🥀🥀🥀
Tiara berpose dengan gaya estetik. Setelah itu, berakting untuk promosi gawai mahal yang berada dalam genggaman tangannya. Ia melanjutkan kerjasama yang sempat tertunda sebelumnya.
Dante tidak ada di sana. Pria itu tengah berada di luar, sedang bertemu dengan orang suruhannya yang disuruh untuk mencari informasi tentang kecelakaan di jurang lima tahun lalu. Ia duduk di kafe Pinky bersama dua orang pria berompi hitam tebal duduk di hadapannya.
"Identitas orang yang mengalami kecelakaan hari itu tidak diketahui. Hanya si sopir saja. Itu pun diketahui dari plat mobil yang tersisa dari kebakaran mobil tersebut. Pada saat itu hanya ditemukan dua orang korban, pria dan wanita," kata Gilang, salah satu dari mereka yang berambut pendek, ikal.
"Selain mencari informasi itu, kami juga ke rumah sakit Gentara. Ibu dari wanita itu dirawat di sana dan di bawa keluar dua hari sebelum hari wisudanya. Kami juga bertanya kepada orang-orang di sekitar rumah mereka. Salah satu tetangga nya melihat wanita itu dan ibunya meninggal rumah dengan tergesa-gesa setelah wisuda." Tian, pria yang lainnya, berambut lurus gaya belah dua dengan mata sipit ikut bercerita.
"Jadi, hari itu dia berbohong padaku. Lalu, wanita yang ditemukan di jurang itu, siapa?" tanya Dante, merasa tidak yakin itu Tiara setelah mengingat perkataan Tiara di hotel malam itu, bahwa wanita itu sempat membantu Tiara yang mereka maksud.
"Kemungkinan itu Ibunya. Polisi juga meyakini kalau korban wanita paruh baya. Korban dimakamkan di tempat pemakaman umum biasa, di jalan Lestari," kata Tian.
"Baiklah. Berikutnya, kalian gali lagi informasi mengenai dia. Mungkinkah dia pergi ke luar negeri sampai bertemu wanita itu? Satu lagi, cari tahu identitas wanita itu," titah Dante.
"Siap, Bos!" ucap mereka, kompak.
Dante berdiri sembari menyambar kunci mobil yang ada di atas meja dan bergegas meninggalkan kafe itu.
Mobil dikemudikan olehnya dengan kecepatan sedang sambil berpikir, itu terlihat dari ekspresi kusut di wajahnya. Hati kecilnya masih mengatakan kalau Tiara yang dijumpainya saat ini adalah orang yang sama.
Beberapa menit kemudian, mobil tersebut berhenti di tepi jalan sebuah pemakaman umum yang berada di jalan Lestari. Mobil Tiara juga ditemukan di sana.
"Kamu tidak bisa mengelak lagi," ucap Dante sambil bergegas memasuki area pemakaman.
Dante mencari-cari wujud Tiara. Matanya berkeliling dalam keterburu-buruan karena tidak sabar. Wanita yang dicarinya itu tidak ada, tetapi matanya tertarik pada sebuah tubuh berbaju serba hitam dan memakai kerudung selendang menutupi rambut wanita itu, tengah menjongkok di samping sebuah kuburan dengan posisi membelakangi keberadaanya.
"Tiara," lirih Dante sambil berjalan menghampiri wujud itu.
"Tiara," panggil Dante.
Wanita itu perlahan menoleh ke belakang sambil berdiri.
"Maaf," ucap Dante setelah melihat wujud wanita itu bukanlah orang yang diharapkannya.
Meskipun wanita itu bukan Tiara, tetapi Dante masih yakin Tiara memang ada di sana. Pria itu kembali memainkan mata, mencari-cari.
Wanita tersebut bukanlah orang yang disuruh Tiara untuk menjadi dirinya. Semua nyata terjadi secara alami. Tiara yang dicari-cari oleh pria itu berada di balik pohon besar yang ada di pojokan area pemakaman bersama Lola.
"Untung saja ada orang yang mengalihkan perhatian pria licik itu," kata Tiara.
Tiara dan Lola masih bersembunyi di persembunyian mereka sampai akhirnya Dante meninggalkan area pemakaman setelah melayat sejenak ke makam Hera yang ditemukan oleh Dante pada akhirnya setelah bertanya kepada pria pengurus makam.
Pegal sekali. Satu jam kita berdiri di sana," keluh Lola sambil memijat betisnya sendiri.
Lola mengikuti Tiara yang bergegas meninggalkan pemakaman itu karena mereka juga sudah melayat ke makam Hera sebelumnya. Lola dibuat kesal dengan Tiara yang tidak menunggunya.
"Kaki ku masih sakit, Mbak. Pelan-pelan sedikit, aku ...." Lola tidak melanjutkan kaki melangkah setelah melihat Dante berada di hadapan Tiara.
Tiara menoleh ke belakang, menatap Lola dengan kode yang diberikan agar asistennya itu bisa melunturkan ekspresi kagetnya supaya Dante tidak mencurigai mereka.
