Gadis Kecil Itu Demam

🥀🥀🥀

Tiara memberhentikan mobil di depan restoran Neamls yang selalu buka 24 jam seperti bumi yang terus berputar. Setelah itu, Tiara beranjak beralih ke belakang untuk mengganti pakaian ke mode kasual agar bisa leluasa bergerak dan tidak tampak mencolok di restoran nantinya. Dalam hitungan detik, Tiara berhasil mengganti pakaiannya dengan rapi. Lola mengagumi kegesitan wanita itu dalam mengganti busana. Mungkin karena profesi yang menuntunnya harus cekatan sebagai model papan atas.  

“Ayo,” ajak Tiara sambil merangkul bahu Lola, mengajak gadis itu masuk ke dalam restoran. 

Mereka memesan berbagai menu makanan, menyantapnya, tentu juga membayarnya setelah kenyang memakannya. Setelah mereka selesai makan, Lola membayar biaya makanan mereka ke kasir. Kemudian, keluar dari restoran dengan bergandengan tangan seperti adik-kakak. 

Baru saja keluar, wujud Dante didapati sedang berbicara bersama seorang pria di samping sebuah mobil, di tepi jalan. Hal itu membuat langkah mereka melambat, terutama Tiara. 

“Terima kasih,” ucap lawan pria paruh baya, lawan bicara Dante sambil menjabat tangan pria itu.

“Pak Sarman,” sapa Lola kepada lawan bicara Dante. 

Kedua pria itu menoleh ke kanan, menatap mereka berdua yang berjalan pelan menghampiri mereka.

“Ini, Pak. Ini model yang saya maksud itu,” kenal Sarman, menunjuk Tiara. 

Dante menganggukkan kepala dengan sedikit senyuman kepada wanita yang sudah ditemuinya di acara pesta tadi. 

“Kebetulan kita bertemu. Lebih baik kita duduk sambil makan di dalam. Ini restoran saya,” kata Sarman. 

“Tidak. Kami sudah makan, Pak. Terima kasih,” tolak Tiara dengan sopan. 

“Baiklah. Kalau begitu, mendingan kalian berbicara berdua. Saya juga ingin berbicara bersama Lola,” kata Sarman dan mengajak Lola memasuki restoran, meninggalkan Dante dan Tiara di tepi jalan dalam sejuknya suasana malam. 

Setelah mereka memasuki restoran, suara rengek Lia terdengar dari dalam mobil. Dante bergegas membuka pintu mobil bagian depan, merasakan suhu tubuh Lia yang terasa panas. Tiara menarik tangan Dante, menepikan pria itu, ikut mendaratkan telapak tangan ke dahi gadis kecil itu. Ia baru sadar anak itu ada di dalam mobil sejak tadi dalam keadaan tidak baik-baik saja. 

“Dia demam. Cepat bawa ke rumah sakit,” ucap Tiara sambil menggendong Lia dan duduk di dalam mobil, memangku anak itu. 

Sejenak Dante terdiam melihat sikap sigap Tiara. Dante menutup pintu mobil saat Tiara menatapnya dengan dahi mengerut bingung. Lalu, Dante  beralih ke pintu mobil bagian setir, memasukinya, dan menyetir mobil dengan kelajuan kencang. 

Sebenarnya Tiara takut dengan kelajuan itu, hal itu membuatnya ingat akan kejadian lima tahun lalu. Tetapi, demi kondisi anak yang ada di pangkuannya, ia rela berada dalam ketakutan. Sepanjang jalan ia menundukkan pandangan menatap gadis kecil dalam pelukan dan pangkuannya itu. 

“Mama …,” ucap anak itu dalam tidurnya. 

“Kasihan sekali,” ucap Tiara, dalam hati. 

Tidak membutuhkan waktu lama, akhirnya mereka sampai di rumah sakit Gentara. Dante menuntun Tiara yang membopong Lia, membawa anak itu langsung ke ruangan dokter anak yang sering menangani bocah itu, yaitu dokter Camelia. Dante sering membawa anak itu ke sana karena penyakit anemia yang diderita Lia sejak masih balita. 

“Dokter, tolong periksa kondisi Lia, dia demam,” kata Dante dengan memperhatikan Tiara menaruh anak itu ke kasur di ruangan itu dan berusaha melepaskan tangan Lia yang memegang leher baju kaos Tiara. 

“Lepas, Nak …,” ucap Tiara. 

Dante menolong Tiara melepaskan tangan Lia hingga tanpa sengaja ia melihat tahi lalat di dada wanita itu yang mengingatkannya pada Tiara yang dibelinya di rumah bordil Emie. Sejenak Dante diam menatap tahi lalat itu dalam diam dan ingatan, membuat Tiara salah paham, mengira pria itu sedang memandang buruk dirinya. Tiara menarik keras bajunya dari tangan Lia yang masih memejamkan mata dalam tidur anak itu, lalu keluar dari ruangan itu, akan menunggu mereka di luar. 

Hampir sepuluh menit Tiara menunggu di luar dalam ketidaktenangan. 

Tiara berdiri dari bangku tunggu di luar ruangan itu setelah melihat Dante keluar bersama Lia yang sudah bangun dalam gendongan pria itu. 

“Bagaimana kondisinya?” tanya Tiara, cemas. 

“Penyakit lamanya kambuh. Lia anemia. Tapi, ini masih belum parah, masih bisa dicegah dengan obat. Untung saja, jika tidak, akan sulit bagiku menemukan darah yang sama sepertinya. Golongan darahnya cukup langkah,” terang Dante sambil berjalan keluar dari rumah sakit dan Tiara berjalan di sampingnya. 

“Kasihan sekali. Biar aku gendong, kamu yang akan mengemudikan mobilnya,” ucap Tiara sambil mengambil Lia dari gendongan tangan Dante. 

“Mendingan antar anakmu ke rumah, aku bisa kembali ke apartemen dengan taksi,” ucap Tiara setelah mereka keluar dari gedung rumah sakit. 

“Aku yang akan mengantarmu. Tapi, lebih dulu aku antar Lia ke rumah biar Bi Lili bisa merawatnya,” kata Dante sambil membuka pintu mobil, membiarkan Tiara masuk. 

Tiara menganggukkan kepala dan masuk.

Mobil kembali dikemudikan, tetapi arahnya ke kediaman pria itu, di jalan Merpati. Rumah pria itu besar dan bertingkat, bisa dilihat rumah itu menjadi rumah paling besar di kawasan tersebut. 

Tiara menunggu Dante di luar rumah selagi pria itu mengantar Lia ke dalam rumah. Matanya memperhatikan bagian depan rumah bergantian dengan kartu kredit unlimited di tangannya yang diberikan pria itu lima tahun lalu. Tiara mengakui kekayaan pria tersebut yang membuatnya tahu alasannya mudah bagi Dante memberikannya banyak uang saat itu. 

“Tuhan memang pandai mengatur segalanya. Ketika seorang manusia kaya, mereka menghadirkan sesuatu yang kurang dari mereka." Tiara berkata sendiri sambil memutar-mutar kartu di tangannya. 

Segera Tiara menyembunyikan kartu tersebut ke dalam tas setelah melihat Dante memasuki mobil, duduk di sampingnya. Ia memandangi pria itu yang menggelengkan kepala beberapa kali dengan mata membelalak dan mengecil, menatap setir mobil, tampak tidak baik-baik saja. Tiara tidak tahu Dante dalam kondisi buruk, baru saja pria itu dibius di dalam rumah bak istana itu. 

“Kamu kenapa?” tanya Tiara, sedikit panik melihat Dante bersandar ke tempat duduk dengan mata dipejam. 

“Kepalaku pusing,” keluh Dante. 

“Kalau begitu, mendingan di rumah saja. Aku bisa pulang dengan taksi,” ucap Tiara dan hendak membuka pintu mobil. 

