Kecelakaan

Seperti yang Risha duga. Risma tidak mau dia

pergi, apalagi keluar kota.

Risma tidak berhenti menangis dan merengek seperti anak kecil yang tidak mau ditinggal kerja ibunya.

Risha hampir goyah melihat adiknya terus bersedih karena mau ditinggal pergi jauh.

Walau Risha terus beralasan kalau ini demi kebaikan mereka, supaya tidak bergantung lagi sama bibi Milda, tapi Risma tetap tidak rela jika kakaknya pergi jauh darinya.

"Kakak, bawa aku bersamamu juga.." rengek Risma.

Saat ini mereka berada di bandara, Milda tidak ikut ke bandara bersama mereka, baginya itu tidak penting.

"Tidak Risma, bukankah ini demi kebaikanmu juga, kakak hanya ingin kamu belajarlah dengan rajin kejar cita citamu dan bersikaplah lebih dewasa lagi, mengerti?" pinta Risha.

Tersirat raut khawatir di wajah cantiknya, dia berharap bibi Milda tidak semena mena memperlakukan adiknya, itu lah janji yang ia buat bersama Milda sebelum ia menyetujui menerima pekerjaan ini.

Bosnya bahkan tidak percaya kalau dia akan berhenti bekerja sebagai koki masak direstoran, bosnya menghargai keputusannya, dan memberi bonus lebih, dia juga memberi beberapa nasihat sebelum Risha keluar dari restoran.

Bosnya memang selalu baik padanya, sikap baiknya secantik wajah wanita itu.

Risma menganggukkan kepala, dia tidak mau kakaknya terlalu mengkhawatirkan dirinya, Risma mencoba tersenyum pada kakaknya.

"Jaga dirimu baik baik jangan buat bibi marah dan jangan suka keluyuran bersama teman temanmu hmm!" nasihat Risha sebelum dia berangkat.

"Iya kak, jaga dirimu juga sering seringlah bagi kabar, ok?" Pinta Risma.

Mereka berpelukan sebelum berpisah, rasanya begitu berat melepaskan pelukan ini, walau sekuat apapun menahan airmatanya, Risma tetap terisak.

Beda dengan Risha, dia malah mendongak supaya airmatanya tidak menetes.

Dua orang berbeda gender menghampiri mereka, satu laki laki dewasa dan satu perempuan dewasa sekitar tiga puluhan.

"Nona, saatnya kita berangkat," ucap wanita itu.

Risha melepas pelukan mereka, "aku pergi dulu." pamit Risha.

Risma melambai tangan sambil mengusap airmatanya.

Risha pergi tanpa menoleh lagi, karena dia tidak mau terlalu larut dalam kesedihan jika melihat adiknya lagi.

*****

Mereka sampai di jepang sudah pukul 8 malam, dan langsung menuju apartemen yang sudah Tuan Ander sediakan untuk mereka selama berada di kota itu.

Risha melihat pemandangan kota tokyo pada malam hari, terlihat sangat indah, tapi tidak bisa melupakan raut wajah sedih adiknya beberapa jam yang lalu.

Risha bukan wanita bodoh, dia bukan orang yang mudah saja tertipu dengan iming iming uang yang banyak, hanya demi bisa hidup enak.

Kehidupan keras yang ia lalui sedari kecil mengajarkan Risha banyak hal, bahwa tidak ada yang gratis di dunia ini. dia teringatan pembicaraannya bersama Tuan Ander.

FLASHBACK.

"Aku ingin kau menjalankan proyek yang baru saja aku kelola di jepang," ucap Tuan Ander.

Risha mengerutkan dahinya. mereka baru saja bertemu dan berkenalan, tapi kenapa pria itu malah bicara bisnis seolah olah berbicara pada klien kerjanya.

Dia kan hanya seorang koki di sebuah restoran kecil, bukan pembisnis.

Bukan ini yang dia harapkan akan keluar dari mulut pria itu.

"Maaf Tuan, sepertinya anda salah orang saya tidak tahu menahu soal bisnis tapi anda menawarkan saya sebuah proyek? anda pasti sedang bercanda," kata Risha mengira ini hanya sebuah lelucon.

