Kasdun membaca ulang chat dari Nurmala. Undangan online yang dikirim Nurmala membuat hatinya gamang antara datang dan tidak datang pada acara pernikahan Tiara dan Blu. Sulit sekali untuk bisa ikhlas melepaskan cinta walaupun cinta bertepuk sebelah tangan. Hati kecilnya mengatakan "Lepaskan ia jangan pernah berharap lebih pada orang yang tidak pernah mencintai. Percayalah akan ada orang yang bisa mencintaimu setulus hati tanpa melihat nama, pangkat dan jabatan."
Dengan percaya diri Kasdun memilih pakaian yang pantas untuk ia kenakan saat acara pernikahan Tiara dan Blu. Walau bagaimana pun mereka sudah dianggap teman apalagi Blu adalah kakak sepupu Neneng, jelas akan merasa tidak enak jika tidak datang.
"Mau kemana anak emak udah ganteng gini?"
"Mau kondangan mak." Jawab Kasdun sambil merapikan kemejanya dan melipat lengan bajunya sampai ke siku.
"Kondangan mulu. Kapan emak bisa hajat ya Dun? Biar banyak yang kasih amplop ke emak."
Kasdun menoleh ke arah ibunya yang duduk di sisi ranjangnya. Senyumnya mengembang begitu besar harapan emak untuk anaknya berumah tangga.
"Mak doakan saja biar anakmu yang ganteng ini cepat dapat jodoh. Kasdun berangkat dulu ya mak!"
"Dun ini engga kepagian?" Protes emak heran sepagi itu masa iya tempat hajatannya sudah dibuka? Emak Kasdun melihat jam dinding yang menunjukkan pukul 07.00 WIB.
"Engga mak. Sekalian mau bantuin di sana siapa tau tenaga Kasdun diperlukan. Adik Bu Nurmala yang menikah Mak jadi Kasdun pengen lihat acara ijab kabulnya."
"Yo wis sing hati-hati. Semoga pulangnya dapat jodoh ya Dun...he...he...he...Emak pengen cepet punya mantu biar Emak engga kesepian di rumah." Emak mengusap pucuk kepala Kasdun saat mencium tangannya.
"Aamiin doakan ya Mak. Kasdun berangkat dulu!"
Kasdun membawa motornya dengan pelan. Beruntung tidak ada kemacetan di jalan raya sehingga dia cepat sampai ke tempat tujuan.
Gedung Mayasa Guna masih terlihat sepi. Hanya beberapa orang saja yang terlihat dari luar. Kasdun lupa kalau pernikahan di gedung pasti sudah ada panitianya hal ini terlihat dekorasi dan lainnya sudah tertata rapi, jadi buat apa dia datang sepagi ini?
Belum nampak satu pun orang dari keluarga mempelai laki-laki. Sementara calon mempelai perempuan tengah bersiap di ruang make up.
Tidak ada satu pun yang ia kenali di tempat itu. Ia keluar sekedar mencari sarapan untuk perutnya yang masih kosong karena belum terisi makanan.
Kasdun memilih kupat tahu sebagai menu sarapan pagi ini. Ia menyantap sarapannya sampai tandas. Ditatapnya gedung berlantai dua tersebut dari seberang jalan, hasilnya sama masih belum ada penambahan orang disana.
"Sebenarnya acaranya jam berapa, kok jam segini mempelai laki-lakinya belum datang?" Gumam Kasdun dalam hati.
Dreet
Dreet
Dreet
Kasdun melihat layar ponselnya di sana tertera nama "Bu Nurmala"
Ia menekan tombol hijau untuk menjawab panggilan.
"Waalaikumussalam iya ada apa Bu?" Menjawab salam dari Nurmala yang ada di seberang sana.
"Dun kamu ada di mana?"
"Saya sudah ada di seberang gedung Bu."
"Oooh syukurlah, Ibu mau minta tolong, boleh? Secepatnya ke gedung Ibu mau bicara!"
"Baik Ibu, saya segera ke sana." Ujar Kasdun sopan. Ia menutup panggilan.
...****************...
Suasana hati keluarga Tiara mendadak tidak enak lantaran keluarga Blu belum datang satu orang pun. Tidak ada kabar berita yang mampir di telinganya mau pun berkabar secara langsung, ini jelas tergambar dalam wajah mereka sebuah kepanikan jika akad nikah tidak dapat dilaksanakan, semuanya akan batal dan tentu saja bisa mencoreng nama baik keluarga Tiara yang pastinya akan malu.
