena ingin mengenang masa lalu yang manis dan pastinya naik bus memiliki makna tersendiri bagi Tantenya itu.
Tiara dan Tante Rima turun di terminal kota. Mereka langsung naik angkot yang lumayan agak penuh. Hampir semua penumpang perempuan cantik tidak ada yang laki-laki di angkot tersebut kecuali sopirnya.
Di bagian depan tampak perempuan cantik berpostur langsing berpakaian ketat selutut. Rambutnya dibiarkan tergerai indah. Leher jenjangnya terlihat sempurna, dandanannya lumayan menor selalu tersenyum, apalagi sopirnya hendak masuk membuka pintu kemudi. Dengan handuk kecil yang disimpan di lehernya tidak mengurangi ketampanan sopir sejuta umat yang selalu ditunggu oleh kaum hawa tersebut.
Sedangkan Tiara duduk tepat di belakang sang sopir. Dan Tante Rima duduk di samping Tiara.
Tampak Sopir tersebut memberikan uang pada para calo karena sudah berhasil membuat angkotnya terisi penuh.
"Siap semua ibu-ibu jangan lupa berdoa menurut kepercayaannya masing-masing sebelum kita berangkat!" Ciri khas seorang Kasdun memberikan instruksi pada semua penumpangnya.
"Bang Kasdun....." Perempuan yang berada di sebelahnya menyapanya dengan manja. Sudah beberapa hari ini perempuan cantik tersebut naik angkot yang dibawa Kasdun dan selalu duduk di depan. Sebenarnya Kasdun risih dengan penampilan perempuan itu namun karena tugas negara jadi harus bisa menahan matanya dengan penuh kesabaran. Mata Kasdun merasa ternodai, seraya tersenyum ramah.
Deg
Deg
Nama itu? Ya Tiara lumayan kaget kalau ternyata ia naik angkot laki-laki yang ia benci selama ini. Ia menatap tajam perempuan seksi yang hanya bisa dilihat bagian sampingnya saja. Selalu Kasdun yang ia jumpai seperti tidak ada laki-laki lain di dunia ini.
"Sekali-kali bertemu Blu di terminal gitu. Kenapa dia lagi dia lagi huft...." Tiara bergumam dalam hati , ia menetralkan suasana hatinya yang mendadak tidak menentu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
🏠⃟🌻͜͡ᴀs🍁Bila❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
Terlalu sombong si Tiara ini. sama sama orang tidak punya tapi sifatnya sangat menyakitkan
2025-02-28
0
🎀ᴳ𝐑᭄Mitha Candy●⑅⃝ᷟ◌ͩ
kasihan kasdun baru juga merasakan jatuh cinta tapi udah di patahkan, udah lah kasdun jangan di pikirkan lagian yang kamu perjuangkan itu bukan cinta sejati mu yang sesungguhnya
2024-06-21
2
§¢Chipitz🤎⏤͟ᴳ𝐑᭄💋👻ᴸᴷ◌ᷟ⑅⃝ͩ●
Gak bisa move on dari Tiara padahal udah jelas menolaknya bikin sakit hati tetap usaha ya dan semangat 45 😅
2024-06-18
2