*****
Bab 6
Setelah memandikan Adit dan mendudukkan di kursi roda dengan dibantu mbok Irah, Tissy lalu mendorongnya ke kamar Adit.
Sesampainya di kamar Tissy langsung mengambil pakaian Adit di lemari.
"Ayo Kak ganti baju dulu!" suruh Tissy sambil membuka jubah mandi Adit.
Saat menggantikan baju Tissy memandang lekat wajah Adit. Tidak seperti biasanya pikiran Tissy kali ini sangat _ngelantur._
Ternyata ganteng juga kakak sepupuku yang satu ini, pantesan kak Pita tergila-gila. Wow! bulu dadanya bikin aku merinding, batinnya.
Tapi kasihan juga kak Pita seandainya kak Adit nggak bisa normal kembali. Mungkinkah dia bersedia merawat kak Adit dengan sabar?pikirnya.
Tissy membayangkan jika Puspita menjadi istri Adit yang harus merawatnya dengan kesabaran dan kelembutan.
"Assalamu'alaikum!" ucap seseorang yang membuyarkan lamunannya.
Tissy merasa tidak asing dengan suara itu. Buru-buru dia merapikan baju Adit lalu menuju pintu.
"Waalaikumsalam!" jawab Tissy sambil membuka pintu.
"Eh, Kak Jessica. Silahkan masuk, Kak!" Tissy menyalami Jessica dan mengajaknya masuk.
"Terima kasih," ucap Jessica sambil masuk dan langsung mendekati Adit.
Sedangkan Tissy langsung ke dapur mengambil minuman.
"Gimana kondisi kamu, Dit. Udah baikan?" tanya Jessica sambil mencium pipi Adit.
"Kemarin kontrol kata dokter udah banyak perkembangan, Kak!" sahut Tissy.
"Oh ya, syukurlah!" jawab Jessica.
"Minum dulu, Kak!" Tissy menawarkan minum pada Jessica yang duduk di sebelah Adit.
"Makasih, De." jawab Jessica sambil melangkah ke ruang tamu.
"Kak Jessica ke sini sendirian?" tanya Tissy.
"Iya, De. Boleh kak Jessica curhat sama kamu, kan?" pinta Jessica sambil duduk. Dia menunjukkan keakraban dan menganggap Tissy sebagai adik.
"Silahkan, Kak!" suruh Tissy setelah duduk.
Keduanya duduk berhadapan di antara meja tamu.
"Gini, De. Sebenarnya Kakak ke sini mau membahas rencana pernikahan." Jessica mengungkapkan niatnya.
"Pernikahan?" Tissy bertanya keheranan.
"Pernikahan siapa, Kak!" lanjut Tissy.
Pertanyaan yang sempat membuat Jessica terdiam sesaat. Ada perasaan untuk mengurungkan ceritanya. Tetapi dia harus secepatnya mencari jalan keluar.
"Pernikahan Kak Jessica sama kak Adit, De!" tegas Jessica.
Tissy tersentak mendengar pernyataan Jessica.
"Loh! Bukannya kak Pita yang mau menikah sama kak Adit?" tanya Tissy tertegun.
Lalu dia meminum teh manis sisa tadi pagi sambil mengatasi suasana hatinya. Dia memikirkan Puspita yang sudah seperti kakak sendiri.
"Kak Jessica lagi mengandung janin kak Adit, De!" akunya. Jessica menarik nafas panjang lalu menghembuskannya dengan berat.
Tissy yang mendengar pengakuan Jessica terperanjat. Kaget setengah mati dan hampir tersedak. Lalu meletakkan cangkir kembali di meja sambil bertanya, "Kak Jessica lagi mengandung? Anak kak Adit? Ya, Tuhan!" seru Tissy setengah berteriak.
"Betul, De. Makanya Kakak bingung banget. Sementara kondisi kak Adit masih begitu," Jessica mengungkapkan kegalauannya. Dia menitikkan air mata.
"Ya Tuhan! Kenapa jadi begini ceritanya?" Tissy menarik nafas panjang sambil menyandarkan kepalanya.
"Terus kak Pita udah tau masalah ini apa belum, Kak. Gimana kalau denger Kak Jessica lagi hamil anak kak Adit?
"Udah, De. Waktu Kakak ke sini kemarin yang ribut-ribut itu," terang Jessica.
"Oh ... pantesan kak Pita semarah itu. Tapi kok dia nggak cerita apa-apa setelah kak Jessica pulang," sesal Tissy.
"Mungkin dia bingung juga," timpal Jessica.
"Terus mau gimana langkah kak Jessica selanjutnya?" tanya Tissy sambil mengerutkan dahi.
Semula lidahnya kelu. Tapi kemudian berpikir bahwa dirinya harus bisa membantu menyelesaikan masalah besar yang dihadapi mereka.
"Itulah, De. Kakak juga bingung harus gimana. Tapi mau nggak mau kami harus menikah dalam minggu ini."
"Hah!" Tissy terperangah.
***
Di cafe Srikandi Jaka menunggu Puspita sambil menikmati kopi pahit kesukaannya.
Satu jam lebih,, gumam Jaka sambil melirik jam tangannya.
"Maafin aku ya, Jak. Udah nungguin lama, ya!" Tiba-tiba Puspita datang dan menepuk pundak Jaka.
