"Kasdun?"
"Kamu?"
Mereka serempak memanggil Kasdun yang sedang tersenyum manis.
Kasdun sangat senang bisa bertemu kembali dengan wanita yang semalam sempat bertemu di depan ruang bersalin. Di tempat dan tujuan yang sama yaitu menjenguk Nurmala. Walaupun Kasdun tidak tahu ada hubungan apa Nurmala dengan perempuan cantik yang baru semalam ia temui.
"Ini aku bawakan sarapan buat bu Nurmala tapi berhubung ada notik jadi makanannya bisa untuk berdua semoga cukup. Dan semoga suka " Kasdun meletakkan rantang ke atas meja.
"Wah kamu engga usah repot-repot bawa ini segala, Dun." Ujar Nurmala masih ingat dengan Kasdun.
"Tunggu tadi kamu bilang buat notik juga siapa notik?" Nurmala bingung.
"Eh iya maaf maksudku nona cantik. Perempuan cantik yang ada di samping ibu. Karena aku belum tahu namanya jadi kupanggil notik saja. Aku baru bertemu notik semalam yang membuat aku terpesona." Kasdun nyengir mata kanannya mengedip nakal ke arah Tiara yang sedang bergidik ngeri.
"Bagaimana kabar ibu?"
"Alhamdulillah baik." Nurmala masih mengerutkan dahi, ia masih bingung dengan kedatangan Kasdun yang tidak biasa. Apalagi Kasdun terkenal dengan kenakalannya saat masih sekolah, sangat tidak mungkin Kasdun bisa berubah drastis menjadi orang yang sangat berbeda sekarang. Terlihat lebih tampan, lebih dewasa, lebih perhatian. Sangat jauh berbeda dengan sikapnya yang dulu.
"Notik sarapan dulu aja ya!" Ajak Kasdun perhatian.
"Ogaaah, dasar laki-laki aneh. Jangan-jangan tuh makanan ada racunnya lagi ih kakak kok bisa mengenalnya? Ni cowok sok kenal sok dekat lagi."
"Oooh tentu saja kakak mengenalnya Ra, ini Kasdun alumni sekolah tempat kakak mengajar."
"Kasdun ini adik ibu, Tiara namanya." Nurmala mengenalkan adiknya yang mendadak jutek pada laki-laki yang menurutnya hal yang tidak biasa ia lakukan.
"Dih kakak ngapain sih pake ngasih tau namaku segala sama orang aneh ini? Namanya aja aneh apalagi orangnya."
"Hust ga boleh gitu." Tampik Nurmala.
"Orang tampan begini dibilang aneh. Mata Notik harus diperiksa tuh ke dokter mata!" Tutur Kasdun tidak terima dibilang aneh apalagi Kasdun yang sekarang jauh berbeda dengan yang dulu. Ia memang tampan hanya kehidupannya saja tergolong orang yang kurang beruntung. Dilahirkan di keluarga yang sederhana pekerjaannya pun hanya seorang supir angkot. Kehidupan yang sederhana ini lah yang menjadikannya sebagai laki-laki baik yang kuat, dewasa, bersahaja, bertanggung jawab dan berempati pada sesama manusia.
"Maaf bu Kasdun baru sempat menjenguk ibu, semalam Kasdun tidak sempat mengurus pemindahan ibu ke ruang perawatan. Kasdun tidak bisa membawa apa-apa selain makanan yang mungkin rasanya tidak sesuai selera karena ini masakan Kasdun sendiri."
"Tunggu....tunggu... jadi kamu yang menolong ibu semalam?" Tanya Nurmala menatap Kasdun dengan bangga. Tiara melirik menarik bibir kanannya ke atas. Kasdun mengangguk sambil tersenyum.
"Masya Allah Dun. Makasih banget kamu sudah mau menolong ibu. Ibu enggak tahu nasib kami kalau enggak ada kamu....."
