"Iya Mbak ada apa?" Mau tidak mau Kasdun menoleh sesaat, selanjutnya ia fokus mengemudi.
"Ih kok manggilnya Mbak sih? Panggil Neneng aja Bang biar lebih akrab!" Neneng tidak terima dipanggil Mbak karena menurutnya panggilan tersebut terkesan lebih tua padahal umurnya tidak beda jauh dengan Kasdun. Tiga tahun di bawah Kasdun.
"Iya ada apa Neneng?"
"Abang Kasdun sudah punya pacar belum?" Dengan suara manjanya sambil memilin rambut panjangnya yang sebahu.
"Kalau belum Neneng mau jadi pacar Abang. Apalagi jadi istri Abang.....Abang Kasdun kan ganteng. Abang mau ya!" Perempuan itu tersenyum penuh arti.
" Hoek " Entah mengapa Tiara mendadak mual mendengar ocehan perempuan itu.
"Kamu kenapa Tiara? Kamu sakit?" Tanya Tante Rima. Tiara menggeleng.
"Mbak kalau mau muntah jangan di sini dong!" Protes salah satu penumpang yang duduknya tepat di depan Tiara.
"Apa kenapa Mbak ada yang mau muntah? Kasdun lebih respon pada penumpang bagian belakang.
"Engga jadi Bang. Lanjut aja." Kata Tiara kesal.
Hah suara itu? Kasdun sangat mengenalnya. Apakah Tiara ada di angkotnya? Ah tidak mungkin bukankah Tiara ada di Tanggarong? Kasdun sangat hapal dengan suara Tiara.
"Ooh kalau ada yang sakit bilang aja ya Mbak nanti kuantar ke klinik terdekat!" Seru Kasdun penuh perhatian pada penumpangnya. Ia selalu begitu, dalam kamusnya penumpang harus diberi pelayanan dan perhatian ekstra agar tidak berpaling ke lain angkot.
"Siappp Bang Kasduuun!" Jawab para penumpang kompak.
Kasdun tetap menjalankan mobilnya dengan penuh tanda tanya tentang suara yang sempat ia dengar, sesekali ia memperhatikan penumpang belakang dari kaca mobil bagian atas. Ia masih penasaran. Namun tidak melihat Tiara.
"Bang Kasdun..." Suara manja itu keluar lagi.
"Bang Kasdun terima cinta Neneng engga? Neneng sangat berharap jadi bagian hidupnya Abang. Neneng siap apapun keinginan Abang asalkan Abang mau nikah sama Neneng."
"Neneng yang cantik se RT. Harga diri seorang wanita terlihat dari bagaimana ia berpakaian dan bersikap. Jadi menurut Abang nih Neng, sebaiknya tubuh Neneng yang bagus dan menarik itu ditutup dengan hijab. Auratnya ditutup Neng!" Ujar Kasdun penuh hati-hati khawatir Neneng tersinggung.
"Oooh jadi Abang suka dengan wanita berhijab? Kalau Neneng sebenarnya dari dulu mau berhijab, Bang. Tapi Neneng sempat kecewa dengan teman Neneng yang berhijab tapi perilakunya minus. Dia jutek banget, matre terus sok cantik lagi hiiiih pokoknya kalau bertemu wanita modelnya seperti itu pengen tak uyeng-uyeng kepalanya." Ujar Neneng geram. Kasdun tertawa melihat tangan Neneng seperti sedang memeras baju yang selesai dicuci.
Perkataan Neneng yang menohok cukup menyentil penumpang bagian belakang sopir. Perkataannya membuat Tiara kesal. Apalagi respon Kasdun yang mendukung ucapan wanita yang bernama Neneng tersebut. Kasdun masih tertawa. Ucapan Neneng mengingatkannya pada wanita yang masih ia perjuangkan cintanya.
"Tapi Neneng rela kalau Bang Kasdun menginginkan Neneng berhijab. Neneng akan berhijab besok kalau Neneng ga lupa ya bang he....he....apalagi baju Neneng kurang bahan semua." Imbuh Neneng dengan semangat.
"Berhijabnya jangan karena Abang dong Neng. Tetapkan dalam hati dulu, niat berhijab karena Allah itu lebih berpahala. Ingat pesan Abang kalau sudah berhijab jadilah wanita yang bermartabat dengan menjaga kehormatan dan harga diri. Bertutur kata yang baik tidak menyinggung orang lain dan bersikap baiklah terhadap sesama manusia. Pasti banyak laki-laki baik yang mau sama Neneng." Kasdun memberi nasihat pada Neneng. Kali ini perkataan Kasdun mampu menyentil Tiara.
"Dasar dua-duanya tidak berprikemanusiaan....." Gumam Tiara dalam hati. Ia kesal dengan perbincangan mereka. Ingin rasanya cepat turun. Yang ia rasakan Kasdun membawa angkotnya sengaja dengan pelan.
"Begitu ya Bang. Doakan Neneng ya Bang biar niatan Neneng berhijab terlaksana. Semoga setelah ini ada orang yang mau berdonasi baju gamis atau baju apa saja yang ga kekurangan bahan lagi dan semoga ada orang yang mau mendonasikan kerudungnya juga. Waaah pasti niat itu cepat terlaksana, Aamiin." Neneng mengusap wajahnya dengan kedua tangannya.
