*****
Bab 14
Sehari setelah pernikahan Adit dan Jessica, Puspita menemui Adit untuk yang terakhir kalinya.
Detik-detik menjelang keberangkatan Adit ke Singapura yang terlebih dulu transit di Jakarta, Puspita bersikeras mau mengantarkan Adit sampai ke bandara Adi Sumarmo. Padahal Jessica sudah melarangnya agar jangan ikut mengantarkan Adit.
"Sorry, Pit. Kamu tau saya istri Adit. Rasanya kamu nggak perlu ikut nganter Adit ke bandara!" cegah Jessica.
"Terserah saya!" tampik Puspita.
"Dasar perempuan nggak tau malu!" umpat Jessica.
Siska yang berdiri di sebelah Puspita membelanya.
"Kamu di depan seorang mertua berani berkata kasar sama perempuan lain, ya! Bukannya kamu yang merebut Adit dari Puspita?" berang Siska sambil tangan kirinya memegang lengan Puspita.
"Biarin aja dia ikut!" lanjut Siska sambil menatap tajam Jessica.
Siska memang sangat tidak menghendaki Adit menikah dengan Jessica yang sudah hamil duluan. Tapi di mata besan saat menyaksikan pernikahannya dia menunjukkan seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Kekecewaan Siska membuat dirinya belum bisa menerima Jessica sebagai menantunya.
Ketika ditelepon Tissy yang menceritakan Adit harus menikahi Jessica dirinya langsung pingsan. Dia kecewa karena Adit harus menikah dengan perempuan yang berperangai buruk, bukan dengan Puspita yang menurutnya cocok sebagai menantunya. Apalagi dia tahu kalau Puspita adalah anak Hardiman, mantan suaminya dulu. Dia sudah menganggap Puspita sebagai anak perempuannya walaupun sebelumnya dia baru bertemu satu kali di rumah sakit ketika Adit dirawat.
Meskipun saat sekarang Siska membela Puspita, dalam hati kecil Puspita mengakui bahwa Jessica sudah menjadi pemenang dan berhasil merebut Adit dari dirinya.
"Ayo, Pit. Kita naik mobil duluan!" ajak Siska.
Pada saat bersamaan Jaka datang dan langsung menyuruh Puspita naik ke mobilnya.
"Ayo, Pit. Kamu ikut aku!" perintah Jaka dari jendela mobil yang terbuka.
Puspita tertegun.
Terpaksa dia mengikuti perintah Jaka. Dengan pelan dia melepaskan tangan Siska yang masih memegang pundaknya.
"Maaf Tante, terpaksa saya tidak jadi ikut nganter Adit. Saya mohon Tante jaga Adit baik-baik. Semoga selamat di perjalanan dan Adit akan mendapatkan kesembuhan nantinya." Puspita berkata sambil menahan air matanya.
"Ya udah nggak apa-apa, Pit. Kamu jaga diri baik-baik ya?" pesan Siska sambil memeluk Puspita. Tak terasa butiran air mata jatuh ke pipinya. Puspita pun menangis sesenggukan lalu melepaskan pelukan Siska.
***
Sejak kepergian Adit ke luar negeri hari-hari Puspita dirundung kesedihan yang mendalam. Sempurna sudah penderitaan yang harus dialaminya.
Pujaan hatinya yang diharapkan menjadi calon suaminya telah menghamili Jessica. Lalu menikahi perempuan calon dokter itu.
Kini, Adit pun sudah pergi jauh dan entah kapan bisa bertemu kembali.
Satu hal yang belum dilakukan Puspita adalah memastikan Adit anak dari ayahnya sendiri atau bukan. Kalau saja masih ada waktu melakukan tes DNA, dan jika ternyata Adit anak biologis Hardiman, Puspita akan berusaha melupakannya. Tapi sampai Adit berangkat berobat ke Singapura teka-teki itu belum terjawab.
"Puspita, ayo kita berangkat, Nak!" seru Nirmala dari luar kamar.
Entah mendengar atau tidak, Puspita tidak menyahut.
"Puspita," panggil Nirmala sambil mendekat ke pintu kamar.
"Iya Bu, sebentar!" sahut Puspita sambil merapikan make up-nya.
Hari ini, Puspita akan berangkat ke acara wisudanya. Hardiman sengaja minta bantuan Jaka untuk menjemput dan mendampingi Puspita.
Sejak pagi orang tua Puspita sudah berdandan rapi. Puspita sendiri tidak merias wajahnya di salon. Dia hanya merias wajahnya sendiri dengan sederhana. Rasanya momen penting dalam hidupnya pun terasa hampa tanpa kehadiran Adit yang seharusnya mendampinginya.
Dia keluar kamar dengan sedikit loyo. Terlihat kurang bersemangat meskipun di hari yang seharusnya merasa bahagia.
Jaka sudah menunggu di teras. Orang tua Puspita sudah masuk ke dalam mobil Jaka duluan.
"Udah lama, Jak?" tanya Puspita begitu melihat Jaka duduk di teras.
"Lumayan, Pit. Yuk kita berangkat sekarang. Ayah dan ibumu udah nungguin di mobil, tuh!" ajak Jaka.
"Kamu nggak minum dulu, Jak?" tawar Puspita.
"Nggak usah, Pit. Nanti kamu keburu telat," tolak Jaka.
Jaka membukakan pintu mobil lalu Puspita masuk dan duduk di samping Jaka.
Ketika masuk mobil Jaka memperhatikan wajah Puspita.
_Cantik sekali wajah Pita walaupun riasan wajahnya sangat sederhana tapi begitu anggun dengan model hijab yang sederhana juga,_ gumam Jaka dalam hati.
"Acara nanti mulai jam berapa, Pit?" tanya Jaka sambil melirik Puspita.
"Jam delapan," jawab Puspita datar.
"Oh, masih banyak waktu. Kita jalan nyante aja, ya!"
"Iya, nggak apa-apa. Maaf ya, Jak. Jadi ngrepotin kamu." Puspita meminta maaf sambil melihat ke wajah Jaka. Dalam hatinya merasa bersalah karena belum bisa menerima cinta Jaka. Tetapi untuk mencintai Jaka pun dirinya belum bisa karena hatinya masih mengharapkan Adit.
"Nggak apa-apa, Pit. Aku seneng kok bisa bareng-bareng orang tua kamu juga. Apalagi ini kan acara penting kamu," papar Jaka.
"Ya makasih banget, Jak!" ucap Puspita sambil memaksakan senyumnya.
***
Setelah acara wisuda selesai Jaka mengajak makan di restoran mewah. Orang tua Puspita terlihat menikmati suasana restoran yang belum pernah dicobanya. Walaupun Hardiman seorang polisi berpangkat tinggi namun jarang sekali mengajak keluarganya untuk makan di luar ketika masih dinas. Apalagi di restoran yang mewah. Hardiman mendidik istri dan anaknya untuk hidup sederhana.
"Om dan Tante mau makan apa?" tawar Jaka.
"Terserah Nak Jaka aja," jawab Nirmala.
"Tante bisa memilih sendiri sesuai selera," kata Jaka sambil menyodorkan daftar menu makanan.
Jaka mengambil tempat duduk terpisah dengan meja orang tua Puspita. Lalu Puspita mengikuti dan duduk berhadapan dengan Jaka.
Sambil menunggu makanan yang dipesan mereka saling bercerita.
Di tengah obrolan Jaka menyampaikan isi hatinya untuk yang kedua kalinya.
"Pit, boleh aku ngomong yang kedua kali ya?" tanya Jaka lirih.
"Ngomong tentang apa?" Puspita balik bertanya.
"Aku sangat mencintai kamu dan sayang banget sama kamu, Pit." Jaka mengungkapkan perasaannya untuk yang kedua kali. Secara blak-blakan dia berkata sambil menatap mata Puspita. Hatinya sangat berharap Puspita akan meresponnya.
Puspita yang semula diam terperanjat begitu mendengar kejujuran Jaka. Sama sekali tidak menyangka kalau Jaka akan _menembak_ lagi pada saat dirinya sedang menghadapi banyak masalah. Haruskah dia emosi dan marah-marah sama Jaka?
Puspita berusaha menenangkan pikirannya sendiri. Mengontrol perasannya agar jangan sampai menyakiti hati Jaka.
"Makasih ya, Jak. Aku berusaha nggak marah dengan ucapanmu barusan. Aku menghargai perasaanmu. Tapi kamu tau sendiri aku masih mengharapkan Adit," terang puspita.
Mendengar jawaban Puspita Jaka merasa kecewa. Dirinya belum mampu mempengaruhi Puspita, bahkan sampai memberanikan diri mengungkapkan lagi perasaannya yang selalu bergejolak. Dia berusaha menunjukkan kesabarannya setelah mendengar jawaban Puspita.
_Aku akan tetap berjuang untuk mendapatkan kamu, Pit,_ batinnya.
Sementara Puspita berusaha untuk mengalihkan pembicaraan.
"Oh iya, Jak. Gimana urusanmu sama si Dina?" tanya Puspita sambil memandang wajah Jaka.
"Papanya Dina udah memecat aku, Pit. Tapi nggak apa-apa. Aku lebih memilih kehilangan pekerjaanku dari pada harus kehilangan kamu," tutur Jaka.
Puspita terperangah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
neng ade
sebel banget ihh sm si Pitta.. msh aja ngadepin Adit..
2024-02-25
1
deepey
jakaa jakaa...
2024-01-18
2
Bellani
Terbukti juga Jaka pilih Pita
2024-01-14
3