Bahasa Asing.

Risha mengikuti langkah pak Hatai menuju kebelakang kediaman sambil melirik para pelayan yang mereka lewati. perasaannya saja kalau pelayan itu sedang membicarakan dirinya secara diam-diam atau ia yang terlalu berfikir negative.

Dia mencoba tidak mempedulikan mereka karena ia pun tak tahu apa yang mereka ucapkan.

Ketika melewati halaman belakang Risha hanya bisa berdecak kagum melihat taman bunga yang luasnya entah berapa hektar Risha tak bisa melihat ujung batasnya saking luasnya halaman itu, Berbagai jenis tanaman bunga yang berada disana dan beberapa pohon bunga sakura yang sangat indah, jika selama ini Risha hanya bisa melihat pohon besar itu lewat televisi, sekarang dia bisa melihatnya secara nyata dan ternyata lebih indah dilihat secara langsung ia sampai tidak bisa mengalihkan pandangannya dari pohon indah itu.

"Pak, apa aku bisa singgah di taman ini hanya untuk melihat-lihat?" Tanya Risha dengan mata berbinar menatap wajah tegas pak Hatai.

"Tentu saja, Nona Risha. Pastikan anda juga merawat semua tanaman bunga ini dengan baik". ucapnya kalem.

Risha merasa sangat senang, berfikir ingin mendatangi halaman ini setelah pekerjaannya habis. Mereka sampai di dapur yang sangat luas peralatannya juga lengkap Risha disuruh membantu bantu para koki atau pelayan menyediakan sarapan pagi.

Risha disuruh berdiri seperti pelayan lainnya di dekat meja panjang dengan berbagai hidangan diatasnya ketika waktunya Rey datang untuk sarapan, itu salah satu peraturan di dalam kediaman ini.

Risha menunduk saat melihat Rey datang dengan penampilannya yang rapi, dia terlihat tampan juga lebih berkharisma mengenakkan jas hitam dengan raut wajahnya yang cuek dan dingin, diikuti oleh pak Hatai dari belakang.

"Aku akan pulang lusa". Ucap Rey datar.

"Baik, Tuan".

Risha yang mendengar hal itu diam-diam menghela nafas lega, entah kenapa saat Rey ada rumah ini serasa mencekam baginya.

Rey beranjak saat selesai sarapan dan berjalan keluar dapur, pak Hatai masih setia mengikutinya.

Risha bersama para pelayan berinisiatif membersihkan meja makan, saat mengangkat piring yang isinya tidak disentuh sama Risha merasa mubasir sekali, untuk apa memasak lauk sebanyak ini kalau hanya menjadi hiasan di atas meja? Kan sayang sekali. Pikirnya.

Risha sedang serius mencuci piring kotor saat pak Hatai menghampirinya. Dia menoleh ketika mendengar suara deheman.

"Pak Hatai? Ada apa, pak?" Tanya Risha sambil tersenyum manis.

"Temui aku kalau pekerjaanmu sudah selesai". Ujar pak Hatai.

"Baik, pak". Risha mengerutkan keningnya sambil menatap kepergian pak Hatai, ia penasaran ada hal apa sampai pak Hatai ingin menemuinya.

Risha menghampiri pak Hatai saat lelaki itu sedang berbicara dengan pelayan wanita. Dia menunggu mereka selesai berbicara karena takut mengganggu, sepertinya soal pekerjaan rumah pak Hatai kan kepala pelayan di kediaman ini.

"Oh, kau sudah selesai?" Tanyanya saat menoleh dan mendapati Risha berdiri tak jauh darinya.

"Iya, pak".

Pak Hatai menatap kembali wanita didepannya, menyuruh wanita itu segera melakukan apa yang ia suruh.

"Kamu ikuti aku". Kata pak Hatai pada Risha lalu Risha mengekorinya dari belakang menuju ruangan pria paruhbaya itu.

Setelah sampai pak Hatai mempersilakan Risha duduk di sebrang mejanya.

"Nona Risha, aku mau menyampaikan sesuatu, ini mengenai bahasa kami yang belum kamu ketahui,"

Mendengar itu Risha menggigit bibir bawanya gugup "m'memangnya ada apa, pak?"

"Tuan Rey secara khusus menyuruh saya untuk mengajari Nona Risha berbahasa Jepang supaya bisa memahami dan berbaur sama para pelayan itu juga salah satu peraturan dalam rumah ini, Bisakan, Nona Risha?"

"T'tapi... Apakah aku bisa..?" Ucap Risha pelan dengan penuh keraguan, dia takut tak bisa melakukannya dan Rey akan menyiksanya lagi.

"Tenang saja, Nona. Percayalah pada dirimu sendiri ini pasti mudah,"

Jika pak Hatai sudah berbicara begitu menolak pun tak ada gunanya, Risha mengangguk pelan membuat pak Hatai tersenyum tipis.

"Kalau begitu aku akan mengajarimu setelah pekerjaanmu sudah selesai, Nona Risha tinggal datang ke ruangan ini saja karena aku selalu berada dalam sini".

"Baiklah, pak. Kalau tak ada yang mau dibicarakan lagi saya keluar dulu".

Pak Hatai mengangguk. Risha keluar lalu menyandarkan tubuhnya pada dinding dekat pintu ruangan pak Hatai, dia menghela nafas lesu, haruskah dia mempelajarinya? Risha memijat kepalanya yang tiba-tiba terasa pening. Sungguh hidupnya sekarang berubah 180 derajat.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!