"Pak Dante. Kebetulan sekali," kata Tiara dengan senyuman lebar.
"Iya. Kalian dari mana saja? Saya baru dari dalam, tetapi tidak melihat kalian. Jangan bilang ...." Dante sengaja menggantungkan perkataannya untuk melihat reaksi berikutnya dari mereka.
"Mungkin Pak Dante tidak melihat saja," kata Tiara.
"Melayat ke makam siapa?"
"Ibunya Tiara. Dia pernah menyuruhku mengunjungi makam ibunya jika aku ke sini," kata Tiara dengan menunjukkan wajah sedih.
Ekspresinya itu malah membuat Dante semakin tertarik dengan rahasia yang disembunyikan wanita itu. Ia tahu kalau ada rahasia besar yang sedang disembunyikan oleh Tiara.
Dante berjalan mendekati Tiara, menarik tangan wanita itu menuju mobilnya, memasukkannya ke dalam mobil dan menutup pintu mobil itu dengan membantingnya.
"Jangan khawatir, aku tidak akan berbuat buruk padanya," ucap Dante kepada Lola dan berjalan masuk ke dalam mobil.
Mobil itu dikemudikan Dante dengan kecepatan sedang dalam diam, tidak mengajak Tiara berbicara. Suasana canggung tercipta, membuat Tiara sedikit sesak untuk bernapas lega.
"Kamu akan mengajakku ke mana?" tanya Tiara dengan nada sedikit kesal.
"Bukankah aneh? Setelah marah, kesal, dia tersenyum bodoh dan sekarang kembali kesal juga marah," kata Dante dan mengakhiri perkataannya dengan menatap dalam Tiara yang memperhatikannya saat berbicara.
"Maksudmu apa?" tanya Tiara, bingung.
Dante mendekatkan wajah ke arah Tiara dengan tatapan tajam dan dalam.
"Semua yang kamu sembunyikan akan terbongkar pada akhirnya," ucap Dante dan menarik badannya ke posisi semula. "Kamu bertanya, ke mana aku akan mengajakmu? Kita lihat saja nanti," lanjut Dante berkata sia-sia bagi Tiara karena tidak menemukan jawabannya.
***
Dante menarik tangan Tiara, menyuruh wanita itu memeluk tangan kanannya ketika mereka berdiri di halaman rumah Dante bak istana itu.
Tingkah Dante menciptakan rasa bingung di benak Tiara, tetapi ia tetap diam dan akan melihat kejutan apa yang tengah menantinya di rumah besar itu.
Setelah berdiri di pintu, mereka melihat sepasang suami-istri berusia 50-an duduk di sofa ruang tamu bersama seorang wanita tua yang sedang memegang tongkat, juga ada gadis berambut sepundak yang baru berusia 15 tahun sedang memainkan ponsel dengan wajah malas. Mereka tampak tengah menunggu.
"Ayo," ajak Dante, mengajak Tiara masuk.
Suara langkah kaki mereka mengundang sorot mata semua orang yang tampak tidak terlalu suka, kecuali wanita tua memegang tongkat itu. Wanita itu menatap mereka dengan bibir tersenyum.
Tiara dan Dante duduk bersebelahan di bangku yang kosong.
"Cukup memainkan drama bersama Farah. Kejadian beberapa hari lalu cukup jadi yang terakhir. Aku sudah memiliki calon istri," kata Dante kepada semua orang dan menoleh ke arah Tiara.
Dahi Tiara mengernyit bingung bercampur dengan ekspresi kaget yang terukir menatap pria di sampingnya itu, mengerti maksud perkataan Dante.
"Wanita mana yang kamu sogok untuk menjadi rekan mu berbohong kepada kami?" tanya Nilam, sang nenek Dante yang berbicara dengan senyuman, sangat tahu dengan sifat cucunya itu.
"Kali ini aku serius, Omah," ucap Dante, ikut mengerti maksud dibalik perkataan Nilam.
"Kamu mendapatkannya dari mana? Keluarga kita butuh menantu yang tahu asal-usulnya dan harus dipandang baik di depan banyak orang," celetuk Santi, Ibu Dante.
"Mamamu benar. Farah sudah tepat untukmu," tambah Dandri, ayah Dante.
"Jangan permalukan dirimu sendiri, Kak." Faily, sang adik juga ikut bicara.
"Diam!" tutur Dante kepada gadis itu bersama sorot mata tajamnya. "Dia Tiara Natasia. Jika kalian ingin tahu identitasnya, silakan cari di internet. Satu lagi, untuk tidak membuang-buang waktu kalian, aku perjelas kalau aku hanya akan menikahinya dan kami akan menikah minggu depan," ucap Dante.
Volume ekspresi kaget Tiara bertambah sampai memajukan wajah kepada Dante dengan mata membesar.
CUPP!
Dante mengecup pipi Tiara untuk mengalihkan perhatian semua orang pada ekspresi wanita itu, sedangkan Tiara mematung dengan mata melebar, semakin kaget.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments