Acara lamaran yang dilaksanakan di kediaman Tiara terlihat lancar walaupun tanpa dihadiri keluarga Keira. Blu berharap pilihannya melamar Tiara sudah tepat untuk menghilangkan rasa yang pernah ada pada Keira adik sepupunya.
Tiara terlihat sangat bahagia impiannya menikah dengan Blu akan segera terwujud. Blu begitu tampan dengan kemapanan yang dimilikinya menjadi nilai plus di mata Tiara.
Acara pernikahan sudah ditetapkan bulan depan, hal itu sudah diperhitungkan keluarga Blu dengan memesan gedung Mayasa Guna sebagai tempat pernikahan mereka.
"Bagaimana perasaanmu sayang?" Blu tersenyum melihat raut wajah Tiara yang berseri.
"Aku sangat bahagia akhirnya kita akan menikah!"
"Ya sayang teruslah berdoa agar pernikahan kita dapat berjalan dengan lancar. Kita akan hidup bersama mengarungi mahligai cinta kita berdua." Blu bahagia berada di samping Tiara. Mereka berdiri menikmati udara sore hari.
"Aku pulang ya!" Blu membalikkan badan namun reflek Tiara memegang tangan Blu seolah tidak ingin berpisah.
"Kenapa? Sebulan itu tak lama, nanti kita akan bersatu. Kau akan puas hidup bersamaku kelak. Jadi bersabarlah." Ujar Blu lembut. Tiara tersenyum.
"Jaga kesehatanmu. Kita akan bertemu di pelaminan. Hati-hati ya!" Kalau saja memeluk itu dihalalkan sebelum menikah, ingin rasanya Tiara memeluk Blu dengan rasa kerinduan yang mendalam.
"Kamu juga jaga kesehatan! Aku pulang." Blu melangkahkan kakinya menuju ruang keluarga menghampiri orang tuanya yang masih mengobrol dengan calon besan. Sementara Green adik kandung Blu ikut menyimak obrolan mereka sambil memainkan ponsel.
Blu menatap arloji yang berada di pergelangan tangan kirinya.
"Blu gimana sudah selesai?" Papa Yusup bertanya untuk memastikan rencana yang akan mereka lalui bersama.
"Semua beres Pa! Untuk katering satu paket dengan sewa gedung termasuk rias pengantin. Dp sudah Blu transfer, sisanya akan dilunasi seminggu sebelum hari pelaksanaan." Jelas Blu.
"Baik kalau memang begitu, kita pamit pulang saja Pak Danu, Bu...." Mereka berjabat tangan.
"Oh ya semoga hajat kita terlaksana dengan baik. Hati-hati di jalan." Ayah Danu, Ibu dan Tiara mengantar keluarga Blu sampai teras.
...----------------...
Dreeet
Dreeet
Dreeet
Suara ponsel mamanya Blu memecahkan keheningan di saat mereka sedang asik makan malam. Mama Blu tidak beranjak dari duduknya sehingga yang lain ikut menyimak pembicaraannya.
"Halo kak ada apa?" Terdengar nada sumbang di sana kemudian menangis.
"Hei ada apa? Coba minum dulu kemudian bicara lagi sebenarnya apa yang sedang terjadi?" Suara mama Blu berhasil mencuri atensi yang lainnya.
Blu mengeryitkan dahi begitu melihat rona wajah ibunya yang berubah pias.
"Nenek kritis, malam ini juga kita ke Bandung" Lirih mama Blu matanya mengembun.
Nenek Blu yang menderita diabetes sejak lama harus dilarikan ke rumah sakit karena drop, penyakitnya semakin parah dan menjalar ke jantung. Saat ini neneknya masuk ruang UGD.
Mama menatap Blu dengan sendu. Ia tidak menyangka di saat anaknya akan menempuh hidup baru justru ibunya masuk UGD.
"Blu mama bingung, sebulan lagi kamu mau menikah sementara nenekmu masuk rumah sakit. Mama harus menemani nenek selama beliau sakit. Mama tidak mau terjadi sesuatu pada beliau."
"Mam tolong jangan pikirkan Blu. Mama fokus saja urus nenek karena nenek lebih penting dari segalanya. Biarkan yang mengurus segala sesuatunya Blu dan pihak keluarga Tiara semoga mereka mengerti."
"Iya Mam Blu benar. Mama tetap di sana biar nanti Papa, Blu dan Green yang ada di sini karena masih harus bekerja sedangkan Green harus kuliah. Blu juga harus mengurus administrasi ke KUA. Semoga nenek cepat sembuh sehingga beliau pun bisa hadir di acara pernikahan Blu nantinya. Mama yang tenang ya!" Papa Yusup mengusap punggung mama dengan lembut. Mama tersenyum sambil mengusap air matanya.
