🥀🥀🥀
Tiara dirundung jiwa yang gugup, merasa tidak tenang, membuatnya tidak bisa duduk di kafe menunggu kedatangan Dante menjemputnya. Selain itu, ia juga tidak pernah datang ke acara pesta di gedung besar sebelumnya.
Sebuah mobil berhenti di tepi jalan, seorang pria berseragam sopir warna hitam memasuki kafe, menghampiri Tiara.
“Tiara?” tanya pria seusianya itu.
Tiara menganggukkan kepala dengan raut wajah bingung.
“Saya sopir pribadi Pak Dante. Ayo!” ajak pria itu sambil memainkan tangan, menyuruh Tiara berjalan keluar dari kafe.
Begitu polos wanita Tiara, ia mengikuti pria itu, berjalan di pandu oleh sopir pribadi Dante tersebut sampai akhirnya duduk di dalam mobil, di bangku belakang sopir.
Selama perjalan, Tiara hanya diam dengan perasaan tegang sampai akhirnya tibalah di sebuah gedung besar di mana di depan pintu gedung itu ada lengkungan bunga yang indah memanjakan mata. Setelah sopir mobil yang dinaikinya membuka pintu, ia keluar dan berjalan di karpet merah yang mengarah ke pintu gedung. Beberapa mata menatapnya cukup dalam, mereka tampak terpesona, seakan melihat bidadari batu turun dari kayangan.
Gaun merah yang melekat di tubuh Tiara menarik perhatian mereka, berpadu dengan badannya yang ramping bak model papan atas dan rambut digerai bergelombang panjang ke belakang, bando juga menghiasi rambutnya.
"Ternyata pesta ulang tahun. Besar sekali acaranya." Tiara berkata dalam hati dengan mata terpesona melihat kemewahan acara tersebut yang dihadiri oleh banyak orang berpenampilan elit.
Seorang pelayan wanita berpakaian hitam-putih menyodorkan sebuah topeng pesta kepada Tiara ketika masih berdiri di ambang pintu gedung itu. Tiara mengambil topeng tersebut dengan senyuman ringan dan kepala ditundukkan sekali sebagai ucapan terima kasih.
Sebelum terlalu jauh masuk ke dalam gedung, Tiara memasang topeng tersebut ke wajahnya setelah sadar semua orang menggunakan hal yang sama sebagai teman acara itu. Barulah Tiara melangkahkan kaki yang memakai sepatu hak tinggi berwarna hitam itu berjalan maju setelah topeng itu sempurna terpasang.
Dante yang sejak tadi memperhatikannya menaruh gelas anggur di tangannya ke atas meja sambil berbisik ke telinga Rania yang tengah berbicara bersama beberapa wanita yang merupakan teman istrinya itu.
"Aku ke toilet dulu," ucap Dante dan meninggalkan perkumpulan itu.
Dante benar ke toilet, ia mengganti kemeja dan topengnya dengan warna yang berbeda dari sebelumnya untuk menghindari penandaan Rania terhadapnya. Setelah itu, ia menulis pesan teks kepada Rania melalui sambungan telepon sambil berjalan keluar dari toilet bersama senyuman seringai di bibirnya.
Setelah sampai di aula acara, Dante mencari-cari wujud Tiara di keramaian. Kakinya melangkah ke arah kiri setelah melihat Tiara berdiri diam sendirian dengan segelas jus di tangan wanita itu.
"Pilihanku tidak salah," bisik Dante ke telinga kanan Tiara dan mengecup bibir wanita itu dengan tangan kiri merangkul pinggang Tiara di antara beberapa orang yang tidak menghiraukan mereka.
"Jangan begini. Istri Anda ada di sini," balas Tiara sambil melepaskan tangan Dante dari pinggangnya dan menjaga jarak.
"Lantas?" Dante kembali menarik dan memeluk tubuh Tiara.
Tangan kanan pria itu bermain di rambut di telinga Tiara dengan mata menatap dalam mata dan bibir wanita itu.
"Mungkin dia ingin melihat kita bermain karena tidak bisa melakukannya," goda Dante, masih berbisik ke telinga kanan wanita itu.
Semua terlihat sudah diatur sedemikian rupa. Musik romantis terdengar, Dante menaruh gelas di tangan Tiara ke atas meja dan mendorong wanita itu, lalu menariknya kembali, bersambut dengan gerakan dansa yang diperhatikan oleh mereka yang ada di pesta. Gerakan tubuh yang selaras dengan irama musik mengundang mereka ikut berdansa dengan pasangan mereka masing-masing.
"Dante di mana?" Rania mencari-cari karena ingin mengajak suaminya itu melakukan hal yang serupa.
Rania menyalakan ponsel dan melihat pesan masuk di bilah notifikasi atas.
Isi Pesan:
Maaf, aku terpaksa meninggalkanmu karena aku harus ke luar kota secara mendadak karena ada urusan bisnis yang penting dan harus segera ditangani. Besok sore aku akan kembali. Eko yang akan mengantarmu pulang. Setelah sampai di rumah, buka kejutan yang aku letakkan di atas kasur.
