*****
Bab 18
Saat Puspita sedang duduk di teras sambil membaca novel, Hardiman menghampiri lalu duduk di samping Puspita.
"Kamu nggak ada acara ke mana-mana, Pit?" Hardiman mulai mengajak ngobrol. Dalam hatinya berniat lebih dekat dengan Puspita. Sejak acara wisuda yang didampingi Jaja juga Puspita tidak pernah menceritakan hubungannya dengan Jaka. Itulah yang membuat Hardiman penasaran dan ingin mencari tahu lebih jauh tentang hubungan mereka.
"Nggak, Yah. Memangnya kenapa?" Puspita balik bertanya sambil meletakkan buku novel di meja.
"Nggak apa-apa. Ayah cuma pengin nanya aja tentang hubungan kamu sama Jaka," jelas Hardiman.
Puspita cukup terkejut. Sebelumnya dia berpikir ayahnya tidak akan lagi menyinggung soal Jaka.
"Biasa aja, Yah. Nggak ada masalah," jawab Puspita sambil berpikir mencari jawaban jika Hardiman bertanya lebih jauh.
"Maksud Ayah, apa kalian ada rencana bertunangan dalam jangka pendek?" Hardiman memiringkan tubuhnya melihat ke wajah Puspita.
"Pita nggak tau, Yah!"
"Loh kok nggak tau? Bukannya kalian udah ada obrolan serius?" desak Hardiman.
"Belum sejauh itu, Yah. Pita juga masih mikir kerja dulu," jawab Puspita.
Dirinya sudah mulai kurang nyaman kalau membahas Jaka. Apalagi dia tahu posisi sekarang Jaka terlihat dekat dengan Tissy.
"Iya, tapi kan kamu juga harus mikir buat menikah secepatnya. Sebisa mungkin dalam tahun ini kamu udah nikah sama Jaka jadi tahun depan Ayah dan ibumu udah punya cucu," harap Hardiman dengan mata berbinar-binar.
Sudah lama sekali mereka tidak pernah ngobrol santai berdua. Hardiman sibuk saat masih dinas dan Puspita sibuk kuliah. Waktu mereka jarang sekali untuk bercengkerama. Bahkan ketika sudah pensiun Hardiman hanya beberapa kali duduk berdua dengan Puspita.
Menikah dalam tahun ini? Punya anak dari Jaka? batin Puspita.
"Ayah doain aja biar keinginan Ayah segera terpenuhi, hehe." Puspita mengajak bercanda dengan Hardiman yang akhir-akhir ini bermuka suram sejak mengetahui hubungannya dengan Adit.
"Janji loh ya!" ancam Hardiman dengan senyum mengembang. Senyum seorang ayah yang mengharapkan putri tunggalnya segera menikah dan memberinya cucu pertama.
"Ya kita berdoa aja, Yah. Semoga Tuhan menjodohkan Pita sama Jaka," ungkap Puspita yang hanya menghibur ayahnya sendiri. Sedangkan dirinya masih belum terlalu berharap untuk menjadi istri Jaka.
"Aaamiiin!" Hardiman menutup obrolan tepat dengan kehadiran Jaka.
"Pagi, Om!" sapa Jaka setelah memarkir kendaraannya.
"Pagi juga. Wah panjang umur nih barusan kami ngobrol tentang kamu. Silahkan lanjut ngobrol sama Pita ya, Om mau kasih makan ikan di kolam belakang." Hardiman memberikan kesempatan pada Jaka untuk ngobrol dengan Puspita. Lalu masuk ke dalam rumah.
Jaka duduk di depan Puspita yang kelihatan kurang bersemangat.
"Kamu nggak ada acara hari ini, Pit?" tanya Jaka.
"Nggak, kok. Tumben ke sini nggak kasih tau dulu."
"Iya aku spekulasi aja ke sini. Kalau kamu nggak ada ya terpaksa ngobrol sama Om Hardiman."
"Kok nggak ngajak Tissy?"
"Nggak lah, ngapain juga ngajak dia."
"Kan cewek kamu!"
"Kata siapa dia cewek aku?"
"Kataku, kamu ngelak?"
"Loh kok pikiran kamu gitu banget, Pit. Kamu kan tau, cuma kamu yang aku cintai di dunia ini."
"Gombal!" sungut Puspita.
"Buat apa aku ngegombal. Aku serius, Pit!" tandas Jaka.
Mendengar kata-kata cinta hati Puspita luluh seketika. Semula dia merasa cemburu mengingat kejadian Jaka yang mengantar Tissy saat perpisahan SMA.
"Kalau kamu nggak percaya aku mau ngelamar kamu sekarang juga," lanjut Jaka.
Puspita terperanjat mendengar pernyataan Jaka.
"Apa-apaan, sih. Gila!"
"Lah kamu nggak percaya sama aku?"
Puspita terdiam. Dalam hatinya masih bimbang antara menerima Jaka atau menyuruhnya untuk menerima cinta Tissy.
"Eh, pagi-pagi kok cintaku udah ngelamun?" Jaka menepuk bahu Puspita.
