Kasdun kembali menatap Blu yang masih lemah.
"Iya kemarin saya datang, Mas. Lebih pagi saya datang ke sana berharap bisa menyaksikan kalian akad nikah tapi ternyata Mas Blu tidak datang. Oiya nanti Tiara sebentar lagi datang. Saya berharap kalian bisa bersama lagi walaupun sekarang dia....." Kasdun menelan salivanya, ia menghela nafas dalam tidak berani mengungkapkan kebenaran.
"Dia kenapa Dun? Apa ada orang yang menggantikan posisiku saat itu?"
"Nanti mas Blu tanyakan kebenarannya pada Tiara.".
"Oooh begitu ya? Oiya Dun terima kasih ya kamu sudah mendonorkan darah untuk menyelamatkan adikku. Gegara aku dia jadi ikut terluka."
"Saya hanya perantara saja Mas. Yang menyelamatkan Neneng hanya Allah." Kasdun tersenyum.
"Mas Blu....Ya Allah apa yang terjadi padamu sampai terbaring di sini?" Tiara tiba-tiba masuk tanpa memberi salam. Ia langsung memegang tangan Blu yang masih lemah.
Kasdun melirik ke arah istrinya. Dia sengaja memberitahukan istrinya bahwa Blu berada di rumah sakit karena kecelakaan. Dia melihat begitu besar istrinya mencintai laki-laki yang sedang terbaring lemah. Ia memejamkan matanya, tidak kuat meyaksikan kemesraan mereka walaupun cinta pada Tiara sudah memudar tetapi sebagai suami pengganti hal tersebut sangat menyesakkan dada.
Perlahan Kasdun meninggalkan mereka, memberi ruang pada Tiara agar bisa berbicara empat mata.
"Kenapa keluargamu tidak ada yang memberitahu kejadian ini?" Tiara langsung menanyakan ketidakhadiran Blu dan keluarganya kemarin.
"Tiara aku minta maaf. Kemarin malam aku dan keluarga sedang berada di Bandung. Nenekku koma sehingga kami berangkat ke sini pukul dua dini hari namun musibah datang sebuah mobil menabrak kendaraan yang aku kendarai bersama adikku, adikku sempat koma untung ada Kasdun yang memiliki golongan darah yang sama dengan adikku sehingga adikku selamat. Bahkan kedua orang tuaku setelah menjengukku sebentar mereka langsung pergi lagi ke Bandung. Nenek butuh mereka untuk merawatnya di rumah sakit." Penjelasan Blu sungguh menyesakkan dada. Kalau saja Blu tidak ke Bandung pasti musibah itu tidak akan datang dan prosesi akad nikah berlangsung sesuai rencana. Dan Blu pasti sudah menjadi suaminya sekarang. Namun semuanya hanya angan yang tidak bisa ia ulang. Ia hanya berharap Kasdun secepatnya menceraikannya, dan Tiara akan menikah dengan Blu.
Di luar ruangan terlihat seorang wanita yang sedang duduk sambil menyilangkan kakinya, sambil menopang dagu matanya menatap lurus ke depan. Kasdun duduk di samping wanita itu.
"Ehem....Apa kabarmu Lisa!" Kasdun membuka percakapan. Lisa melirik, ia memperbaiki posisi duduknya.
"Kasdun? Emmmh Alhamdulillah baik Dun." Lisa tersenyum.
"Kamu standby menemani Blu di sini?"
"Iya sejak kemarin sambil bolak-balik kantor polisi karena saya sebagai saksi. Tadi siang pun ada tiga orang polisi yang datang meminta penjelasan dari kami."
"Kamu terlihat lelah. Pulanglah biar Blu saya yang jaga!"
"Kamu engga apa-apa Dun? Saya memang lelah dan capek. Mau tidur di dalam engga enak, tapi ini sudah jam sepuluh malam...." Lisa menggigit bibir bawahnya setelah melihat waktu di pergelangan tangannya. Terus terang ia takut berjalan sendiri di malam hari. Apalagi jarak rumah sakit ke rumah kontrakan Mila lumayan jauh.
"Saya antar ya?" Kasdun menawarkan diri untuk mengantarkan Lisa. Sungguh ini respon yang sangat baik.
"Memang engga apa-apa, ganggu engga?"
"Tidak apa-apa santai saja."
"Sebentar saya pamit ke Mas Blu dulu." Lisa beranjak dari duduknya. Ia masuk ke dalam setelah mengucapkan salam.