Benar-benar sudah terencana. Untuk menghilangkan jejak curiga, kejutan disiapkan Dante untuk istrinya yang berhati lembut itu. Sayang sekali, kelebihan wanita itu di isi oleh kekurangan yang begitu menyiksa batinnya.
Bibir Rania semula kecewa, tetapi kembali tersenyum ketika tahu suaminya itu menyiapkan kejutan yang membuatnya penasaran. Diri tidak bisa ditahan berlama-lama di sana, Rania meninggalkan gedung pesta tersebut untuk bisa sampai di rumah sesegera mungkin.
Tingkah Dante semakin menjadi setelah sadar istrinya meninggalkan pesta. Tubuh Tiara dibopong di hadapan semua orang dan dibawa keluar dari gedung itu.
"Kamu membawaku ke mana?" tanya Tiara, tegang dalam rasa bingung yang menggerogoti pikirannya.
Dante berhenti melangkah di pintu gedung.
"Surga," jawab Dante sambil memandangi mobil yang dikemudikan Eko, pria yang tadi menjemput Tiara, kini membawa Rania.
Dante lanjut berjalan meninggalkan gedung itu.
"Kamu ingin membunuhku, Pak?" Tiara salah memahami perkataan Dante.
Dante tersenyum miris dengan mata menatap wajah polos wanita itu.
"Menarik. Mungkin ini yang membuatku tidak bisa melupakannya sejak pagi tadi.” Dante berkata dalam hati dengan bibir tersenyum remeh.
"Nona Tiara Natasia, biarkan aku mengajarimu banyak hal di hotel Wions," ucap Dante dan melanjutkan kaki berjalan menuju mobil yang baru berhenti di tepi jalan. Mobil tersebut milik orang suruhannya.
***
Dante melemparkan tubuh Tiara ke atas kasur empuk yang ada di salah satu kamar di hotel Wions, hotel paling mahal dan berbintang lima. Satu persatu pakaian yang menempel di tubuh Tiara dilucuti oleh pria itu dan dibuang sembarangan.
"Tunggu!" tahan Tiara dengan telapak tangan menempel di dada bidang Dante yang sudah mengungkung tubuhnya. "Aku belum minum obat," terang Tiara, menyebut pil pencegah kehamilan.
"Aku peduli? Tidak. Itu derita kalian sebagai seorang wanita penghibur," tutur Dante, tersenyum seringai dan melanjutkan aksinya.
Tiara hanya diam mematung setelah mendengar jawaban pria itu. Perkataan Dante membuat hatinya sakit, tetapi tidak bisa membalas pria itu karena tahu apa yang dilakukannya juga kehendaknya.
Di tengah mereka sedang bermain di atas kasur yang empuk itu, suara deringan ponsel membendung permainan itu. Dante meraih ponsel yang ada di atas meja dengan badan masih mengungkung Tiara. Ia melihat layar ponsel di mana nama Rania ada di sana.
"Iya?" tanya Dante setelah menempelkan ponsel tersebut ke telinga kirinya.
"Terima kasih kalungnya," ucap Rania dengan sipuan malu.
"Iya. Kalau begitu, aku tutup teleponnya," ucap Dante dan memutuskan sambungan telepon begitu saja, tanpa sepengetahuannya membuat Rania kecewa.
Dante kembali menaruh ponsel ke atas meja dan menatap Tiara yang memalingkan wajah ke samping, menjauh dari pandangannya.
"Kamu tidak pernah merasa bersalah dengan perbuatanmu ini? Aku tahu kalau istrimu itu tidak bisa berhubungan denganmu. Tapi, tidak seharusnya kamu begini. Dia pasti akan tersakiti," ucap Tiara dengan wajah murung, prihatin dengan kondisi Rania.
Dante bangkit, duduk di tepi kasur dengan selimut yang menutupi bawahannya. Ia mengutip celana di lantai yang ada di samping kasur yang bisa diraihnya dari sana dan mengeluarkan rokok dari salah satu saku celana, ia menyalakannya dengan pemantik dan menghisap rokok tersebut.
"Apa peduli mu? Ini masalahku. Jadi, jangan ikut campur," ucap Dante.
"Aku harap kalian bisa bahagia. Solusi dari masalah kalian saat ini bukan begini." Tiara masih lanjut memberikan pencerahan meskipun dirinya dinilai buruk oleh Dante. "Banyak cara untuk bisa menangani masalah ini." Tiara masih lanjut Berkata dengan volume rendah, meskipun tampak diabaikan.
"Benarkah? Seperti apa?" Dante menoleh ke belakang, berpura-pura tertarik dengan perkataan Tiara. "Jangan sok tau. Jika kamu memiliki banyak solusi, kamu tidak mungkin berakhir begini," ucap Dante dan berdiri.
Perkataan pria itu benar juga di benak Tiara. Wanita itu memejamkan mata, berusaha menenangkan perasaan yang terluka mendengar perkataan Dante yang membuatnya murung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Selviana
Ceritanya menarik../Good/
2024-02-11
0