Keesokan harinya Kasdun menepati janjinya untuk menjemput Tiara namun ternyata Tiara sudah pergi. Ia pun melangkah gontai dengan segala kekecewaan tapi hal itu tidak membuat hatinya luruh, ia akan terus mengejar Tiara kemana pun ia pergi.
Kasdun dengan motor bututnya membelah jalan raya. Ia ingin sekali bertemu tambatan hatinya. Orang yang selalu menghindar jika ia dekati, namun dari sikapnya yang seperti itu Kasdun ingin memperjuangkannya, ingin meraih cintanya.
Motor yang selalu menemaninya dalam suka dan duka itu ia hentikan manakala melihat pemandangan yang membuat hatinya terluka.
"Tiara bersama laki-laki lain siapa dia? Apa dia pacar Tiara?" Monolognya dalam hati.
Kasdun tidak akan tahu jika ia hanya duduk manis di atas motor. Ia berniat untuk mendekati mereka. Ia ingin tahu kebenarannya.
Pintu pagar yang terbuka lebar membuat Kasdun dengan mudah masuk ke halaman yang cukup luas, dengan aneka bunga yang begitu indah menentramkan mata dan hati.
Entah kekuatan dari mana kaki Kasdun melangkah mendekati tiga orang yang sedang bercengkrama di teras rumah. Hanya untuk sekedar menyapa, mengenal atau mungkin mengetahui hubungan laki-laki itu dengan Tiara. Ya Kasdun ingin memastikan orang yang ia cintai bukan milik siapa-siapa.
"Assalamualaikum...!" Kasdun tersenyum dengan sedikit keberanian yang ia miliki ia menyalami ketiga orang yang ada di hadapannya.
"Waalaikumussalam..." Jawabnya serempak.
"Cari siapa ya?" Tantenya Tiara yang tidak mengenal Kasdun menanyakan perihal maksud Kasdun datang ke rumah itu.
"Saya mencari....." Matanya tertuju pada Tiara namun kalimatnya menggantung karena Tiara menyelanya.
"Kasdun, kamu ke sini? Oh ya pasti kamu ke sini mau bertemu ka Nurmala, iya kan? Tapi sayang ka Nurmalanya belum pulang. Kamu mau nagih upah karena sudah menolong ka Nurmala kan? Nanti saja deh kamu datang lagi. Kamu datang di saat yang ga tepat." Sela Tiara merasa tidak suka dengan kehadiran Kasdun.
Deg
Ada nyeri di hati Kasdun ternyata Tiara menganggapnya sama dengan orang lain yang menolong dengan pamrih. Padahal tidak ada sedikitpun dalam hatinya untuk meminta bayaran setelah menolong orang apalagi yang ia tolong adalah guru yang sangat ia kagumi.
Kasdun menelan salivanya dengan susah payah. Entalah nyalinya ciut ketika berhadapan dengan Tiara bersama lelaki itu. Lelaki yang begitu tampan, tampil mempesona. Yang diketahui bernama Blu.
"Oooh jadi mas ini yang sudah menolong keponakan tante? Mari sini gabung duduklah. Tiara buatkan minuman buat tamu kakakmu!"
"Ih tante kenapa disuruh duduk sih? Biarin aja dia pulang, kak Nurmala juga ga ada."
"Tiara sekarang! Lagi pula kakakmu bentar lagi datang." Tante tidak menghiraukan omongan Tiara yang tidak suka Kasdun merusak momentnya bersama Blu.
Tiara dengan muka cemberut masuk ke dalam rumah untuk membuatkan Kasdun minuman. Dengan tangan jahilnya Tiara menambahkan kopi dengan ladaku merica bubuk.
"Silakan diminum mas Kasdun. Kopi buatanku sangat enak." Dengan seringai licik dibibirnya. Kasdun tahu itu.
"Waduh maaf Tiara saya tidak suka kopi." Kasdun tersenyum. Ia sengaja mengerjai Tiara.
Dahi Tiara berkerut tak percaya laki-laki yang menyebalkan menurutnya tidak menyukai kopi, sudah susah payah mencari ide untuk mengerjainya namun hasilnya nihil.
"Saya lebih suka air biasa saja." Tambah Kasdun.
"Oooh air biasa nanti aku ambilkan air dari toilet." Ujar Tiara ngasal.
"Tiara yang sopan sama tamu. Tamu adalah raja, gih ambilkan!"
"Duh tante....kapan Tiara ngobrol sama Blunya kalau Tiara masih disuruh ambil minuman? Blu maaf ya, ini ada iklan lewat dulu. Sebentar lagi." Tiara jelas tidak enak hati pada sahabatnya yang lama tak bersua.
"Iya Tiara santai saja." Ujar Blu terlihat santai.
Tantenya Tiara ikut masuk karena bayi Nurmala menangis.
Kini hanya tinggal mereka berdua yang duduk saling berhadapan.
"Dengan...."
"Oh ya saya Blu sahabat sekaligus bakal calon suaminya Tiara." Blu memperkenalkan dirinya tanpa basa - basi dengan menyodorkan tangan kanannya untuk berjabat tangan Kasdun.
Deg
"Oh ya saya Kasdun. Teman baru Tiara. Sebentar tadi mas Blu bilang kalau mas Blu bakal calon suami Tiara?" Tanya Kasdun dengan hati-hati. Sepertinya ia akan kehilangan semua pengorbanannya selama ini. Kasdun tersenyum hambar.
"Berarti saya keduluan dong ya?" Kasdun tampak kecewa. Ia mengusap tengkuknya. Blu tertawa renyah.