“Tidak.” Dante meraih pergelangan tangan Tiara. “Tolong antar aku ke apartemen Gold Harden, lebih baik aku di sana,” pinta Dante tanpa menceritakan kejadian yang baru saja terjadi di dalam rumah itu. 

Meskipun begitu, Tiara merasakan sesuatu telah terjadi di dalam rumah tersebut. Ia menyetujui perkataan Dante dan keluar dari mobil, membantu Dante beralih posisi duduk karena ia yang akan mengemudikan mobil itu.

Tiara mengemudikan mobil tersebut keluar dari gerbang rumah besar itu, mengemudi dengan kecepatan sedang dan sesekali memperhatikan Dante yang tidak sadarkan diri di sampingnya. Ketika itu, Tiara melihat ada sisi menyedihkan yang teramat dalam dari pria itu yang tidak dilihatnya di masa lalu. 

“Siapa wanita tadi? Mungkinkah kekasih baru Dante? Tapi, aku tidak pernah melihatnya,” kata wanita yang berdiri di pintu rumah Dante, yang sejak tadi memperhatikan mereka dari kejauhan. 

Wanita bertubuh tinggi tersebut bernama Farah, wanita yang dijodohkan kedua orang tua Dante bersama pria itu dan orang yang sudah membius Dante sampai kehilangan kesadaran. 

***

Tiara memapah Dante yang tidak sadarkan diri memasuki sebuah apartemen yang berada di lantai berbeda dari apartemen yang ditempatinya bersama Lola. Apartemen Dante berada di lantai tiga. Sejak setengah jam lalu wanita itu kesulitan membawa Dante sampai akhirnya mereka berada di apartemen pria itu.

Tubuh Dante diletakkan di atas kasur salah satu kamar yang ada di apartemen tersebut. Setelah itu melepas jas pria itu, melepaskan sepatunya, dan menarik selimut hingga dada Dante.

"Menyusahkan saja," cercah Tiara, kesal, berdiri tegak pinggang di samping kasur, memperhatikan pria itu yang tidur nyenyak.

Tiara mematikan lampu kamar yang sempat dihidupkannya. Setelah itu keluar dari kamar tersebut. Sejenak ia berdiri di tengah ruang tamu di apartemen itu, lalu berjalan menghampiri sebuah foto di atas meja yang ada di sudut ruangan di mana ada foto Dante sedang menggendong Lia yang baru berusia satu tahun. Tiara mengambil foto itu, menatapnya dengan detail.

"Sekilas mereka mirip," kata Tiara dengan bibir tersenyum.

Foto tersebut kembali diletakkan Tiara di posisi awal. Setelah itu, Tiara berjalan menuju pintu, ingin keluar dari apartemen itu. Tapi, sebuah ide terbesit di benaknya ketika sudah berada diambang pintu yang dibuka dengan kartu akses apartemen itu.

"Bagaimana reaksimu?" Tiara tersenyum seringai dengan sebuah ide dibenaknya itu. 

