Bertemu Tuan Ander.

2

Risha menatap gedung tinggi dihadapannya, dengan berbekal alamat dari bibinya ia bisa sampai di gedung mewah ini.

Risha menguatkan tekad sebelum melangkah masuk ke dalam gedung tersebut.

"Permisi, apa Tuan Ander ada di ruangannya?" ucap Risha sopan.

Wanita resepsionis itu menatap gadis didepannya dari ujung kepala sampai kaki dengan tatapan meremehkan.

Gadis dihadapannya sungguh terlihat kampungan sekali, lihatlah baju koas lengan panjangnya beserta celana jeans tak lupa tas selempangnya yang usang.

"Maaf anda siapanya Tuan Ander? dan ada perlu apa sama Tuan besar?" ucapnya ketus.

Dalam hati Risha merasa kesal setengah mati, bukan hanya Tuannya yang sombong tapi resepsioninya juga.

Risha berusaha tersenyum sopan, jika bukan karena permintaan maaf mana sudi ia menginjakkan kakinya disini.

"Saya keponakan nyonya Milda rekan bisnisnya Tuan Ander, bisa anda memberi tahunya kalau saya ingin bertemu sebentar?" kata Risha.

Wanita itu tersenyum meremehkan, dia sudah menduga hal ini. para wanita maupun gadis sering datang kemari dengan tujuan yang sama, iaitu memuaskan bos mereka yang kaya raya itu demi segempok uang dan barang mewah dari Tuan Ander.

Risha kesal melihat senyuman wanita itu yang seperti meremehkan dirinya.

Wanita itu akhirnya menelepon sang atasan, dan memberitahu kalau keponakan Nyonya Milda sedang mencarinya.

Risha hanya melihat wanita itu menganggukkan kepala lalu mematikan teleponnya.

"Tuan Ander menyuruh anda keruangannya di lantai 17." ucap wanita itu masih dengan nada yang sama ketusnya.

Risha tersenyum dipaksakan, lalu pergi ke lift yang membawanya ke lantai 17 seperti wanita itu sebutkan.

Dalam lift bukannya lega, detak jantungnya bertambah kencang, karena sebentar lagi dia akan bertemu dengan pria yang sudah adiknya tampar.

Entah apa yang akan ia katakan nanti, ia teringat tadi Risma seperti tidak mau dia datang kesini, ia jadi penasaran seperti apa Tuan Ander itu.

Ting.

Akibat terlalu serius berfikir, tak terasa ia sudah sampai di lantai 17, Risha segera keluar dari lift, dilantai ini terlihat lebih mewah dari lantai lainnya.

Belum sempat dia berbicara, wanita yang berada dilantai itu sudah menyuruhnya masuk, sepertinya itu sekertaris Tuan Ander.

Tok. Tok.

"Masuk."

Risha bertambah gugup mendengar suara pria itu, dia mencoba menenangkan perasaannya sebelum masuk ke ruangan Tuan Ander.

Dan terlihatlah ruangan mewah dengan dinding kaca tebal disekelilingnya, dia juga melihat seorang pria duduk di kursi kebesarannya, dan didepannya tertulis rapi, Direktur Ander.J.

Yang ia tebak telah berusia 40 tahun lebih, pria itu tersenyum kepadanya, dan baginya senyuman itu terlihat menakutkan.

"Silakan duduk jangan gugup begitu santai saja," kata pria itu alias Tuan Ander.

Risha tersenyum di paksakan lagi, wajahnya pasti terlihat aneh di mata Tuan Ander, tapi siapa yang perduli.

Saat ini yang harus dia fikirkan bagaimana caranya meminta maaf kepada pria itu.

Risha duduk dengan perlahan sambil menatap isi ruangan mewah itu, terlihat tidak sopan memang tapi itu lah dirinya, dia suka menatap apa saja yang ingin dilihatnya.

Tanpa Risha sadari tatapan Tuan Ander mulai menelusuri dari kepala sampai batas dada Risha, dia menatap lama bagian itu, walau payudarah gadis itu tidak terlalu menonjol akibat bajunya yang kebesaran.

Tapi tatapan matanya tidak bisa berbohong, kalau dia sangat tertarik dengan gadis manis itu.

"Ehem! perkenalkan saya Risha kakak dari Risma, kami keponakan bibi Milda," dengan cepat Risha memperkenalkan diri, dia tidak mau sampai diseret keluar dari gedung karena mengganggu di waktu kerja, itu sangat memalukan.

"Ander Joby," ucap Tuan Ander sambil menghulurkan tangan ingin menjabatnya.

Risha menyambut tangan itu dengan ragu ragu, dan melepasnya cepat.

Entah kenapa dia kurang nyaman berada diruangan itu, lebih baik berbicara pada wanita ketus tadi daripada berada dalam ruangan ini bersama Tuan Ander yang selalu menatapnya dengan tatapan aneh.

"Langsung saja Tuan," Risha menghela nafas pelan sebelum menatap mata pria itu, "saya datang kemari mewakili adik saya Risma untuk meminta maaf soal kejadian kemarin, mohon maafkan adik saya, Tuan Ander," ucap Risha bersungguh sungguh.

Tuan Ander bersidekap dada sambil berpura pura berfikir, sangat disayangkan jika gadis semenarik ini di lepaskan begitu saja, dia sudah gagal mendapatkan adik dari gadis ini, bahkan mendapatkan tamparan di depan orang ramai.

Mereka sama sama terlihat cantik, tapi kakaknya terlihat lebih menarik karena badannya lebih mungil dari sang adik.

Tuan Ander seperti tidak pernah merasa puas sudah mempunyai tiga istri dan tiga anak.

Dia malah masih menginginkan gadis didepannya untuk di jadikan istri.

"Aku sebenarnya tidak terlalu permasalahkan hal ini, tapi mau bagaimana lagi aku sudah terlanjur malu didepan orang ramai, mereka pasti berfikir aku sudah berbuat hal buruk kepada adikmu," ucapnya pura pura memasang raut wajah sedih.

Risha masih terdiam, tenggelam dalam pemikirannya sendiri, tentang hal apa yang Tuan Ander inginkan supayah mau menerima permintaa maaf darinya.

"Apa yang harus saya lakukan?" Ucap Risha tanpa keraguan.

Tuan Ander tersenyum licik, ini lah saat yang ia tunggu tunggu.

*****

Risha berjalan keluar dari gedung mewah itu dengan raut wajah yang susah di tebak.

Tersimpan sejuta emosi di wajahnya, Risha berjalan sambil berfikir.

Risha juga tidak perduli orang disekeliling melihat dirinya dengan pandangan aneh karena berjalan sambil melamun.

Wanita resepsionis itu pun ia lewati begitu saja tanpa menoleh sedikit pun.

Melihat gadis tadi sudah keluar dengan raut wajah melamun, membuat wanita resepsionis itu berfikir macam macam, dia tersenyum meremehkan tanpa Risha sadari.

Dia mengira kalau gadis itu habis bermain dengan Tuan Ander seperti wanita lainnya, jika datang kesini.

Huh! Mukanya saja terlihat polos tapi ternyata wanita murahan, batin sinis wanita resepsionis itu.

Risha sampai di tempat berhenti bus, ia duduk dan menghela nafas keras.

Mengingat pembicaraannya tadi bersama Tuan Ander, sukses membuat Risha hampir gila. ini keputusan yang sangat berat, dia harus pergi keluar kota untuk sebuah pekerjaan, yang entah kapan dia akan kembali lagi ke kota kelahirannya.

Apa lagi harus berpisah lama dan jauh dari adiknya, memang tadi Tuan Ander sudah memberi jaminan, kalau dia akan menanggung semua biaya sekolah termasuk menjaga adiknya.

Tapi ini sungguh berat, alasan apa yang harus dia beritahu kepada Risma jika dia harus pergi lama dan jauh, pasti adiknya akan sedih mengingat Risma tidak bisa berpisah darinya.

"Kenapa Tuan Ander harus memilih saya yang tidak pernah bekerja di perusahaan dan bahkan tidak tahu apa pun tentang perusahaan?" lirih Risha. dia menutup wajahnya dengan kedua tangan mungilnya, terbayang lagi wajah adiknya yang menatapnya sedih jika ia pergi nanti.

Tadi setelah mendengar Tuan Ander menyelesaikan bicaranya, sempat membuat Risha protes keras.

Dia protes kenapa bukan orang kepercayaan pria itu yang dia suruh membuat semua pekerjaan itu, yang memang sudah pekerjaan mereka dan sudah biasa melakukannya.

Kenapa harus dia yang tidak tahu apapun, tapi Tuan Ander memang licik, pria itu beralasan menganggap ini sebagai bentuk penerimaan maaf dari pria itu.

Risha berdiri ketika bus mulai mendekat, selama di perjalanan dia sudah membuat keputusan. ini juga demi kebaikan Risma adiknya.

Apapun akan dia lakukan demi membuat adiknya bahagia.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!