"Ya sudah sepantasnya dia menolong sesama manusia. Kebetulan aja dia yang lewat. Jangan dipuji terus nanti malah besar kepala!" Potong Tiara tetap dengan mode tidak suka. Setelah berbicara seperti itu, dia fokus lagi menatap dede bayi yang ada di dalam box.
"Jangan begitu Tiara, berkat Kasdun kakak dan keponakanmu selamat. Dun maafkan Tiara ya! Emmmh.... Kasdun bisa masak?" Nurmala menatap Kasdun tak percaya. Kasdun benar-benar sudah berubah. Ia langsung meminta Kasdun membuka rantang yang dibawanya untuk ia cicipi.
"Wah.....ini sih enak banget, Dun. Calon istri kamu pasti sangat beruntung." Puji Nurmala.
"Kebetulan aku belum punya calon istri bu. Kalau ibu berkenan, aku mau sama adik ibu." Tandas Kasdun to the point, dagunya menunjuk Tiara yang masih mengamati dede bayi yang ada di tempat tidur bayi. Entahlah sejak bertemu Tiara perasaan Kasdun langsung klik dan kebetulan sekali bisa bertemu lagi di tempat yang sama dan lebih senang lagi ketika tahu kalau Tiara adalah adik Nurmala. Namun agak mengganjal di hatinya mengenai status sosialnya yang belum tentu bisa diterima oleh keluarga Nurmala apalagi melihat Tiara yang selalu jutek padanya.
...----------------...
Nurmala tengah bersiap untuk kepulangannya sore ini.
Di lobi sudah menunggu Tiara dan Kasdun. Rencananya Tiara mau ikut ke rumah baru Nurmala agar ia tahu tempat tinggal kakaknya itu. namun ia urungkan karena belum ada kesiapan membawa perlengkapan. Sehingga Tiara berencana untuk ke rumah Nurmala besok pagi saja.
"Iya bu besok saja biar saya yang antar Tiara ke sana!" Kasdun menimpali dengan senyum penuh arti.
"Ih siapa lagi yang mau diantar kamu? Aku bisa ke sana sendiri!"
"Jangan. Tidak baik perempuan cantik pergi sendirian khawatir ada jurig." Sargah Kasdun khawatir.
"Iya jurignya kamu. Dasar laki-laki menyebalkan!" Tutur Tiara jutek.
"Tiara jangan begitu entar kamu kepincut sama Kasdun lo." Bisik Nurmala.
"Tidak akan kak. Pokoknya aku akan ke sana sendiri atau kalau engga aku akan datang sama pacarku." Kata Tiara sekenanya.
"Pacar? Ah engga mungkin, cewek jutek kayak kamu ga mungkin ada cowok yang mau." Kasdun tidak percaya Tiara memiliki pacar.
"Ya mungkinlah cantik begini. Banyak cowok yang ngantri di luar sana."
"Iya ngantri doang. Lagian buat apa pacaran segala, yang ada rugi lu. Aku sih ogah pacaran, nanti kalau aku kepincut sama cewek pujaan hati bakalan langsung aku lamar. Tapi nunggu aku terlihat mapan dulu..." Kasdun nyengir.
"Kasduuuun." Nurmala berusaha menengahi alumni vs adiknya. Ia hanya geleng-geleng kepala.
"Kalian ini seperti anjing dan kucing kerjaannya berantem melulu. Hati-hati loh banyak yang seperti kalian akhirnya berujung ke pelaminan."
"Itu hanya cerita di novel saja kak, halu tingkat dewa. Di dunia nyata engga akan seperti itu." Tampik Tiara kesal.
"Ah yang beneeeer bu? kalau aku sih setuju pendapat bu Nurmala. Aku mau nonton live ah, siapa tahu pemain utamanya memang berjodoh sama aku." Kasdun tertawa, berhasil membuat pipi Tiara memerah memendam kekesalan.
"Sudah...sudah. Kalian ini. Kakak pergi dulu ya, Tiara besok jangan lupa bawakan baju kakak juga ya. Kalau bisa diantar Kasdun saja. Nanti kamu repot kalau pergi sendirian kesana." Nurmala mengingatkan adiknya yang sedang cemberut karena kakaknya sendiri masih berusaha mendekatkan ia dengan Kasdun.
"Apa senyum-senyum begitu. Cowok ga jelas!" Tiara berjalan menuju jalan raya. Kasdun mengikutinya dari belakang.
"Notik tunggu dong!" Tiara menghentikan langkahnya.
"Apa kamu bilang, notik? Aaarggh kamu tuh ya sudah kubilang jangan pernah panggil aku notik lagi. Aku punya nama!"
"Oh iya namamu lebih indah. Kita pulang bareng ya Tiara cantik!" Kasdun tersenyum, dia selalu sabar menghadapi perempuan yang sejak pertama kali mencuri hatinya itu. Walaupun ia selalu mendapatkan perlakuan yang kurang baik dari Tiara namun ia merasa tertantang untuk mendapatkan cintanya.
"Ga perlu. Aku bisa pulang sendiri!" Tiara menolak dengan sengit. Mereka berdiri di halte depan klinik.
"Ternyata Allah maha mengerti dengan keinginan hambanya." Kasdun mengusap wajahnya dengan kedua tangan.
Tiara melirik, ia tidak mengerti apa yang dikatakan Kasdun. Tapi ia tidak peduli. Ia langsung menyetop angkot yang melintas, keduanya masuk ke dalam.
"Kamu kok ngikut?" Bisik Tiara pada Kasdun yang duduk di sampingnya, karena angkot yang ditumpanginya hampir penuh.
"Aku hanya ingin memastikan kamu pulang dengan selamat."
Tiara bungkam. Ia menghela nafasnya. Ada getaran yang entah ia rasakan ketika berada di samping Kasdun. Yang pasti hatinya jadi tidak menentu. Ia merutuki kebodohannya bisa satu angkot dengan Kasdun.
"Hati oh hati diamlah!" Mohon Tiara dalam hati ketika perasaannya bermain musik. Entahlah kalimat terakhir yang Kasdun ucapkan mampu menyentuh hatinya yang paling dalam. Tenyata masih ada laki-laki yang mengkhawatirkannya.
"Tanganmu dingin, kamu sakit?" Bisik Kasdun yang tidak sengaja menyenggol tangan Tiara karena sopir ngerem mendadak. Kasdun tersenyum. Ada perasaan hangat yang menjalar di dalam tubuhnya. Ia menjadi lebih bersemangat menjajaki hati Tiara yang menurutnya unik.
"Kiri pak!" Tiara turun setelah angkot berhenti. Kasdun mengikutinya dari belakang.
"Biar aku aja yang ongkos." Kasdun mengambil uang dari kantong celananya.
Tiara langsung melesat menuju gang. Kasdun setengah berlari mengikuti Tiara. Hampir saja ia mengerem mendadak ketika Tiara menghentikan langkahnya.
"Ngapain kamu ngikutin aku sampai sini?" Tiara membalikkan badannya. Kasdun menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Aku...aku hanya ingin tahu rumah kamu. Dan memastikan kamu sampai rumah dengan selamat."
"Kalau begitu pergilah! Aku sudah sampai rumah." Usir Tiara. Terlihat Kasdun celingukan.
"Kamu engga menyuruhku masuk buat minum teh atau kopi gitu?"
"Tidak PERLU. Pulang sekarang!" Usir Tiara lagi penuh penekanan. Kasdun tersenyum.
"Baiklah tuan putri yang cantik. Abang Kasdun pulang dulu. Besok datang lagi menjemputmu. Terima kasih untuk waktumu hari ini." Kaadun mengedipkan matanya. Tiara jadi merinding.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
🏠⃟🌻͜͡ 🍁Bila❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
Ternyata Kasdun dulu muridnya Nurmala ini
2025-02-28
0
Dwisya12Aurizra
jgn terlalu benci tiara, ntar cinta 😂
2024-06-27
3
Dwisya12Aurizra
kok aku jd teringat si juned
2024-06-27
3