"Iya, nggak apa-apa. Udah satu jam lebih, nih!" Jaka menjawab sambil menunjukkan jarum jam tangannya.
"Gimana, kamu mau ngomong tentang apaan Jak?" tanya Puspita setelah duduk di kursi berhadapan dengan Jaka.
"Kemarin waktu aku ke rumah, kata om Hardiman kamu lagi kurang sehat. Kamu nggak keluar nemuin aku jadi aku ngobrol di teras sama ayahmu," tutur Jaka mengawali obrolan.
"Emangnya kalian ngobrol apaan?" tanya Puspita penasaran.
"Om Hardiman cerita tentang rencana pernikahanmu sama Adit. Tapi beliau kelihatannya sangat kecewa kalau kamu mau lanjutin nikah sama Adit, Pit!" jelas Jaka.
Jaka berhenti sejenak sambil melihat reaksi Puspita. Lalu dia melanjutkan nasihatnya.
"Menurut aku sih sebaiknya kamu pikir-pikir dulu, Pit. Okelah kalau kamu sebelumnya berambisi ingin menjadi istri Adit. Tapi kan kamu tau sekarang Adit nggak bisa ngapa-ngapain lagi. Apa kamu nggak nyesel nantinya?" cecar Jaka.
Mendengar kalimat-kalimat Jaka yang masuk akal, sesaat Puspita terdiam. Tetapi akhirnya dia mengungkapkan perasaan yang sejujurnya.
"Makasih saran kamu, Jak. Tapi aku mungkin tetep mau menikah sama Adit!" jelas Puspita.
Mendengar jawaban Puspita yang tanpa keraguan, hati Jaka dibuat kecewa. Entah dari mana lagi dia mencari celah untuk mengambil hati Puspita.
Bagi Puspita sendiri, Adit adalah laki-laki pertama yang telah merebut hatinya. Dia pun akan menjadikan Adit sebagai laki-laki terakhir dalam hidupnya.
Betapa mulia hati Puspita. Begitu kuat prinsip cintanya yang tidak mudah dipengaruhi apa pun dan oleh siapa pun.
Puspita yang berhati malaikat menjunjung tinggi perasaannya sendiri. Menghargai jalan pikirannya sendiri yang terkadang sulit diterima akal sehat orang lain.
Cukup lama Jaka dan Puspita saling diam. Mereka menjelajah pikiran masing-masing.
"Coba kamu pikirkan baik-baik, Pit. Orang tuamu pasti berharap keturunan dari kamu. Tapi maaf, kalau kondisi Adit kayak gitu, apa kamu bisa hamil dari dia?" Jaka menebak-nebak jawaban Puspita dengan menatap matanya. Dia berharap Puspita akan luluh dengan pertanyaannya.
"Aku belum punya pikiran ke situ, Jak. Aku cuma ingin Adit jadi suamiku, dan aku nggak akan dikalahkan oleh Jessica!" ungkap Puspita dengan geram membayangkan wajah Jessica.
"Cuma alesan konyol kayak gitu, Pit? Apa kamu nggak kasihan sama ayah-ibumu? Apalagi kalau orang tuamu tau Adit udah bikin Jessica hamil. Apa kamu nggak mikir ayahmu bakalan murka?" berondong Jaka.
"Cukup! Cukup, Jak! Jangan terusin kata-katamu," potong Puspita sambil menutup kedua telinganya.
"Sebagai sahabatmu yang udah puluhan tahun aku cuma ingetin kamu, Pit. Jangan sampai kamu nyesel di kemudian hari. Sebagai anak tunggal mestinya kamu bikin bahagia orang tua bukannya malah bikin malu dan kecewa mereka," tegas Jaka.
Jaka berhenti bicara sambil melihat reaksi Puspita.
Sementara Puspita hanya tertunduk mencerna setiap kalimat Jaka.
"Minum dulu, Pit!" Jaka menawarkan jus alpukat kesukaan Pita yang dipesannya.
"Aku juga mau habisin sisa kopi nih!" lanjut Jaka sambil minum kopi pahit yang tinggal sedikit.
"Makasih." Puspita langsung minum sambil menggeser posisi duduknya.
"Gimana Pit, apa kamu mau jadi orang yang egois tanpa mikirin orang tuamu?" tanya Jaka sambil menyulut rokok yang tinggal satu batang.
"Aku cuma mikirin masa depanmu dan juga ikut mikir perasaan orang tuamu. Apa mungkin kamu bisa bahagia hidup berumahtangga sama Adit?" Jaka melontarkan pertanyaan yang sangat menusuk hati Puspita.
"Begini, Jak. Aku sangat menghargai masukan-masukan kamu. Aku ucapin makasih banget atas perhatian yang tulus dari kamu. Tapi mungkin aku butuh waktu buat mikir semua ini, Jak!" tandas Puspita.
Jaka seperti tidak mendengarkan kalimat Puspita dan lanjut meyakinkannya.
"Semua itu aku lakuin karena aku sayang sama kamu, Pit!" ungkap Jaka.
Lalu dia jujur dengan perasaannya sendiri. "Aku cinta kamu, Pit. Perasaan ini udah aku pendam sejak kita satu kelas di SMA."
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
deepey
pus.. kayaknya lo cm sebatas obsesi deh sma Adit.
2024-01-18
2
Bellani
mantap kejujuran jaka ungkapin perasaan ke puspita
2024-01-15
2