Tuan Ander menggeleng, "tidak Nona Risha, saya serius," ucapnya lagi.

Wajahnya menunjukkan bahwa pria itu tidak main main dengan perkataannya.

Risha terdiam menatap lama mata pria itu, mungkin saja Tuan Ander sedang mempermainkannya, karena adiknya sudah menamparnya.

Tapi Risha tidak menemukan kebohongan di mata pria itu. dia segera mengalihkan tatapannya.

"Saya harus pergi, permisi," Risha sudah memegang gagang pintu tapi suara Tuan Ander menahannya pergi.

"Aku akan melupakan kejadian kemarin dan tidak akan membatalkan kerja sama dengan Nyonya Milda jika kau bersedia melakukan kerja ini," ujar Tuan Ander cepat.

Tangan Risha terhenti, dia tidak berbalik, tapi masih mendengar apa yang akan pria itu katakan lagi.

Tuan Ander tersenyum tipis melihat gadis itu masih mau mendengarkannya.

"Bukankah ini tawaran menarik, Nona Risha? kau bisa mengubah hidupmu lebih baik lagi tanpa bergantung pada Nyonya Milda," ucapnya lagi.

"bagaimana aku tahu kalau ini bukan sebuah jebakan dari anda? bukankah Risma telah menampar anda kemarin?" sela Risha cepat. wajahnya sampai memerah menahan emosi.

Tuan Ander bersandar di kursi kebesarannya dengan raut wajah tenang.

Dia tidak menyangkah kalau gadis itu tidak mudah dibohongi, dia mengira gadis itu seperti wanita lain yang rela melakukan apa saja demi uang.

"Begini saja, kita buat kesepakatan jika kau takut aku menjebakmu," Tuan Ander memanggil sekertarisnya.

Risha masih berdiri didekat pintu masuk ketika sekertaris pria itu muncul dari balik pintu, dan membawa beberapa berkas lalu memberikan pada Tuannya.

Setelah sekertarisnya keluar. Tuan Ander menaruh tanda tangannya di dokumen itu lalu menggesernya ke hadapan Risha.

"Bacalah, tanda tangani jika kau setuju apa yang tertulis dalam dokumen ini," ujarnya.

Risha mengambil dokumen itu lalu membacanya. Dia sedikit tertarik setelah membaca isi surat itu.

Melihat gadis itu mulai tertarik, membuat Tuan Ander menyeringai.

"Bagaimana Nona Risha, apa itu bisa membuat anda percaya? kita akan sama sama untung dalam bisnis ini dan kau tak perlu lagi khawatir soal biaya, adikmu pun akan terjamin masa depannya" ujarnya lagi.

Risha dilema, ini sungguh tawaran menarik tapi dia juga takut pria itu hanya menjebak dirinya.

Apa lagi sekarang penipuan sedang merajarela dimana mana. Risha takut menjadi salah satunya yang tertipu, bagaimana nasib adiknya jika hal itu sampai terjadi pada dirinya.

"Jika aku gagal?" tanya Risha, dia harus memastikan dirinya tidak akan dirugikan apa apa jika dia gagal menjalankan bisnis ini.

"Kau akan pulang dengan selamat tanpa kekurangan apapun dan berkumpul bersama adikmu lagi," ucapan Tuan Ander terdengar begitu meyakinkan, "aku akan memberikan kau waktu sampai besok, fikirkan baik baik Nona Risha ini tawaran yang sangat menguntungkan."

OFF FLASHBACK.

Risha membuka matanya, dia melihat banyak sekali pepohonan, sepertinya apartemen yang akan mereka tempati agak jauh dari kota.

BRAKK!!!

Sebuah mobil menabrak mobil mereka dengan keras, hingga terguling dijalan raya.

Nafas Risha tersengal sengal menahan sakit di seluruh tubuhnya.

Sebelum dia hilang kesadaran, Risha masih sempat melihat seseorang membuka pintu mobil mereka.

Matanya agak buram, dia tidak bisa melihat dengan jelas wajah pria berbaju hitam itu.

Risha juga bisa merasakan, pria itu membawanya keluar dari mobil, setelah itu penglihatannya menggelap dia tidak kuat lagi menahan rasa sakit, dan akhirnya hilang kesadaran.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!