🥀🥀🥀
Dante membuang rokok yang baru lenyap sedikit ke lantai dan mengenakan celana. Lalu, ia mengenakan kemeja sambil berdiri dan mengarahkan badan kepada Tiara yang masih duduk dengan selimut menutupi tubuhnya. Ia memainkan ponsel dan memperlihatkan layar ponselnya kepada Tiara.
"200 juta sudah aku kirim." Dante menunjukkan bukti transfer ke rekening yang sebelumnya ia berikan kepada Tiara. "Bukannya menceramahi ku, seharusnya kamu berterima kasih. Uang yang aku berikan ratusan kali lipat lebih tinggi dari sewa wanita di luaran sana yang harganya hanya ratusan ribu. Malam esok, ingat, kamu harus datang ke tempat ini lagi untuk melayaniku. Juga ada hal yang ingin aku perbincangan denganmu," ucap Dante sambil berjalan menghampiri meja rias, merapikan dasi di lehernya, menghadap ke cermin, membelakangi keberadaan Tiara masih di atas kasur.
"Mengapa tidak bicarakan sekarang?"
Dante menoleh ke belakang, menatap Tiara dengan senyuman remeh.
"Baiklah," ucap Dante sambil berjalan kembali ke kasur, duduk di posisi sebelumnya dengan mata menatap dingin Tiara.
"Berikan aku anak dan kamu akan mendapatkan kartu unlimited ini," ucap Dante sambil memperlihatkan sebuah kartu hitam yang baru dikeluarkan dari dompetnya.
Tiara menatap kartu tersebut yang tidak pernah tampak oleh matanya.
"Bagaimana?" tanya Dante, ragu Tiara akan menyetujuinya.
Tiara berpikir beberapa menit sampai membuat wajah Dante tampak kesal. Pria itu tidak suka seseorang membuang waktunya hanya untuk menunggu yang tidak pasti.
"Baik," jawab Tiara, terpaksa.
"Mengesankan. Baiklah. Ingat, setelah anak itu lahir, kamu berikan kepadaku dan kamu tidak memiliki hak lagi atas dirinya. Ini surat yang harus kamu tandatangani," ucap Dante sambil merogoh saku celana, mengambil lipatan kertas dari sana dan memberikannya kepada Tiara.
Dante berdiri sambil memasukkan kartu kredit unlimited itu kembali ke dalam dompet dan berjalan mendekati cermin untuk menyisir rambutnya setelah Tiara mengambil kertas dari tangannya. Wanita itu membaca tulisan yang ada di kertas tersebut dengan kedua bola mata berkaca-kaca. Sebagai seorang ibu, tentu berat dan tidak rela memberikan anaknya untuk orang lain, tetapi ia tidak memiliki cara lain untuk mendapat kartu unlimited itu yang bisa menghidupinya dan Hera seumur hidup. Setelah mendapatkan kartu itu, ia juga berencana tidak akan bekerja lagi sebagai wanita malam. Satu-satunya cara untuk keluar dari masalahnya itu hanya dengan menyetujui perjanjian tersebut.
Tiara membuka laci meja di samping kasur, mengambil pulpen yang ada di sana dan menandatangani kertas tersebut. Lalu, menaruh kertas itu ke atas meja bersamaan dengan pulpen. Setelah itu, tubuhnya bangkit dari kasur, berjalan mendekati Dante dan memeluk pria itu dari belakang dalam kondisi tubuh yang tidak memakai sehelai pakaian pun.
"Kita lakukan lagi. Aku akan berusaha memberikan yang terbaik," ucap Tiara, ingin segera mengakhiri semuanya dengan mempercepat kehamilan.
Dante menaruh salah paham pada tingkahnya. Pria itu menaruh sisir di tangan kanannya ke atas meja dan memutar badan ke belakang, menatap keseriusan yang tergambar di wajah Tiara dengan senyuman remeh. Kemudian, kakinya melangkah maju yang membuat Tiara melangkah mundur sampai akhirnya terduduk di tepi kasur. Dante kembali mengeluarkan kartu kredit unlimited dari dompet dan mengangkat dagu Tiara dengan kartu itu.
"Dedikasi mu cukup tinggi. Menarik," kagum Dante dalam pandangan buruk terhadap Tiara.
Dante menaruh kartu kredit unlimited itu ke atas meja dan membuka jas yang semula telah terpasang di badannya. Lalu, menarik dasi yang sudah tersimpul rapi di lehernya. Semua pakaian yang dikutip dari lantai, yang sudah terpasang di tubuhnya kembali dilucuti.
