Dua Kali Lipat

🥀🥀🥀

Tiara ke rumah sakit Gentara dalam setelan celana jeans panjang warna hitam dan baju kaos lengan panjang berwarna putih. Rambut panjangnya dikepang satu ke belakang. Penampilannya selalu sopan, tidak seperti semalam. Ia tidak ingin jati diri baiknya selama ini luntur karena profesi wanita penghibur itu. 

Tiara membayar uang operasi ibunya di meja administrasi, sampai dokter memberikan keputusan akan mengoperasi Hera, ibunya itu besok malam. Wanita itu mengidap gangguan jantung yang sudah akut sejak beban tahun terakhir. 

Kesulitan mengarungi hidup Tiara sejak tiga tahun terakhir. Ayahnya meninggalkan mereka karena Hera yang selalu sakit-sakitan itu, selalu mengeluarkan banyak uang untuk berobat.

"Kamu dapat uang dari mana?" tanya Hera dengan suara berat. 

Ibunya itu tengah berbaring di atas ranjang rumah sakit, di sebuah kamar. 

"Kerja. Aku punya sedikit tabungan," bohong Tiara.

"Syukurlah. Ibu bangga padamu. Selama tiga tahun terakhir kamu kerja dan membiayai kuliahmu sendiri. Kamu juga membiayai uang rumah sakit Ibu. Setelah operasi, Ibu akan berusaha hadir di wisudamu dan akan membantumu cari uang," ucap Hera, tersenyum.

"Iya. Yang terpenting Ibu sehat dulu. Kalau begitu, aku ke kampus sebentar untuk membayar uang wisuda," pamit Tiara sambil menyalam tangan Hera.

Tiara keluar dari kamar Hera yang sudah ditempati ibunya itu sejak tiga hari terakhir. Setelah menutup pintu, Tiara meneteskan air mata dalam rasa bersalah karena sudah berbohong.

Selain membayar uang wisuda, Tiara juga akan menemui rentenir yang mengejar-ngejarnya selama tiga tahun terakhir agar bisa menjalani hidup lebih tenang.

Seorang wanita menabrak Tiara dari belakang ketika kaki wanita itu baru beberapa kali melangkah dari pintu kamar sang ibu.

"Maaf," ucap Tiara dan memperhatikan wanita yang menabraknya itu tidak menghiraukannya, masih lanjut berjalan dengan posisi membelakangi dirinya.

Tiara tidak tahu, wanita yang baru menabraknya adalah istri Dante yang berusia tujuh tahun lebih tua darinya, namanya Rania Pramesti. Wanita itu datang ke rumah sakit untuk berkonsultasi bersama dokter pribadinya mengenai penyakit HIV yang menyerangnya sejak enam bulan terakhir.

Rania berjalan dalam kesedihan bersama air mata yang jatuh menetes di pipinya setelah mendengar penjelasan dokternya tadi. Bukan karena sombong, kesedihan yang membuat Rania tidak sadar dengan keberadaan Tiara tadi karena fokusnya sudah menetap pada masalahnya.

***

Tiara memberikan amplop kuning berisi uang tunai kepada dua pria, rentenir yang selama ini mengejar-ngejarnya. Pria berpakaian seperti preman itu tersenyum senang sambil memandangi uang dalam amplop tersebut yang mereka lihat dari celah yang mereka buat.

Interaksi pembayaran itu mereka langsungkan tepat di depan bank, tempat di mana Tiara menarik semua uang itu secara tunai dari kartu pemberian Dante.

"Kalau begini kan enak. Urusan kita berakhir di sini," ucap salah satu dari rentenir itu, pria berkepala botak.

Kedua pria itu berjalan meninggalkan keberadaan Tiara yang masih berdiri diam dalam lamunan rasa bersalah menghantuinya sejak semalam. Saat ini ia merasa menjadi orang paling kotor sedunia.

Deringan telepon menghancurkan lamunan itu. Tiara merogoh gawai dari tas yang diselempangkan di badannya. Emie, pemilik rumah bordil itu menghubunginya.

"Dia setuju. Seratus juta. Beli lah pakaian bagus dan berdandan cantik. Jangan mengecewakannya," ucap Emie, dari seberang sana tanpa berbasa-basi saat memulai pembicaraan.

"Iya," balas Tiara dan memutuskan sambungan telepon dengan dinginnya.

Secara kebetulan Tiara mendapati taksi yang akan lewat di di hadapannya. Ia melambaikan salah satu tangan dengan tangan lain memasukkan ponsel ke dalam tas.

 ***

Tiara berjalan keluar dari gedung universitas tempatnya menimba ilmu empat tahun terakhir sebagai mahasiswi Teknologi Informasi. Ia baru saja membayar uang wisuda, menjadi satu-satunya orang yang paling terakhir melakukan pembayaran wisuda itu.

Kakinya berjalan lambat di gerbang universitas setelah mendengar samar beberapa orang membicarakannya.