"Ah, sapa juga yang ngelamun!" Puspita menjawab dengan ketus.
"Lah itu barusan?"
"Nggak, kok!" bantah Puspita.
"Ya udah kalau nggak mau ngaku. Kita jalan aja, yuk!" ajak Jaka.
"Ke mana?" tanya Puspita.
"Terserah kamu maunya ke mana," jawab Jaka.
"Ke mall aja, yuk! Kebetulan banyak keperluan yang harus aku beli."
"Ayo!"
"Ya udah aku pamitan sama ortu dulu." Puspita berdiri lalu masuk ke dalam rumah.
Dua menit kemudian keduanya berangkat ke mall terdekat.
***
Setelah memilih barang-barang yang diperlukan Puspita membawa keranjang belanjaan ke kasir. Jaka sudah lebih dulu di dekat kasir.
"Berapa, mbak?" tanya Puspita pada kasir.
"Sembilan ratus dua puluh lima ribu," jawab kasir sambil memberikan struk belanjaan.
"Ini aja, Pit!" Jaka langsung menyodorkan sepuluh lembar uang seratusan pada kasir.
"Nggak usah, Jak. Aku ada, kok!" tolak Puspita sambil mengambil uang di dompetnya.
"Udah itu aja, mbak!" kata Jaka sambil melihat kasir yang terbengong memegang uang Jaka.
"Aku belanja banyak banget, kok. Emang kamu udah gajian?" tanya Puspita.
"Ya itu sebagian gaji pertama aku kerja buat kamu," jawab Jaka sambil tersenyum puas.
Dia merasa senang hasil kerjanya bisa untuk membeli keperluan Puspita.
"Ya udah makasih banget, Jak." Puspita mengucapkan terima kasih sambil menerima belanjaan dari kasir.
"Sama-sama. Kita makan dulu, yuk!" Jaka mengajak makan Puspita. Tetapi dia menolak karena dirinya sudah sarapan tadi pagi.
"Nggak usah, Jak. Aku masih kenyang, kok. Pulang aja, yuk!"
"Mumpung kita di sini, Pit. Yuk ke cafe samping."
Jaka mengajak makan di cafe sebelah mall. Mereka berjalan kaki. Jaka sendiri membawakan belanjaan Puspita.
Keduanya memasuki cafe lalu mengambil tempat duduk di pojok dekat pintu keluar.
"Kamu mau makan apa, Pit. Pilih menu sendiri nih!" Jaka menyodorkan daftar menu makanan.
"Sebenarnya aku masih kenyang, Jak. Kamu makan sendiri nggak apa-apa, kan?"
"Masa aku makan sendiri, sih. Kamu makan dikit-dikit lah buat nemenin aku," suruh Jaka.
Lalu Puspita memesan ayam goreng Palasan.
"Kamu mau pesen apa, Jak!"
"Aku ngikut kamu aja, deh!"
Sambil menunggu pesanan Jaka membuka obrolan terkait perasaannya.
"Maaf ya, Pit. Aku jadi bolak-balik nanyain ini. Kamu udah bisa nerima aku, kan?" tanya Jaka tanpa ragu.
"Gini, Jak. Jujur aku tu kepikiran Tissy yang cinta banget sama kamu. Aku tau dia, Jak."
"Tapi aku nggak punya perasaan sama Tissy, Pit. Aku cuma anggap dia sebagai adik aja."
"Tapi kan dia udah lama cinta banget sama kamu. Gimana jadinya kalau tau-tau kamu sama aku."
"Ya itu urusanku sama dia, Pit. Nanti aku yang jelasin semuanya.
Jadi kamu sekarang nerima aku, kan?" desak Jaka.
Puspita berpikir sejenak. Lalu dia menjawab dengan penuh pertimbangan.
"Ya udah kita jalanin ngalir aja dulu, Jak."
"Makasih banget ya, Pit. Hari ini hari paling bahagia bagi aku," ungkap Jaka dengan hati berbunga-bunga.
"Kita makan dulu, yuk!" Puspita menarik piring nasi yang sudah disuguhkan pelayan cafe.
"Aku langsung kenyang nih, Pit!"
"Ah, kamu lebay banget sih, Jak. Yuk makan, bukannya tadi kamu yang laper?"
Jaka mulai makan sambil memperhatikan wajah Puspita. Dalam hatinya dia merasa sangat bahagia bisa mendapatkan Puspita. Perjuangannya selama ini tidak sia-sia.
Selesai makan Jaka langsung membayar ke kasir. Keduanya lalu menuju pintu keluar.
Saat mereka hendak melawati pintu tidak sengaja Puspita menabrak seorang wanita cantik yang pernah dilihatnya.
Dina gumamnya dalam hati.
"Oh kalian habis borong-borong buat acara pernikahan? Emang udah dapet kerjaan lagi, ya!"
Jaka dan Puspita terperangah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
neng ade
abaikan aja lah tuh si Dina
2024-02-25
1
deepey
biasanya setelah adem adem gini bakal ada konflik baru. moment sweetnya dibantakin dulu lah thor.
2024-01-18
3
Bellani
Jaka dan Puspita cucok...
2024-01-15
2