***
Satu Minggu Kemudian ….
Tiara memapah Hera menuju salah satu bangku di aula, di mana akan diadakan acara wisuda. Operasi wanita paruh baya itu sukses, membawanya menuju kondisi kesehatan yang mulai sembuh.
“Ibu duduk di sini. Aku akan duduk di sana bersama teman-teman,” ucap Tiara dan meninggal keberadaan Hera di antara para orang tua teman-temannya yang hadir.
Kaki Tiara melambat setelah melihat wujud Dante baru duduk di bangku tamu paling depan, di sisi kanan aula. Secara kebetulan, Dante juga sedang mengarahkan pandangan padanya, menoleh ke belakang.
Setelah satu minggu tidak bertemu, mereka kembali saling menatap. Dante menunjukkan ekspresi dingin dan mata sendiri menyipit menatap Tiara. Dalam sekejap ekspresi itu berubah menjadi senyuman lebar ketika orang yang duduk di samping pria itu mengajaknya berbicara. Orang itu mengalihkan perhatian Dante.
Tiara lanjut berjalan menuju bangkunya dan duduk dalam perasaan tegang, sedikit takut karena satu minggu ini ia menghindari Dante, ia terkesan melarikan kartu kredit unlimited milik pria itu.
Sepanjang acara berlangsung Tiara tidak bisa tenang, keringat dingin memenuhi tisu yang ada di tangannya.
“Aku ke toilet dulu,” ucap Tiara pada Masya, teman perempuannya yang duduk di sisi kanannya.
Tiara berdiri, berjalan meninggalkan kerumunan menuju toilet untuk menenangkan diri dari rasa tegang itu. Ia mencuci kedua tangan sambil menatap dirinya di cermin besar yang ada di hadapannya, di toilet tersebut.
Seseorang membuka pintu toilet dan mengunci pintu itu dari dalam. Tiara menoleh ke belakang setelah mendengar suara pintu ditutup. Raut wajah Tiara berubah kaget saat melihat Dante orang yang baru saja masuk.
“Mau menghilang dariku? Tidak bisa, Sayang ….” Dante berkata dengan nada menggoda sambil berjalan kecil mendekati Tiara.
Tiara memalingkan muka setelah Dante berada tepat di hadapannya. Rasa takut tergambar jelas di wajahnya.
“Bu-bukannya begitu. Ak-aku hanya si-sibuk mengurus persiapan wisuda. Selain itu, Ibuku juga harus dirawat,” bohong Tiara dengan bicara gagap.
“Baiklah … akan aku percayai. Ngomong-ngomong, sudah ada benihku dalam perutmu? Jika belum ada, kita harus bermain lagi,” kata Dante sambil melilit pinggang Tiara dan menatap wanita itu dengan tatapan menggoda.
“Pagi ini aku mual-mual, mungkin sedang dalam proses pem-pembuahan. Ja-jangan khawatir, aku akan memberitahumu nanti.” Tiara kembali berbohong dan masih gagap saat menghadapi pertanyaan Dante yang menarik rasa takutnya.
“Benarkah? Kalau begitu, kita periksa ke dokter setelah acara ini selesai," tolak Tiara dengan cepat.
“Tidak bisa. Sebenarnya ada acara kecil yang harus aku hadiri bersama teman-teman lain. Malam ini kita bertemu, bagaimana? Aku … aku janji dan tidak akan mengecewakanmu,” ucap Tiara, menunjukkan wajah meyakinkan.
Dante mantap Tiara dengan mata menyelidik.
Tiara mengecup pipi Dante untuk membuat pria itu yakin. Membuat Dante tersenyum dengan salah satu sudut bibir naik melihat tingkahnya.
“Keyakinan ku masih kurang,” ucap Dante.
Tiara mengecup pipi bagian lain pria itu.
Dante tidak bisa menahan diri. Ia memburu bibir wanita itu di mana Tiara hanya bisa membalas untuk membuat pria itu yakin dengan perkataannya.
“Baiklah. Kalau begitu, aku tunggu kamu di hotel semalam. Jangan pernah membohongiku, kamu tau sendiri akibatnya,” ancam Dante dan keluar dari toilet itu.
Tiara lega setelah Dante pergi. Ia merapikan pakaian wisuda yang terpasang di tubuhnya dan akan kembali ke tempat acara berlangsung.
“Tenang. Tidak sampai satu hari, semuanya akan selesai. Kamu tiDak akan bertemu dengannya lagi, Tiara." Tiara berkata dalam hati sambil berjalan keluar dari toilet itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Siti Sobikha
penasaran...
2024-02-12
1