******
Bab 2
Setelah Jessica pergi Puspita masuk ke ruangan kembali. Dia menginterogasi Jaka tentang siapa Jessica sebenarnya.
Puspita begitu shock ketika mendengar penjelasan Jaka. Sementara laki-laki itu dengan semangatnya membakar perasaan Puspita.
"Kita lanjut ngobrol di luar aja, yuk!" ajak Jaka sambil keluar ruangan. Keduanya lalu duduk di kursi tunggu.
"Sebenarnya aku tau dari dulu tentang hubungan Adit dan Jessica, Pit. Tapi aku nggak tega mau cerita sama kamu," terang Jaka sambil memperhatikan reaksi Puspita.
"Aku kecewa sama kamu, Jak! Kenapa baru sekarang cerita semua ini."
Puspita tidak mampu membendung air matanya.
"Kamu kan sahabatku dari dulu, Jak. Jauh sebelum kenal Adit. Harusnya lebih berpihak sama aku. Tapi kenapa malah menutup-nutupi hubungan mereka? Kenapa kamu harus membela Adit?" tanya Puspita beruntun.
"Waktu pertama kali kalian jadian, aku mau ngomong sama kamu, kalau Adit bukanlah laki-laki yang baik." Jaka semakin membongkar keburukan Adit.
"Di kampus dia memang jadi idola meskipun nggak punya prestasi. Dia hanya pandai merayu perempuan," lanjut Jaka.
"Itu juga kamu sangat salah, Jak! Kenapa nggak mengingatkan aku sejak awal sebelum aku terlanjur mencintai Adit," sesal Puspita.
Puspita menyalahkan Jaka. Dia menatap tajam ke arah Jaka sambil menyeka air matanya.
"Iya aku minta maaf, Pit. Aku ngaku salah. Aku cuman nggak mau menghalangi usaha Adit buat dapetin kamu." Jaka berusaha baik di mata Puspita.
"Terus setelah aku tau semua ini, aku harus gimana sama Adit?" tanya Puspita dengan suara lirih. Nyaris tidak terdengar oleh Jaka.
"Terserah kamu, Pit. Yang penting aku mohon kalau mau bahas semua ini, tolong jangan sekarang. Kondisi Adit belum memungkinkan untuk menyelesaikan masalah ini," bujuk Jaka.
"Entahlah, Jak. Dilematis." Puspita merasakan kegalauan yang luar biasa.
Di satu sisi Jaka merasa ada celah dirinya untuk masuk ke hati Puspita.
Sebelum kenal Adit memang dirinya sudah menaruh perasaan cinta pada Puspita. Mereka bersahabat sejak SMA. Hanya saja dia tidak berani mengungkapkan perasaannya yang sudah lama dipendam.
Sementara persahabatannya dengan Adit dimulai ketika pertama kali masuk kuliah dan satu fakultas.
Tetapi Jaka lebih duluan lulus dan langsung mendapatkan pekerjaan.
Bertahun-tahun persahabatan Jaka dan Puspita tidak pernah ada masalah. Tetapi pada akhirnya Puspita lebih memilih Adit yang sangat agresif untuk mendapatkan cinta Puspita.
Jaka berusaha mengalah untuk sementara waktu. Dia punya keyakinan suatu saat nanti akan mendapatkan cinta Puspita.
Sekarang, di hadapan Puspita Jaka membeberkan hubungan cinta Adit dan Jessica.
Dirinya berharap setelah mendengar rahasia mereka Puspita akan memutuskan Adit.
Tapi Puspita belum menunjukkan kemarahannya pada Adit sekalipun dia merasa kecewa. Mungkin karena pemuda itu masih terbaring sakit sehingga Puspita belum bisa melampiaskan kemarahannya.
Beberapa saat Puspita dan Jaka saling diam. Lalu Jaka berpamitan pada Puspita yang masih terlihat kecewa berat.
"Aku pulang dulu ya, Pit. Kamu jagain Adit sampai sore nggak apa-apa nanti aku ke sini lagi setelah urusan pekerjaan selesai," pamit Jaka sambil menyalami Puspita.
"Iya," jawab Puspita singkat.
Setelah Jaka berjalan keluar rumah sakit, Puspita masuk ke ruangan lagi. Pikirannya mulai kacau. Dia dihadapkan pada dua pilihan yang sangat sulit. Memutuskan hubungan pada saat Adit masih kondisi sakit parah atau melanjutkan dengan berusaha menyingkirkan Jessica yang telah merusak hubungan cintanya dengan Adit.