"Kasihan juga. Dia pasti kesulitan mencari uang. Belum untuk makan sehari-hari, biaya kuliah, dia juga mencari uang untuk membayar pengobatan ibunya," kata salah satu dari sekumpulan mahasiswi yang berdiri dekat gerbang.

Mereka tidak membicarakan keburukannya, tetapi kejadian semalam membuat Tiara sedikit sensitif. Ia merasa mereka memandangnya buruk. Meskipun begitu, ia tetap diam dan lanjut berjalan sampai akhirnya keluar dari area kampus.

Tiara berjalan di tepi jalan yang dilalui oleh banyak transportasi. Ia ke mall Dearis yang berada tidak jauh dari universitas itu untuk membeli beberapa pakaian minim dan kosmetik untuk berdandan nanti malam.

Ketika sedang menjelajahi area pakaian, secara kebetulan ia bertemu Dante dan wanita yang tadi menabraknya. Mereka bersebelahan saat melirik-lirik pakai yang tergantung di toko yang sama.

"Mungkin ini cocok!" seru seorang pelayan wanita sambil menunjukkan sebuah pakaian minim ke hadapan Tiara yang juga menarik perhatian Rania dan Dante.

Kesalahpahaman terjadi, Rania mengira pelayan itu merekomendasikan baju minim itu untuknya.

"Bukankah itu terlalu berlebihan? Itu tidak cocok untuk ke pesta, tetapi ke klub," ujar Rania dengan senyuman ringan dan melirik Dante yang berpura-pura tersenyum.

"Maaf, Mbak. Ini untuk Mbak ini. Kalau untuk Mbak, untuk pesta ... cocoknya yang ini," kata pelayan wanita itu sambil menaruh kembali pakai minim yang ada di tangannya dan beralih  mengambil sebuah gaun pesta warna merah muda, memperlihatkannya pada Rania dan Dante.

"Oh, Maaf," ucap Rania. "Ini baru cocok. Terima kasih." Rania sambil mengambil gaun itu dari tangan pelayan tersebut.

Tiara sedikit merasa kecil dengan perkataan pelayan tersebut, meskipun tahu wanita itu tidak bermaksud mengusiknya.

Tiara mengambil baju minim yang lebih dulu diperlihatkan oleh pelayan itu dengan senyuman ringan yang terpaksa ditunjukkan dan membawa baju itu ke kasir untuk dibayar. Rania pun membawa gaun di tangannya ke ruang ganti, diikuti oleh pelayan wanita itu, meninggalkan Dante masih berdiri di posisinya tadi sambil memperhatikan Tiara dengan wajah dingin. pria itu tersenyum remeh menyaksikan Tiara membayar baju itu dengan kartu yang diberikannya pagi tadi.

“Begitu berharganya uang dibandingkan harga diri,” lirih Dante dan berjalan menuju sofa tunggu, duduk di sana.

Tiara berjalan melewati Dante, pria itu menyodorkan kaki ke samping dengan sengaja dan membuat  Tiara hampir terjatuh karena menyandung kaki pria itu. Dante menarik tangan Tiara, membuat tubuh ramping wanita itu terjatuh di pangkuannya dengan mata saling menatap.

“Sudah mendapatkan pelanggan? Bagaimana jika ikut bersamaku malam ini? Aku bayar dengan nominal yang sama seperti semalam,” tawar Dante dengan suara kecil, berbicara dengan senyuman remeh.

“Sudah ada orang yang memesan ku. Maaf,” ucap Tiara dan berusaha bangkit.

Dante menahan badan wanita itu di pangkuannya dan kembali bernegosiasi.

“Dua kali lipat. Bagaimana?” tawar Dante, lagi, sambil menatap wajah Tiara dengan mata menyelidik.

“Baik," balas Tiara dengan santai, terlihat menikmati profesinya.

Dante mendorong Tiara sampai berdiri dengan wajah tampak kesal melihat respons wanita itu. Dante berdiri, berjalan mendekati jejeran gaun yang ada di rak gantung di sisi kanannya. Ia mengambil salah satu gaun yang ada di sana setelah memperhatikannya beberapa detik dan  melempar gaun itu kepada Tiara, menyuruh wanita itu memakainya malam ini.

“Di kafe Pinky, depan hotel Wions, tunggu aku di sana jam delapan malam,” ucap Dante sambil berjalan menuju sofa yang sebelumnya ia duduki.

Harga diri terasa diinjak-injak, Tiara merasa tidak bisa menunjukkan wajah lagi di hadapan pria itu. Bergegas ia kembali menemui kasir untuk membayar gaun itu dan meninggalkan toko tersebut dengan melewati keberadaan Dante yang duduk dengan raut wajah dingin yang dipalingkan darinya dalam bengisnya pria itu.

Kaki Tiara berjalan seiring dengan air mata jatuh membasahi pipinya dalam rasa sedih, merasa tidak memiliki harga diri sedikitpun dibuat oleh pria itu.

Terpopuler

Comments

Susi Supriati

Susi Supriati

semakin penasaran

2024-04-19

1

lihat semua
Episodes
1 Terpaksa Melakukan Ini
2 Dua Kali Lipat
3 Sudah Terencana
4 Meyakinkan Pria Itu
5 Wajah Baru
6 Saya Bukan Mamamu
7 Gadis Kecil Itu Demam
8 Anda Memang Sudah Lama Kesepian
9 Nona Tiara Natasia
10 Sudah Tahu?
11 Membalas Mu Untuknya
12 Diakui Sebagai Calon Istri
13 Ini Bekas Operasi Apa?
14 Memang Wanita Lima Tahun Lalu
15 Bertemu Denganmu
16 Marah Karena Kekasaran Mereka
17 Aku Bukan Aku
18 Ingat Pesan Ibu
19 Bagiku, Hubungan Ini Sah
20 Hanya Memastikan
21 Operasi Caesar, Bukan Usus Buntu
22 Bisakah Semuanya Kembali?
23 Kamu Berhutang Anak Padaku
24 Pada Pandangan Pertama
25 Karena Ingin Dekat Denganmu
26 Mamamu Kupu-Kupu Malam
27 Menjajal Di Mana-Mana
28 Pernyataan Dante
29 Kamu Mencintainya?
30 Sedikit Merindukannya
31 Tidak Mungkin Bisa Dikenali
32 Kamu Yang Menjualnya?
33 Kamu Masih Butuh Uang?
34 Stres Berat
35 Kita Cerai Saja
36 Jangan Sebut Lagi
37 Anak Kita Masih Hidup
38 Bisakah Kami Melakukan Tes DNA?
39 Menjebak, Malah Terjebak
40 Kamu Membuatku Sulit Duduk
41 Benar Anak Kita
42 Itu Belum Tentu Anakmu
43 Meninggalkannya
44 Mereka Di Mana?
45 Mengapa Kamu Pergi?
46 Sesuatu Untuk Tunangan Ku
47 Anak Kita?
48 Hanya Menemani
49 Setidaknya Jangan Menyulitkannya
50 Kembali Padaku
51 Jangan Menghina Ibuku
52 Maafkan Aku
53 Mungkin Aku Bisa Menerimamu
54 Dugaan Apa?
55 Kita Temukan Pria Itu Dulu
56 Saya Tidak Merasa Menculik
57 Itu Karena Dia
58 Hari Persidangan
59 Beri Aku Waktu
60 Kamu Yakin Ingin Berpisah Dariku?
61 Menjagamu Dengan Baik
Episodes

Updated 61 Episodes

1
Terpaksa Melakukan Ini
2
Dua Kali Lipat
3
Sudah Terencana
4
Meyakinkan Pria Itu
5
Wajah Baru
6
Saya Bukan Mamamu
7
Gadis Kecil Itu Demam
8
Anda Memang Sudah Lama Kesepian
9
Nona Tiara Natasia
10
Sudah Tahu?
11
Membalas Mu Untuknya
12
Diakui Sebagai Calon Istri
13
Ini Bekas Operasi Apa?
14
Memang Wanita Lima Tahun Lalu
15
Bertemu Denganmu
16
Marah Karena Kekasaran Mereka
17
Aku Bukan Aku
18
Ingat Pesan Ibu
19
Bagiku, Hubungan Ini Sah
20
Hanya Memastikan
21
Operasi Caesar, Bukan Usus Buntu
22
Bisakah Semuanya Kembali?
23
Kamu Berhutang Anak Padaku
24
Pada Pandangan Pertama
25
Karena Ingin Dekat Denganmu
26
Mamamu Kupu-Kupu Malam
27
Menjajal Di Mana-Mana
28
Pernyataan Dante
29
Kamu Mencintainya?
30
Sedikit Merindukannya
31
Tidak Mungkin Bisa Dikenali
32
Kamu Yang Menjualnya?
33
Kamu Masih Butuh Uang?
34
Stres Berat
35
Kita Cerai Saja
36
Jangan Sebut Lagi
37
Anak Kita Masih Hidup
38
Bisakah Kami Melakukan Tes DNA?
39
Menjebak, Malah Terjebak
40
Kamu Membuatku Sulit Duduk
41
Benar Anak Kita
42
Itu Belum Tentu Anakmu
43
Meninggalkannya
44
Mereka Di Mana?
45
Mengapa Kamu Pergi?
46
Sesuatu Untuk Tunangan Ku
47
Anak Kita?
48
Hanya Menemani
49
Setidaknya Jangan Menyulitkannya
50
Kembali Padaku
51
Jangan Menghina Ibuku
52
Maafkan Aku
53
Mungkin Aku Bisa Menerimamu
54
Dugaan Apa?
55
Kita Temukan Pria Itu Dulu
56
Saya Tidak Merasa Menculik
57
Itu Karena Dia
58
Hari Persidangan
59
Beri Aku Waktu
60
Kamu Yakin Ingin Berpisah Dariku?
61
Menjagamu Dengan Baik

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!