Blu menyiapkan mobil untuk berangkat ke Bandung malam itu juga. Sepanjang perjalanan mereka hanya terdiam. Alunan sholawat mengiringi perjalanan mereka hingga tiba di rumah sakit jam 3 dini hari.
Di sana sudah ada Keira dan Azmi yang berdiri di depan ruang UGD. Azmi adalah kakak kandung Keira yang bertugas di rumah sakit tersebut. Kebetulan saat itu ia sedang piket malam.
"Keira dengan siapa ke sini?" Mama Blu memeluk keponakannya yang sudah dia anggap seperti putrinya sendiri.
"Mang Ojo, Mih."
"Eh ada si jelek di sini. Kamu udah gede aja. Tambah gede kok tambah jelek ya?" Green mulai dengan aksi konyolnya.
"Mimih kak Green mulai lagi deh. Masa cantik gini dibilang jelek sih." Keira merajuk. ia bergelayut manja. Keira lebih dekat dengan Mama Blu karena sejak bayi Keira selalu berada didekatnya.
"Sudah kalian ini kalau bertemu pasti aja ribut. Green sudah jangan meledek adiknya terus!" Mama Blu mengingatkan anak bungsunya untuk berhenti meledek.
"Gimana kondisi nenek, Mi?" Lanjut Mama Blu setelah menyalami Azmi.
"Masih koma Wa." Azmi memberikan penjelasan yang akurat terkait penyakit yang dialami neneknya.
"Berikan yang terbaik buat nenek, Mi. Kita ingin nenek sehat kembali." Harap Blu sambil menepuk bahu Azmi.
"Itu sudah pasti Kak. Kita doakan semoga nenek bisa melewati masa kritisnya. Oiya saya ke ruang piket dulu ya Wa. Nanti Azmi siapkan kamar kosong buat kalian istirahat sekaligus nanti nenek akan dipindah ke sana jika sudah melewati masa kritisnya."
Dinginnya angin malam menusuk sampai ke tulang. Keira mendekap badannya dengan kedua tangan. Blu mendekat dan membuka jaket yang ia kenakan.
"Pakailah, ini akan membantu menghangatkan tubuhmu." Blu memberikan jaket tersebut pada adik sepupunya. Ia menyilangkan kedua tangannya sambil menahan rasa dingin.
"Kakak aneh."
"Kok aneh, apanya yang aneh?"
"Kakak memberikan jaket ini ke aku sementara kakak sendiri kedinginan begitu." Keira mencoba melepaskan kembali jaket Blu yang sudah ia kenakan.
"Kamu ngapain? Pake aja jangan dilepas oke!"
"Tapi kakak sendiri kedinginan."
"Enggak apa-apa. Biar raga ini kedinginan asal ragamu bisa kuhangatkan dengan jaket milikku itu." Blu mulai lagi dengan gombalan recehnya.
Aaaaaadawww
Cubitan melayang di lengan sebelah kanan Blu, pedih rasanya.
"Ya ampun Kei sakit tahu." Blu mengusap lengannya yang dicubit Keira sampai memerah."
"Itu balasan orang yang sudah berani menggombal sama adik sepupu sendiri."
"Ampun Kei, duh sakit tahu!" Blu masih meringis sementara Kei tertawa melihat tingkah Blu yang mengusap lengannya sambil mendesis.
"Galak bener jadi cewek. Untung aku ga boleh nikah sama kamu." Gumam Blu yang terdengar samar oleh Keira.
"Kakak ngomong apa!" Tanya Keira ketus. Tangannya sudah hampir melayangkan cubitan baru pada Blu namun Blu menghindar.
"Sudah dong Kei. Cukup yang perih itu hati aku karena ga bisa dapetin kamu. Jangan nambah rasa pedih di raga ini."
"Dasar kakak Blu aneh!" Keira pergi menuju ruangan yang sudah dipersiapkan untuk beristirahat. Sementara Blu tertawa renyah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
🏠⃟🌻͜͡ᴀs🍁Bila❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
Hahaha sabar ya BLU. jangan menikah dengan saudara sendiri
2025-02-28
0
◌ᷟ⑅⃝ͩ●Maldini●⑅⃝ᷟ
sdra mana boleh
2024-05-24
2
JW🦅MA
walah kok gak di sikat aja sih
2024-03-14
3