Pelayan Julid.

"Kalian sedang membicarakan apa sih? Ikutan donk,"

Mereka kaget Risha bisa memakai bahasa mereka, rasa panik mulai merasuki empat pelayan itu, mereka mengira kalau Risha belum memahami apa yang mereka katakan makanya mereka merasa bebas memaki gadis itu walau di depannya sekalipun.

"Kenapa diam? Kalian tak suka aku ikutan bicara karena mengira aku masih tak paham apa yang kalian katakan? Tenang saja... Aku tak akan mengadu kok sama Tuan Rey jika kalian diam-diam membicarakan dia di belakang," perkataan Risha semakin membuat pelayan itu ketakutan dan panik, Risha mengancam lewat kata-katanya yang lembut tapi menusuk.

Risha merasa puas melihat wajah mereka memucat ketakutan, empat pelayan bermulut ember bocor itu tidak bisa berbicara lagi.

Ketika ingin pergi Risha menyempatkan diri untuk menoleh lagi "oh ya, satu lagi jika kalian mau membicarakan seseorang didekatnya pastikan orang itu tidak memahami apa yang kalian katakan, mengerti?"

Aura Risha yang berubah kelam membuat mereka tak bisa berkutik. Risha benar-benar meninggalkan para pelayan itu setelah mengeluarkan senjata mematikannya.

Pak Hatai cuma menyaksikan dari kejauhan, niatnya kesini mau memeriksa hasil kerja para pelayan tapi tak sangkah malah melihat hal menghiburkan seperti ini, Risha cukup berani juga tak sia-sia dia bekerja keras mengajari gadis itu.

"Dasar mulut tak berperasaan!" Umpat Risha kesal entah pada siapa, saat ini dia sedang berada di taman belakang sendirian untuk menenangkan hatinya yang masih terasa panas.

Risha menatap takjub hamparan bunga didepannya, hatinya terasa tenang jika sudah melihat pemandangan indah seperti ini makanya sekarang tempat ini menjadi tempat favoritnya.

"Indahnya..," lirih Risha tapi seketika raut wajahnya berubah sendu "tapi sayang.. keindahan ini tak bisa menggantikan suasana di kotaku dan tak mampu mengobati rasa rindu kepada adikku Risma.."

Risha teringat kalau hari ini waktunya menelepon Risma, dia sudah tak sabar Risha berjalan masuk ke ruang tamu menatap jam besar di dinding menunjukkan pukul lapan pagi, dia berencana akan menelpon adiknya nanti pukul lima petang.

Krieet.

Risha menoleh ke pintu utama, Rey sedang berjalan masuk dengan tampangnya yang cuek ia melirik Risha sekilas lalu pergi begitu saja menuju lantai atas, pria lain juga ikut masuk setelah Rey tak terlihat.

"Oh, halo.." pria itu menyapa Risha sambil tersenyum ramah.

Risha ikut tersenyum dan mengangguk kepala membalas sapaan lelaki itu.

"Pelayan baru ya?"

"I'ya," ucap Risha gugup, tak begitu yakin mengatakannya karena diakan cuma sandera dalam rumah ini.

"Perkenalkan, aku Willy teman SD Rey," ucapnya sambil mengulurkan tangan. Risha menatap sejenak tangan itu saat ingin menjabatnya Rey tiba-tiba muncul.

"Kenapa kau masih disini?"

Risha kaget ia menarik kembali tangannya yang belum sempat menjabat tangan Willy.

Rey duduk disofa tanpa mempedulikan tatapan Willy dan Risha yang masih tertuju pada dirinya.

"Jangan hanya berdiri disitu buatkan minuman untuk tamuku," ucapnya dingin masih tak mengalihkan perhatiannya dari berkas ditangannya.

Dalam hati Risha merasa kesal dengan Rey, bukannya meminta maaf tapi sikap dinginnya malah makin menjadi jadi.

Tanpa berkata lagi Risha segera ke dapur melakukan apa yang Rey minta.

"Hei bung, jangan terlalu kasar padanya aku kan cuma mengajaknya kenalan," ucap Willy lalu menduduk dirinya disamping Rey.

Rey tersenyum miring mendengarnya, sebenarnya dia juga masih marah pada Risha, karena tak terima dengan kejadian semalam.

"Cih! Dia cuma pelayanku tidak usah bersikap ramah padanya," ucap Rey datar.

Willy mengernyitkan dahi heran melihat sikap Rey, temannya itu tidak berubah sama sekali dari sikap angkuhnya.

"Kau tak pernah berubah ternyata, masih seperti Rey yang kukenal dulu,"

Rey tak menyahut hanya fokus melihat berkasnya.

"Diakan pelayanmu apa salahnya kalau kau bersikap sedikit ramah padanya," nasihat Willy.

Entah kenapa perkataan Willy membuatnya sedikit tersinggung "apa kau datang ke rumahku hanya untuk membicarakan pembantuku?" Ucap Rey kesal.

"Wow! wow! calmdown man... Aku kan cuma menasihatimu," Willy tak menyangka perkataannya membuat Rey begitu kesal.

"Baiklah aku akan diam". Willy menggerakkan tangan di depan bibir seperti mengunci mulutnya sendiri, melihat itu Rey berusaha menenangkan emosinya.

Walau dia berdiam diri menatap berkas kerja sama mereka, rasa penasaran masih memenuhi pikiran Willy, mereka sudah lama bersama, sudah seperti saudara kandung makanya Willy tahu banyak seperti apa seorang Rey, pasti gadis tadi bukan sebatas pembantu di kediaman ini.

Terpopuler

Comments

Nar Sih

Nar Sih

pasti lama ,,rey jatuh cinta sama risha

2024-03-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!