"Jangan dianggap serius mas."
"Maksud mas?" Jelas Kasdun kaget dengan pernyataan Blu.
"Maksudku Tiara itu bakal calon istriku tapi belum tentu Tiara bersedia." Papar Blu seolah memberi ruang untuk Kasdun bertarung memperebutkan hati Tiara. Kasdun memicingkan matanya. Lantas senyumnya mengembang.
"Jadi itu artinya mas Blu memberikan kesempatan untuk saya bisa memenangkan hatinya Tiara?"
"Kenapa tidak? Kalau Tiara itu jodoh saya maka saya tidak akan melepasnya. Namun sebaliknya kalau ternyata dia jodoh mas Kasdun saya ikhlas memberikannya padamu. Yang penting Tiara bahagia, itu saja."
"Baik saya setuju." Kasdun menyodorkan tangan kanannya untuk bersalaman. Walaupun ia menyadari kemungkinannya tipis mengingat Tiara begitu membencinya.
Blu dari awal memperhatikan interaksi Tiara dan Kasdun terjalin komunikasi yang tidak sehat. Terlihat sekali Tiara membenci Kasdun, entah penyebabnya apa sehingga Tiara begitu membencinya.
Tiara kembali ke teras sambil membawa nampan yang berisi minuman dan cemilan. Tiara memicingkan matanya ketika melihat dua pria tampan tertawa renyah. Sungguh cepat sekali mereka berbaur dan tampak akrab.
"Mas mau main ke rumahku? Rumahku tidak jauh dari sini." Tawar Blu pada Kasdun.
"Ooooh jadi kalian tetanggaan?" Simpul Kasdun. Berarti ada kemungkinan mereka bisa sering bertemu.
"Enggalah kan Tiara rumahnya bukan di sini. Dia hanya terdampar di rumah ini." Sambung Blu tertawa
"Blu....!" Tiara melotot.
"Ra saya pulang ya!"
"Ih kamu kok pulang sih, kan kita belum ngobrol banyak."
"Lain kali saja. Kapan-kapan kita ngobrol lagi. Oiya saya minta nomor hapemu nih tulis!" Blu menyerahkan ponselnya ke Tiara.
Tiara menyerahkan ponsel milik Blu setelah mengetik nomor hapenya dengan nama "Tiara Cantik Loh". Blu tertawa melihat nama itu.
"Kamu boleh miscall sekarang!"
"Dun, saya duluan ya....Ra jangan lupa ngobrol!" Blu tertawa yang membuat Tiara gondok, Blu....blu engga peka banget sih jadi orang. Ini malah menyarankan buat ngobrol berdua sama Kasdun.
Kasdun memperbaiki posisi duduknya.
"Tiara ku mohon kalau bertemu dengan saya jangan jutek terus."
"Ih sebagai apa? Yang ada aku tuh mual kalau ngobrol sama kamu."
"Mual? Kamu hamil?"
"Iiish sembarangan kamu ya! Kasdun yang terhormat sebaiknya kamu pulang juga deh...Kak Nurmala sepertinya terjebak macet, Jadi kemungkinan rada telat datang. Jadi lebih baik kamu pulang saja."
"Loh siapa yang mau bertemu bu Nurmala sih yang ada aku kena semprot suaminya kalau aku datang untuk menemui bu Nurmala. Aku ke sini buat kamu Tiara. Aku ....aku mencintaimu makanya aku sampai datang ke sini." Jelas Kasdun yang mengalir begitu saja.
"Kamu jangan aneh-aneh deh. Tolong jangan ganggu aku. Aku tuh sudah punya calon suami jadi berhenti untuk berharap!" Ujar Tiara sengit. Ia buru-buru beranjak pergi. Sebelum masuk ke dalam rumah Tiara menoleh dan mengatakan sesuatu pada Kasdun.
"Lebih baik kamu pulang saja. Percuma kamu ada di sini! Dan ingat aku sudah punya calon suami sebentar lagi kami akan menikah jadi tolong jangan pernah menggangguku lagi, mengerti!"
Kasdun menatap nanar wanita yang ia cintai. Dilihatnya Tiara menutup pintu rumah, sangat tidak sopan. Tiara benar-benar tidak mau menemani Kasdun mengobrol. Kasdun hanya menghela nafas pelan, sungguh sulit sekali menaklukkan hati seorang Tiara. Bagi Kasdun Tiara adalah cinta pertama dan berharap menjadi cinta yang terakhir. Entahlah diantara wanita yang sering ia jumpai hanya Tiara lah yang bisa mencuri hatinya. Padahal di luar sana banyak wanita yang sangat ingin menjadi wanitanya. Namun Kasdun hanya menganggap mereka sebagai teman tidak bisa lebih dari itu.
Kasdun beranjak dari tempat duduknya dengan hati yang sakit. Baru kali ini hatinya terluka karena cinta. Mungkin memang benar lebih baik dicintai dari pada mencintai, apa yang dirasakan Kasdun saat ini begitu menyakitkan. Sabar....sabar....sabar Kasdun masih banyak orang yang mendukung kegigihanmu mendapatkan cintanya Tiara. Ia menoleh sebelum akhirnya memutuskan untuk pergi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
🏠⃟🌻͜͡ᴀs🍁Bila❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
Tiara kenapa sifatnya tak sama dengan namanya ini
2025-02-28
0
Dwisya12Aurizra
sabar dun...
2024-06-29
3
Dwisya12Aurizra
tiarap mulut nya kek seblak level 7 ya, pedes banget
2024-06-29
3