Noda Dibalik Rupa
🥀🥀🥀
Seorang wanita menanggalkan tali kecil sebuah dress merah polos yang menggantung di kedua pundaknya sambil menatap diri di cermin. Tubuhnya berdiri di depan cermin meja rias di sebuah kamar hotel bintang lima. Di belakangnya, seorang pria berbadan six-pack, yang hanya mengenakan celana hitam panjang, berdiri sambil memperlihatkan kemolekan tubuhnya dari belakang. Kemeja dan jas yang sebelumnya terpasang di badan pria itu sudah mendarat di atas sofa yang ada di sudut kamar.
Secara perlahan, tangan pria itu menarik resleting bagian belakang dress wanita itu, ikut membantu wanita tersebut menanggalkannya, sampai akhirnya tinggal lah sehelai tanktop dan celana pendek hingga paha berwarna hitam di badan putih mulus wanita itu.
"Untuk pertama kalinya?" tanya pria itu, berbicara pelan ke telinga kiri wanita itu dengan senyuman menggoda.
"I-iya. A-aku terpaksa melakukan ini. Tolong hargai aku," ucap wanita itu dengan suara gagap, takut.
"Menghargai wanita sepertimu? Wanita yang menjual kehormatannya sendiri tidak pantas untuk dihargai. Kalian hanya pantas diperlakukan seperti ini."
Pria itu menukar posisi berdiri mereka, lalu melangkah maju, menyebabkan wanita itu melangkah mundur sampai kaki bagian belakang wanita itu menyentuh ranjang.
Perlahan wanita itu menoleh ke belakang, menatap kasur yang empuk siap menampung dirinya dan pria itu bersama ekspresi tegang yang tergambar di wajahnya, sedangkan pria itu tersenyum seringai. Kemudian, pria itu mendorong wanita tersebut sampai terbaring di atas kasur. Wanita itu tampak kaget sampai napasnya berderus kencang.
Setelah itu, pria tersebut merogoh saku celana kirinya, mengambil dompet dan mengeluarkan sebuah kartu ATM yang berisikan uang senilai seratus juta di sana. Ia menaruh kartu itu di atas meja. Kemudian, tangan pria itu lanjut menarik ikat pinggangnya, melepaskannya, dan melemparkannya ke lantai secara sembarangan. Dengan ganasnya, pria itu memainkan bibir dan tangan setelah mengungkung tubuh wanita yang sudah dibelinya itu.
Wanita itu menoleh ke kanan bersama wajah sedih dan pasrah, ia menatap kartu ATM yang ada di atas meja. Rasa bersalah, rasa penuh dosa menghantui segenap jiwa dan raganya karena tahu tindakannya menghasilkan uang saat ini, salah. Namun, apalah daya? Kondisi membuatnya terpaksa banting setir menjadi wanita penghibur untuk membayar biaya operasi ibunya. Selain itu, ia juga harus membayar hutang senilai lima puluh juta kepada rentenir.
Tiara Natasia, wanita yang sudah duduk di bangku semester akhir perkuliahan itu berada di titik kelamnya, di jalan buntu, yang membuatnya tidak bisa berbuat banyak untuk menghasilkan uang, hingga ia memilih jalan yang penuh dosa.
Pria itu mengendus leher Tiara, menjelajahi setiap kulit putih mulus dan bersih wanita itu dengan bibir seksi yang dimilikinya. Tiara hanya bisa diam dengan tetesan air mata mengalir tanpa melakukan perlawanan, ia membiarkan pria itu menggerogoti tubuhnya sampai mengambil kehormatan yang selama ini diagungkannya.
Suara ringisan terdengar di telinga pria itu, membuat pria tersebut memberhentikan aksi bejatnya dan memandang wajah Tiara dengan mata menyelidik.
"Kinerjaku kurang bagus? Tidak. Seharusnya aku yang mengatakan itu. Ingat, aku sudah membeli tubuhmu. Jadi, bekerja keras untuk membuatku terbuai dalam layanan mu." Pria itu beralih menelentangkan badan di samping Tiara dengan mata mengarah ke loteng kamar.
Tubuh Tiara gemetar kuat dalam ketakutan, di bagian tangan terlihat sangat jelas. Ia duduk dan perlahan merangkak, mengungkung tubuh pria itu dalam keterpaksaan.
"Jangan membuatku muak! Jika kamu tidak sanggup, pergilah! Kalian sama, tidak bisa diharapkan." Pria itu membentaknya dalam kemarahan dan mendorong tubuh Tiara ke sisi kanan dengan kasar.
Kemudian, pria itu meraih ponsel yang ada di atas meja dengan posisi tubuh masih berbaring. Ia berniat menghubungi Emie, pemilik rumah bordil tempat Tiara bekerja.
"Tidak. Aku bisa," ucap Tiara sambil memegang tangan pria itu yang sudah menggenggam ponsel, ia tahu pria itu akan menghubungi Emie.
Tiara menarik napas panjang, lalu menyeka air matanya. Ia tidak ingin tindakan sejauh ini hanya berakhir sia-sia tanpa membuahkan hasil. Jadi, ia berusaha memberikan yang terbaik. Ia kembali mengungkung badan pria itu, lalu melepaskan topeng pria tersebut dan menjatuhkannya ke lantai. Kemudian, ia merendahkan wajahnya, mendekatkan wajah mereka dan menautkan bibirnya ke bibir seksi milik pria itu.