Episodes
1 Terpaksa Melakukan Ini
2 Dua Kali Lipat
3 Sudah Terencana
4 Meyakinkan Pria Itu
5 Wajah Baru
6 Saya Bukan Mamamu
7 Gadis Kecil Itu Demam
8 Anda Memang Sudah Lama Kesepian
9 Nona Tiara Natasia
10 Sudah Tahu?
11 Membalas Mu Untuknya
12 Diakui Sebagai Calon Istri
13 Ini Bekas Operasi Apa?
14 Memang Wanita Lima Tahun Lalu
15 Bertemu Denganmu
16 Marah Karena Kekasaran Mereka
17 Aku Bukan Aku
18 Ingat Pesan Ibu
19 Bagiku, Hubungan Ini Sah
20 Hanya Memastikan
21 Operasi Caesar, Bukan Usus Buntu
22 Bisakah Semuanya Kembali?
23 Kamu Berhutang Anak Padaku
24 Pada Pandangan Pertama
25 Karena Ingin Dekat Denganmu
26 Mamamu Kupu-Kupu Malam
27 Menjajal Di Mana-Mana
28 Pernyataan Dante
29 Kamu Mencintainya?
30 Sedikit Merindukannya
31 Tidak Mungkin Bisa Dikenali
32 Kamu Yang Menjualnya?
33 Kamu Masih Butuh Uang?
34 Stres Berat
35 Kita Cerai Saja
36 Jangan Sebut Lagi
37 Anak Kita Masih Hidup
38 Bisakah Kami Melakukan Tes DNA?
39 Menjebak, Malah Terjebak
40 Kamu Membuatku Sulit Duduk
41 Benar Anak Kita
42 Itu Belum Tentu Anakmu
43 Meninggalkannya
44 Mereka Di Mana?
45 Mengapa Kamu Pergi?
46 Sesuatu Untuk Tunangan Ku
47 Anak Kita?
48 Hanya Menemani
49 Setidaknya Jangan Menyulitkannya
50 Kembali Padaku
51 Jangan Menghina Ibuku
52 Maafkan Aku
53 Mungkin Aku Bisa Menerimamu
54 Dugaan Apa?
55 Kita Temukan Pria Itu Dulu
56 Saya Tidak Merasa Menculik
57 Itu Karena Dia
58 Hari Persidangan
59 Beri Aku Waktu
60 Kamu Yakin Ingin Berpisah Dariku?
61 Menjagamu Dengan Baik
Episodes

Updated 61 Episodes

1
Terpaksa Melakukan Ini
2
Dua Kali Lipat
3
Sudah Terencana
4
Meyakinkan Pria Itu
5
Wajah Baru
6
Saya Bukan Mamamu
7
Gadis Kecil Itu Demam
8
Anda Memang Sudah Lama Kesepian
9
Nona Tiara Natasia
10
Sudah Tahu?
11
Membalas Mu Untuknya
12
Diakui Sebagai Calon Istri
13
Ini Bekas Operasi Apa?
14
Memang Wanita Lima Tahun Lalu
15
Bertemu Denganmu
16
Marah Karena Kekasaran Mereka
17
Aku Bukan Aku
18
Ingat Pesan Ibu
19
Bagiku, Hubungan Ini Sah
20
Hanya Memastikan
21
Operasi Caesar, Bukan Usus Buntu
22
Bisakah Semuanya Kembali?
23
Kamu Berhutang Anak Padaku
24
Pada Pandangan Pertama
25
Karena Ingin Dekat Denganmu
26
Mamamu Kupu-Kupu Malam
27
Menjajal Di Mana-Mana
28
Pernyataan Dante
29
Kamu Mencintainya?
30
Sedikit Merindukannya
31
Tidak Mungkin Bisa Dikenali
32
Kamu Yang Menjualnya?
33
Kamu Masih Butuh Uang?
34
Stres Berat
35
Kita Cerai Saja
36
Jangan Sebut Lagi
37
Anak Kita Masih Hidup
38
Bisakah Kami Melakukan Tes DNA?
39
Menjebak, Malah Terjebak
40
Kamu Membuatku Sulit Duduk
41
Benar Anak Kita
42
Itu Belum Tentu Anakmu
43
Meninggalkannya
44
Mereka Di Mana?
45
Mengapa Kamu Pergi?
46
Sesuatu Untuk Tunangan Ku
47
Anak Kita?
48
Hanya Menemani
49
Setidaknya Jangan Menyulitkannya
50
Kembali Padaku
51
Jangan Menghina Ibuku
52
Maafkan Aku
53
Mungkin Aku Bisa Menerimamu
54
Dugaan Apa?
55
Kita Temukan Pria Itu Dulu
56
Saya Tidak Merasa Menculik
57
Itu Karena Dia
58
Hari Persidangan
59
Beri Aku Waktu
60
Kamu Yakin Ingin Berpisah Dariku?
61
Menjagamu Dengan Baik

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!