"Yah....Tiara mohon tunggu sebentar lagi, Blu pasti akan datang memenuhi janjinya mengucapkan ijab kabul. Blu tidak akan berbohong...." ayah Danu menggeleng cepat.
Tiara berusaha terus menghubungi Blu sebelum acara dimulai beberapa menit lagi. Ia terlihat panik dan penasaran apa yang terjadi pada Blu sehingga ia belum datang sampai sekarang, bukankah Blu dan keluarganya tahu hari ini adalah hari spesialnya?
"Silakan duduk, Dun!" Titah Nurmala.
Kasdun bergeming berdiri menatap wanita cantik berbaju pengantin berwarna putih gading tengah sibuk menghubungi seseorang.
Kasdun terhenyak ketika lengannya disentuh Nurmala.
"Duduklah!" Akhirnya Kasdun duduk dengan tenang, entah apa yang akan dibicarakan guru favoritnya itu sampai ia dihadapkan dengan kedua orang tua Tiara.
"Siapa namamu, Nak?" Tanya Danu pelan. Kasdun tersenyum.
"Saya Kasdun, Pak. Ada apa ya Pak, kok saya dipanggil ke sini? Apa ada yang bisa saya bantu?" Kasdun bingung.
"Kasdun entah Ibu dan keluarga mau minta tolong ke siapa lagi. Kamu adalah satu-satunya orang yang Ibu percaya untuk menjaga Tiara."
"Sebentar....sebentar maksud ibu apa ya? Bukankah Tiara mau menikah dengan Mas Blu sekarang?"
"Itulah Dun, Blu dan keluarganya tidak datang. Tidak ada kabar dari mereka. Kami tidak bisa membatalkan acara ini karena undangan sudah tersebar dan kami bisa malu kalau acaranya batal."
"Ta...ta..tapi Bu....."
"Tolong Nak. Kami mohon bantuanmu kali ini saja menikahlah dengan putriku." Harap Danu memohon pada Kasdun.
"Tapi Pak....Tiara tidak pernah mencintai saya. Tiara hanya mencintai Blu."
"Sudah jangan hiraukan Tiara. Cinta bisa kalian dapatkan setelah berumah tangga."
Tiara memejamkan matanya ia gagal menghubungi Blu. Ponselnya tidak aktif begitupun ketika menghubungi calon mertuanya sama sekali tidak ada jawaban. Ia melirik orang yang sangat ia benci selama ini. Air matanya mengembun. Ia tidak kuasa menolak titah orang tuanya yang tidak bisa dibantah.
Akad nikah yang akan dilaksanakan pukul 08.00 WIB hampir saja dibatalkan kalau saja tidak ada orang yang mengganti posisi Blu saat ini.
Kasdun duduk di depan penghulu dan Danu sebagai wali nikah. Seperti mimpi yang Kasdun rasakan saat ini.
Menikah dengan Tiara memang impiannya namun menikah sebagai pengantin pengganti bukanlah keinginannya. Ia pasrah dengan ketentuan yang sudah digariskan oleh-Nya. Sementara Tiara hanya bisa melelehkan air mata. Entah akan seperti apa nasib rumah tangganya menikah dengan orang yang tidak ia cintai. Ia menelan salivanya ketika janji itu diucapkan dengan lantang oleh Kasdun dengan mahar uang lima ratus ribu rupiah dibayar tunai. Ya hanya uang lima ratus ribu saja yang ada di dompet Kasdun saat itu. Ia pasrah. Apapun yang ia lakukan semata-mata hanya untuk menyelamatkan citra keluarga Tiara.
Terlihat sangat jelas rona wajah Kasdun yang sangat bahagia setelah mengucapkan ijab kabul tanpa adanya persiapan sedikit pun. Sejujurnya ia sangat bersyukur bisa menikahi Tiara, orang yang sangat ia cintai. Walaupun Tiara belum bisa mencintainya, namun ia berharap suatu saat cinta itu akan datang seiring berjalannya waktu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
🏠⃟🌻͜͡ᴀs🍁Bila❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
kok nikah dadakan sih
2025-02-28
0
🔵❤️⃟Wᵃf🇸🇦🇷🇦🇸①
tak bisa berkata kata
2024-06-13
3
◌ᷟ⑅⃝ͩ●Maldini●⑅⃝ᷟ
haduhhh jgn bahagia jd pengganti 🤧
2024-05-26
2