"Aamiin Ya Allah." Kasdun tersenyum bangga melihat Neneng semangat untuk mengubah penampilannya.
Kasdun menghentikan angkotnya tepat di depan gang yang tidak asing baginya. Ia menoleh dan benar ternyata yang turun orang spesial di hatinya.
"Tiara tunggu!" Kasdun membuka pintu kemudi.
"Bentar ya , Neng!" Dia turun mengejar Tiara yang hendak masuk gang.
"Tiara!" Kasdun tersenyum ketika Tiara menghentikan langkahnya sementara tantenya sudah agak jauh berjalan.
"Kamu kenapa mengikutiku. Ongkos kami kurang? Oh iya ini aku tambah..." Tiara membuka tasnya untuk mengambil dompet.
"Engga perlu Tantemu sudah membayar dengan benar."
"Oooh kalau begitu tunggu apa lagi? Sebaiknya kamu pergi sebelum orang lain lihat kita!"
"Tolong Tiara beri aku kesempatan untuk bicara."
"Kamu mau bicara apa lagi? Kamu belum puas dengan jawabanku kemarin? Aku sudah ada yang punya, dia lebih pantas bersanding denganku. Dan kau perbaiki saja kehidupanmu. Oh ya bukankah kamu sudah ada yang mendekatimu dan berharap jadi calon istrimu? Lebih baik kamu sama dia! Kayaknya dia lebih mencintaimu. Bangga sekali dia, padahal apa sih yang dapat dibanggakan darimu? Hanya seorang sopir angkot yang belum pasti masa depannya." Tiara melirik Neneng yang berdiri di belakang Kasdun. Neneng menghampiri Tiara sambil menunjuk-nunjuk mukanya.
"Cukup ya kamu menghina Bang Kasdun. Kamu tahu hanya orang bodoh yang mau sama kamu. Penampilan saja sok alim tapi hatimu seperti macan tutul. Apa salahnya dia sopir angkot? Aku yakin hari ini ia sopir angkot tapi suatu saat Allah akan angkat derajatnya karena sudah menyelamatkanku dari keterpurukan. Yang penting Bang Kasdun tidak korupsi, narkoba atau perbuatan hina lainnya. Kalau kamu menghina Bang Kasdun lagi, kamu akan berhadapan denganku, ingat itu! Ayo Bang ngapain berdiri terus di situ, jangan mau diinjak-injak sama cewek yang sok cantik itu!" Neneng menarik tangan Kasdun dengan kesal.
Tiara menatap kepergian wanita yang sejak tadi membuatnya geram. Ia tidak menyangka wanita itu sangat berani melawannya.
Neneng membukakan pintu kemudi, Kasdun hanya bergeming.
"Masuk Bang!" Titah Neneng yang melihat Kasdun hanya diam saja lebih tepatnya masih kaget dengan keberanian Neneng melawan Tiara. Neneng berlari kecil menuju pintu angkot bagian depan. Ia duduk manis sambil matanya menatap ke depan. Ia mengatur nafasnya yang tak beraturan lalu meneguk air mineral yang selalu ia bawa di dalam tasnya untuk menetralkan hatinya yang tersulut emosi.
"Maafkan sikap Neneng yang tadi ya Bang! Neneng sadar Neneng memang bukan siapa-siapanya Abang tapi Neneng lebih menghargai pekerjaan Abang. Maafkan Neneng juga ya Bang kalau Neneng terlalu berharap lebih sama Abang padahal Neneng hanya seorang penumpang yang belum lama kenal. Anggap perkataan Neneng tidak pernah ada." Neneng merasa bersalah. Kasdun menoleh menatap Neneng yang menunduk. Ada ketulusan dari seorang wanita yang baru tiga hari jadi penumpangnya.
"Neng aku merasa tertampar dengan ucapanmu tadi. Aku memang bodoh ya Neng selalu mengharapkan dan memperjuangkan cintanya padahal sudah ditolak. Mungkin ini yang dinamakan cinta. Cinta yang membuat aku buta...." Kasdun tertawa miris.
"Dan karena cinta juga seseorang tidak bisa melihat orang lain yang mencintainya dengan tulus." Gumam Neneng lirih.
"Kamu ngomong apa, Neng?"
"Ah tidak...lupakan saja." Jawab Neneng kikuk. Mereka melanjutkan perjalanan tanpa obrolan. Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
🏠⃟🌻͜͡ᴀs🍁Bila❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
uhuuuuk uhuuuuk uhuuuuk 🤭, jujur Napa neng🤣
2025-02-28
0
🎀ᴳ𝐑᭄Mitha Candy●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Dasar Tiara belum kena karma kalau emang gak mau gak usahlah merendahkan orang lain
2024-06-21
2
§¢Chipitz🤎⏤͟ᴳ𝐑᭄💋👻ᴸᴷ◌ᷟ⑅⃝ͩ●
Keterlaluan sih nolaknya jangan merendahkan pekerjaan orang.. Bisa jadi hatinya lebih tulus.. cobalah melihat si Neneng daripada di hina terus sama Tiara mungkin si Neneng bisa dibimbing lebih baik
2024-06-18
2