Puspita memandang wajah dan seluruh tubuh tunangannya itu. Setelah berpikir keras, perasaannya lebih kuat untuk mempertahankan hubungan. Semua karena rasa cinta yang begitu besar terhadap Adit.
Dia akan lebih semangat menjalani kisah cintanya bersama Adit. Harapannya setelah sembuh nanti Adit akan segera menikahinya.
Suatu saat nanti aku akan menemukan kebahagiaan bersama Adit tanpa rintangan lagi meskipun saat sekarang masih harus mengatasi urusan Jessica, gumamnya.
Tangan Puspita mengusap lembut kepala Adit sambil melihat matanya yang sedikit terbuka.
"Kamu cepat sembuh ya, Sayang?" bisiknya pelan di telinga Adit.
Sebelum melihat reaksi Adit tiba-tiba terdengar suara seorang perempuan mengucapkan salam.
"Assalamualaikum!"
"Waalaikumsalam!" jawab Puspita sambil berdiri.
"Eh, Tante. Silahkan masuk. Tante sendirian?" sapa Puspita begitu melihat tante Siska, mamanya Adit yang datang. Lalu menyalami dan mencium tangan tante Siska.
"Iya, papanya Adit lagi ada tugas keluar kota," jawab tante Siska yang langsung mendekati Adit.
"Ya Tuhan! Adit anakku ... kenapa bisa begini, Nak!" jerit tante Siska sambil menangis. Lalu mencium pelan pipi Adit. Dia terlihat shock melihat putra kesayangannya terbaring dalam kondisi parah.
"Sabar, Tante. Kita memang tidak menghendaki musibah ini terjadi," hibur Puspita. Tante Siska menyeka air matanya.
"Kamu yang semangat ya, Nak? Mama akan menjagamu sampai sembuh," bisik tante Siska. Adit pun mendengar suara mamanya. Butiran air mata jatuh membasahi kain perban.
"Dari kemarin Adit nggak bisa ngomong, Pit?" tanya tante Siska sambil memandang Puspita.
"Belum bisa, Tante. Tapi menurut dokter yang menangani sudah ada perkembangan baik," jelas Puspita meyakinkan.
"Syukurlah. Sebenarnya dari kemarin Tante mau langsung ke sini, tapi nggak ada jadwal penerbangan karena cuaca buruk." Tante Siska menarik kursi lalu duduk di dekat kepala Adit.
"Nggak apa-apa, Tante . Yang penting Adit sudah langsung tertangani secara medis," jelas Puspita.
Dia lalu duduk di samping Tante Siska.
"Terima kasih ya, Pit. Kamu sudah menjaga Adit," ucap Tante Siska sambil memegang bahu Puspita.
"Sama-sama, Tante!" jawab Puspita sambil menaruh kedua telapak tangannya di paha tante Siska.
Keduanya terlihat akrab. Puspita yang biasanya hanya mengobrol lewat telepon sangat bahagia bisa bertemu langsung dengan calon mertuanya.
Hanya sebentar Puspita duduk, lalu bangkit mengambil botol minuman di kulkas dan menawarkan pada tante Siska.
"Silahkan minum, Tante!"
"Terima kasih, Pit!" ucap Tante Siska sambil menerima botol minuman tersebut.
"Maaf saya tinggal keluar sebentar, Tante. Saya mau cari makan dulu," pamit Puspita.
"Iya, Pit. Ini uangnya," kata tante Siska sambil mengambil uang di dompetnya.
"Ng ... nggak usah, Tante. Saya ada, kok!" tolak Puspita ketika Tante Siska menyodorkan uang. Lalu dia keluar.
Ketika baru berjalan beberapa langkah dari pintu, Puspita berpapasan dengan seorang gadis manis berusia sembilan belas tahunan. Saat menengok ke belakang dilihatnya gadis tersebut masuk ke ruangan Adit. Tetapi Puspita tetap meneruskan langkahnya ke warung makan.
Sepuluh menit kemudian dia kembali dengan membawa kantong plastik berisi makanan. Ketika mau membuka pintu Puspita berpapasan lagi dengan gadis yang bernama Tissy itu. Dia baru saja menjenguk Adit.
"Eh, maaf!" ucap Puspita. Dirinya hampir menabrak Tissy.
"Oh. Nggak apa-apa," jawab Tissy.
"Jadi ini pacarnya kak Adit?" lanjut Tissy sambil pergi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Ara Julyana
siapa sih Tissy ini?
2024-03-14
1
neng ade
siapa Tissy itu ??
2024-02-24
1
deepey
tissy, karakter baru detected
2024-01-18
2