Bibir yang semula hanya saling mengecup, berakhir bermain ganas hingga suara yang khas terdengar. Tidak hanya permainan bibir, mereka juga bermain ke hal sensitif lain yang menjadi tujuan dalam jual-beli pelayanan wanita penghibur itu. Emosi dalam hubungan suami-istri yang mereka lakukan sama besarnya, memunculkan suara erangan yang hanya didengar oleh dinding kamar.
***
"Bonus." Pria itu melemparkan seikat uang senilai sepuluh juta ke atas kasur, tepat di samping Tiara yang masih berbaring menyamping membelakangi pria itu dalam kondisi lemah karena aksi mereka semalam.
Kemudian, pria itu berjalan menghampiri sofa, mengutip pakaiannya dan mengenakannya. Lalu, pria itu mengambil ponsel dan kartu nama yang ada di atas meja, di samping ranjang. Dante Eldantara, itulah nama yang tertulis di kartu nama tersebut, nama pria itu.
Sebelum meninggalkan kamar yang berantakan, Dante menyisir rambut dengan gaya belah dua yang bisa menghipnotis para kaum hawa yang mengibaratkan mereka bak Oppa Korea.
"Besok malam kamu harus standby di sini. Malam ini, kamu bisa bermain dengan pria manapun, jika kamu masih sanggup," ucap Dante sambil merapikan dasinya dan tersenyum licik dengan salah satu sudut bibir naik.
Dante menoleh ke samping, memandangi tubuh Tiara dalam balutan selimut putih yang dinodai oleh bercak cairan merah milik wanita itu sebagai tanda virgin wanita itu telah lepas landas darinya. Dante mendengkus remeh, lalu keluar dari kamar itu dengan langkah angkuh.
Tiara duduk setelah mendengar suara pintu dibanting untuk menutupnya. Ia memandangi pintu itu dalam diam beberapa detik dan berteriak, merasa frustasi setelah bungkam sejak semalam. Kedua tangannya menggenggam kasur dan memukulnya berkali dalam tangis histerisnya seperti orang depresi berat.
"Maafkan aku, Tuhan. Maafkan aku, Ma," isak tangisannya.
Tiara menuruni kasur, berlari memasuki kamar mandi tanpa memakai sehelai pakaian pun. Ia berdiri di bawah shower yang menjatuhkan tetesan air dengan harapan bisa membersihkan noda dari perbuatannya semalam bisa dihapus. Tangannya menggosok keras kulitnya, terutama di bagian leher dan dada yang membuatnya teringat akan sentuhan Dante. Dan, aksi itu bersamaan dengan tangis yang terdengar keras karena tidak bisa menerima kejadian semalam dan merasa malu pada dirinya sendiri.
***
Satu Jam Kemudian ....
"Mau seharian kamu mencuci tubuhmu, nodanya tidak akan pernah hilang. Nikmati saja, toh kamu juga dapat uang," ujar Emie dari pintu kamar mandi, menatap Tiara yang berendam dalam bathtub dengan tatapan kosong menyedihkan.
Tiara menoleh patah menatap Emie di sisi kirinya. Raut wajah lesu yang dari tadi bersemi diperlihatkan kepada wanita paruh baya itu. Ia merasa tidak bertenaga secara mental maupun fisik.
Tiara menatap senyuman seringai di bibir Emie, menjalar ke bawah, menatap kartu ATM yang semula ada di atas meja, di kamar itu, sudah ada di genggaman tangan Emie. Tiara menyodorkan tangan kirinya, meminta kartu itu tanpa bersuara.
Emie mendengkus, lalu berjalan mendekati Tiara.
"Pak Dante sungguh baik hati. Dia membayar keperawanan mu dengan nilai seratus juta. Baru kamu rekornya," ucap Emie sambil berjalan menghampiri Tiara dengan senyuman puas. "Ini. Jika kamu menemaninya lagi esok malam, dia akan memberikanmu uang dengan jumlah yang sama. Dia cukup royal demi kepuasannya. Mengapa tidak? Istrinya yang penyakitan itu tidak bisa membahagiakannya secara batin," terang Emie setelah menaruh kartu ATM ke atas tangan Tiara.
"Penyakit apa?" tanya Tiara, sedikit penasaran.
"HIV," jawab Emie. "Sampai kapanpun, dia tidak akan bisa disenangkan oleh istrinya," jelas Emie.
Perkataan Emie mengingatkan Tiara pada ucapan Dante semalam.
'Kalian tidak bisa diharapkan.'
Tiara terbenam dalam ingatan itu, memunculkan asumsi yang membukanya sadar akan sikap Dante.
"Malam ini, pemilik perusahaan Skyes memintamu menemaninya. Dia akan memberikanmu uang lima puluh juta jika kamu bisa melayaninya dengan baik. Tunggu dia di kamar ini," ucap Emie sambil berjalan keluar dari kamar mandi.
"Tidak," balas Tiara, menghentikan Emie melangkah di ambang pintu.
Wanita paruh baya yang bergaya seperti anak gadis itu menoleh ke belakang, menatap Tiara dengan dahi mengerut bingung.
"Seratus juta. Jika dia sanggup, aku akan memenuhi keinginannya," lanjut Tiara, memberikan penawaran.
"Baik." Emie tersenyum senang melihat Tiara mulai menikmati profesinya.
......🥀🥀🥀......
BACA JUGA CERITA PERTAMA SAYA!
D3 (DILEMA DALAM DIAM)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Anonymous
keren
2024-03-30
1
Thr!b!
Penasaran dengan kelanjutannya
2024-02-23
1
Selin Tari
kesian Tiara nya Thor 😭💪💪💪💪
2024-02-20
1