"Mas Blu maaf saya tidak bisa menjagamu malam ini. Tadi Bang Kasdun sudah bersedia bermalam di sini menggantikan saya." Lisa tersenyum pada Blu dan juga wanita yang berada di sampingnya. Tiara membalas senyuman itu dengan tidak suka.
"Lisa mau pulang sekarang? Ini sudah malam Lis!" Blu terlihat khawatir tanpa memperdulikan di sana ada wanita yang mulai cemburu.
"Nanti aku diantar sama Bang Kasdun kok mas. Oiya kemungkinan besok aku engga ke sini dulu ya mas, cucianku segunung jadi besok aku mau nyuci saja." Lisa tersenyum kemudian tangannya menyambar tasnya yang tersimpan di atas nakas.
"Iya engga apa-apa makasih banyak ya Lis. Salam buat kak Rasya."
"Iya Assalamualaikum." Lisa menganggukan kepalanya pada Tiara.
"Siapa dia Mas?" Tanya Tiara setelah Lisa keluar dari ruangan tersebut.
"Dia wanita hebat yang sudah menolongku dari kecelakaan yang hampir saja merenggut nyawaku. Dia sudah mengorbankan waktunya untukku sampai urusan hari ini selesai. Dia kelihatan lelah, kasihan dia. Kalau saja orang tuaku bisa menjagaku kemarin tentu dia tidak berada di sini dan bisa istirahat. Sejak kemarin ia menungguku. Merawatku dengan sepenuh hati. Padahal belum lama kenal." Blu menghembuskan nafasnya pelan. Tiara semakin tidak suka, Blu memuji dan mengkhawatirkan wanita lain.
"Oooh pantas saja kau tidak memberitahukan aku tentang kondisimu sekarang ternyata sejak kemarin sudah ada yang menemanimu di sini." Sungguh wajah Tiara kini sudah berubah, ia sedikit marah dengan perlakuan Blu terhadap wanita itu. Namun Blu tidak melihatnya.
"Tidak juga. Kemarin aku tidak berdaya. Duduk saja tidak bisa, terasa nyeri. Sedih rasanya sedang sakit seseorang yang aku sayang tidak ada di sampingku. Aku ingin sekali menghubungimu tapi sampai sekarang keberadaan hapeku saja aku engga tahu mungkin hilang sejak kejadian itu. Dan aku bersyukur melalui Kasdun kamu bisa datang. Oiya Ra apa sebaiknya kamu pulang juga ini sudah malam loh!"
"Kamu mengusirku mas?"
"Bukan mengusir tapi mengingatkan. Kita bukan mahram. Apalagi nanti ada Kasdun yang akan menemaniku malam ini."
"Oh begitu....bagaimana dengan Lisa yang sudah menemanimu sejak kemarin sampai ia bermalam di sini, dia juga bukan mahram bukan?"
"Iya tapi dia...."
"Sudahlah mas, kamu sekarang berubah ya! Aku kecewa sama mas. Kamu ternyata lebih senang Lisa yang menemanimu di sini. Bahkan ketika ia mau pulang saja kamu cegah karena ini sudah malam. Kamu tega mas."
"Tiara maaf bukan begitu maksudku. Kalau kamu menginap di sini aku sangat tidak enak pada keluargamu. Sekarang aku tanya tentang akad nikah kemarin. Apakah terlaksana atau tidak? Aku khawatir dengan statusmu sekarang."
Deg
Deg
Air mata Tiara akhirnya lolos juga dari tempatnya. Ia bergeming tidak bisa menjawab. Kepalanya menunduk. Ia sungguh bimbang dengan kejujuran yang harus ia katakan. Ia tidak ingin kehilangan Blu. Ia juga tidak ingin hidup selamanya dengan Kasdun. Ia benar-bemar harus memutuskan mengungkap kebenaran atau memang kejadian kemarin harus tersimpan dalam album hatinya. Namun bagaimana dengan Kasdun? Mungkin saja Kasdun akan menceritakan kebenarannya kalau mereka sudah menikah.Dan hal itu akan fatal akibatnya, mungkin saja Blu akan meninggalkannya.
"Tiara jawab kenapa diam?"
Tidak ada jawaban. Yang ada hanya tangisan. Sementara di balik pintu ada dua mata yang sedang memperhatikan mereka berdebat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
🏠⃟🌻͜͡ᴀs🍁Bila❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
Tiara ayo jujur dong
2025-02-28
0
◌ᷟ⑅⃝ͩ●Maldini●⑅⃝ᷟ
jujur lahh
2024-06-01
2
🍒⃞⃟•§¢•🎀CantikaSaviraᴳᴿ🐅
hanya Krn cinta km rela berbohong tiara
2024-03-12
3