Risma menyimpan secara kasar beldi dan pel tadi dia habis pakai di tempat peralatan bersih, melampiaskan rasa kesal dalam hatinya jika mengingat wajah Tuan Ander yang sok baik didepan bibinya.
Pria tua itu sungguh tak tahu malu masih berani berkunjung ke rumah ini setelah apa yang dia lakukan kepada Risma dulu, dia juga kesal kenapa bibi Milda masih membela orang licik itu.
"Risma, dengarkan bibi dulu," Milda tiba-tiba muncul membuat Risma makin muak.
"Aku masih banyak pekerjaan, bibi," Risma beralasan tak ingin bibinya membahas hal yang tadi.
"Jangan beralasan kamu kemari ikuti bibi,"
Risma cemberut saat bibi Milda menariknya ke ruang tamu lagi dan mendudukkannya secara paksa.
"Jangan keras kepala! seharusnya kamu bersyukur Tuan Ander memilihmu diantara banyaknya perempuan lain yang mau bekerja di perusahaannya, kurang beruntung apalagi coba?" Ucap Milda bersikeras.
"Maaf, bibi. Ini bukan soal uang atau apapun tapi aku tidak mau menjadi model lebih-lebih lagi kalau aku mempunyai atasan seperti Tuan Ander," ucap Risma jujur supaya bibi Milda bisa mengerti dirinya.
"Oh.. jadi kamu masih teringat kejadian waktu itu Makanya kamu gak mau terima? Itu bukan hal yang besar Risma sehingga kamu masih terus mempermasalahkan," Kata Milda enteng.
Risma geram dan meremas jari jemarinya mendengar perkataan bibi Milda yang begitu mudahnya berbicara seperti itu, seolah-olah harga dirinya tidak ada harganya dimata wanita itu.
"Kenapa bukan bibi saja yang terima jika bibi mau,"
"Kurang ajar kamu! Aku sudah bicara baik-baik kamu malah ngelunjak! Dasar gadis bebal!" Makinya.
Risma tak tahan lagi dia meninggalkan wanita itu sendirian yang masih membebel dan memakinya. Dia tak tahan mendengar ocehan bibi Milda yang selalu kasar saat sedang emosi.
*****
Seperti biasa Risha membersihkan rumah bersama para pelayan, matanya masih membengkak setelah menangis hampir semalaman karena Rey mencium paksa dirinya.
Hari ini dia jadi takut ingin bertemu dengan lelaki itu mengingat semalam dia sempat menamparnya, Risha merasa was-was kalau-kalau Rey dendam dan akan membalasnya dengan kejam hari ini, itulah kenapa Risha sangat berharap Rey sudah pergi awal pagi supaya mereka tidak bertemu saat sarapan.
Dan harapannya pun terkabul, Rey memang sudah pergi lebih awal karena urusan penting, Risha jadi bisa bernafas lega sekarang.
"Hei, dengar-dengar gadis itu sudah menghabiskan malam bersama Tuan di kamar,"
Deg!
Risha berhenti mengelap meja dia meremas kuat kain ditangannya, merasa tidak percaya darimana datangnya berita bohong itu? Siapa yang tega menuduhnya seperti itu.
"Benarkah? Sudah kuduga dari awal gadis itu datang ke rumah ini, heh!" Ucap pelayan lainnya lagi dengan ketus Mereka ada empat orang. Mereka seperti berbisik tapi mana ada orang berbisik sampai suaranya terdengar oleh orang yang mereka gosip.
Hati Risha terasa nyeri, kalau dulu dia tidak memahami apa mereka katakan Risha boleh abaikan tapi sekarang berbeda, ternyata selama ini dia dipandang sangat buruk dimata mereka.
"Dan lihatlah! Gadis sok suci itu berpura-pura menjadi pelayan seperti kita di rumah ini supaya bisa selalu dekat dengan Tuan, entah rayuan apa yang dia gunakan sampai Tuan mengizinkan dia tinggal disini!"
"Apalagi kalau bukan menggunakan tubuhnya!" Sambung pelayan lain, mereka serentak tertawa meremehkan. Tak ada yang mau dekat-dekat dengan Risha karena mereka merasa jijik pada gadis itu.
Risha menutup mata menahan amarah dan sakit hati, sebegitu hinakah dirinya bagi mereka? Sampai-sampai mereka berani memfitnah dirinya secara terbuka seperti ini.
Risha hilang kesabaran dia meletakkan kain lap di meja lalu mendekati sekumpulan pelayan itu dengan senyuman manis tersungging dibibirnya
Melihat Risha mulai mendekat mereka saling melirik dan menyenggolkan bahu satu sama lain, memberi kod kalau gadis itu sedang berjalan menuju mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments