*****
Bab 3
Dua minggu Adit dirawat di rumah sakit. Puspita shock ketika mengetahui kekasihnya tidak bisa berjalan lagi. Benturan keras di kepala Adit menyebabkan gangguan fungsi otak dan mengakibatkan kelumpuhan.
Adit yang akhirnya dirawat jalan entah sampai kapan bisa sembuh kembali. Mau tidak mau Puspita harus menerima kenyataan itu.
Orang tua Adit masih terikat dengan kontrak kerja, mereka belum bisa pulang untuk merawat Adit. Kini Adit tinggal bersama sepupunya.
"Ayo makan dulu, Kak. Udah siang, kok! Nanti habis makan terus minum obat," ucap Tissy, adik sepupu Adit.
Mata Adit hanya melirik Tissy pertanda mengiyakan. Mulutnya membuka sedikit lalu Tissy mulai menyuapkan bubur sumsum yang sudah dingin.
Sementara Puspita yang menyaksikan adegan itu mulai membayangkan jika kelak menjadi istri Adit dan ternyata kondisi Adit tidak bisa pulih kembali, mungkinkah dirinya mampu menjalani semua itu dengan kesabaran.
"Maaf Kak, bisa nggak Tissy minta tolong," kata Tissy sambil menghampiri Puspita.
"Iii ... iya, De. Bisa, kok!" jawab Puspita sedikit gelagapan.
"Kak Pita lanjut nyuapin kak Adit, ya? Tissy mau ke dapur dulu," ucap Tissy sambil menyodorkan mangkuk bubur yang tinggal sedikit.
"Baiklah, De. Sini Kak Pita lanjutin," jawab Puspita sambil meraih mangkuk dari tangan Tissy.
"Ayo buka mulutnya, Sayang!" suruh Puspita sambil mengarahkan sendok ke mulut Adit yang menatapnya lekat.
Adit menitikkan air mata. Entah apa yang ada dalam pikirannya. Bisa jadi dia menyesali telah membohongi Puspita. Atau mungkin merasa sudah merepotkan Puspita dan membuat kecewa dengan kondisinya sekarang.
"Udah, kamu jangan nangis, dong! Semua ini harus dijalani dengan tegar," jelas Puspita sambil mengusap air mata Adit.
"Satu suapan lagi, ya?" Puspita menyuapkan sendok terakhir sambil tersenyum penuh kasih sayang
"Udah selesai, Kak?" tanya Tissy sambil membawa sepiring pisang goreng.
"Udah, nih!" jawab Puspita.
"Yuk, tinggal Kak Pita makan pisang goreng," ajak Tissy sambil meletakkan piring di meja.
"Oke!" Puspita duduk lalu minum teh manis yang sejak tadi belum sempat diminumnya.
"Kamu mau lanjutin ke mana kalau lulus nanti, De. Sekarang udah kelas tiga, kan?" tanya Puspita sambil menggigit pisang goreng yang masih sedikit panas.
"Iya betul, Kak. Rencananya sih, mau ke UNY ajalah. Ambil pendidikan aja biar bisa jadi generasi bapak, hehe." Tissy menjelaskan penuh keyakinan.
"Baguslah! Kita samaan, dong," timpal Puspita lalu menceritakan pengalaman kuliahnya.
Tissy mendengarkan sambil membayangkan dirinya tengah menikmati bangku kuliah. Lalu dia pun berbagi cerita masa-masa SMA-nya.
Mereka asik mengobrol sampai lupa harus menidurkan Adit di tempat tidur.
"Aduh, Kak! Kelupaan nih waktunya Kak Adit tidur!" seru Tissy sambil bangkit.
"Oh, iya. Yuk Kak Pita bantuin." Puspita mengikuti Tissy menuju tempat tidur Adit. Keduanya lalu memindahkan Adit dari kursi roda.
***
Di luar terdengar suara motor yang kemudian berhenti di halaman. Jaka masuk setelah mengucapkan salam.
"Eh, ada Pita. Udah lama kamu, Pit?" tanya Jaka.
"Udah, sejak pagi tadi. Silahkan duduk," jawab Puspita sambil duduk juga.
"Gimana kondisi Adit, udah banyak perkembangan?" tanya Jaka sambil melihat ke arah Adit yang tidur dekat ruang tamu.
"Alhamdulillah, udah mulai doyan makan," terang Puspita.
Tissy yang datang membawa air minum langsung menawarkan pada Jaka.
"Silahkan minum teh manis angetnya, Kak!" Sambil meletakkan gelas di meja Tissy melirik ke arah Jaka. Jantungnya berdegup kencang saat beradu mata dengan Jaka.
"Terima kasih, adik manis," ucap Jaka sambil tersenyum pada Tissy.
Senyuman yang sangat manis. Ya, sangat manis, hingga madu pun tidak bisa mengalahkannya.
Ya Tuhan, senyumannya manis banget. Diabetes manggil-manggil ini mah, gumam Tissy dalam hati. Lalu meninggalkan Jaka dan Puspita.
Dia masuk ke kamarnya dengan hati berbunga-bunga. Sambil tiduran dia membayangkan kejadian yang baru saja dialami. Mendapat senyuman termanis dari Jaka.
Sejak Adit dirawat di rumah Tissy, beberapa kali memang Jaka datang menjenguk. Bahkan yang mengantar pulang ke rumah Tissy dari rumah sakit adalah Jaka.
Sejak pertama kali bertemu Jaka itulah Tissy merasakan getaran aneh dalam hatinya. Sepertinya benih-benih cinta mulai tumbuh dalam hatinya. Untuk pertama kali dia merasakan cinta pada seorang laki-laki.
Andaikan kak Jaka mengungkapkan perasaan yang sama padaku, aku pasti akan langsung menerimanya, gumamnya. Dia berharap dalam waktu dekat Jaka akan menembaknya.
_Tok tok tok!_
Tissy terkejut mendengar ada yang mengetuk pintu kamarnya.
"De Tissy, kak Jaka mau pamitan tuh!" seru Puspita dari luar kamar. Buru-buru Tissy bangun dan keluar kamar.
Jaka yang sudah berdiri di dekat pintu langsung menyalami Tissy begitu Tissy mendekat.
"Kak Jaka pulang dulu ya, Adik Manis!" pamit Jaka sambil tersenyum.
"Baiklah, Kak. Hati-hati di jalan ya, Kak. Jangan ngebut, loh!" pesan Tissy lalu mencium punggung telapak tangan Jaka. Dadanya sesaat bergemuruh. Hampir saja dia tidak bisa mengendalikan perasaannya.
"Siap!" Jaka menunjukkan kedua jempolnya pada Tissy. Lalu menyalakan mesin motornya dan langsung tancap gas.
Saat membalikkan badannya hendak ke kamar kembali Puspita menghadangnya.
"Hayo, De Tissy cinta sama kak Jaka ya!" goda Puspita sambil menunjuk ke arah muka Tissy yang memerah karena merasa malu.
"Ah, nggak kok!" jawab Tissy sambil duduk. Dia tidak jadi masuk kamar. Lalu Puspita ikut duduk di hadapan Tissy.
"Ketauan tuh! Kak Pita kan liatin reaksi De Tissy kalau lagi deket sama kak Jaka," seloroh Puspita yang membuat Tissy semakin tersipu malu.
"Masa sih, Kak! Ketauan Tissy suka sama Kak Jaka, gitu?" tanya Tissy dengan gaya centilnya.
Sebenarnya dia menyukai Jaka bukan karena Jaka terlihat kaya dengan sering menggunakan mobil mewahnya atau motor gede yang bernilai ratusan juta. Tissy melihat dari kesederhanaan penampilan dan tutur kata Jaka. Juga dari senyum manisnya itu loh!
Tissy kaget dari lamunannya ketika Puspita menjawab.
"Iya, dong!" tandas Puspita dengan nada menggoda.
"Ah, Kak Pita jahat!" Tissy melempar bantal kursi ke arah Puspita.
"Eits, nggak kena!" Puspita menghindar dari lemparan bantal Tissy.
"Ambil tuh bantalnya!" suruh Puspita.
"Iya deh, kak!" Tissy ogah-ogahan mengambil bantal lalu meletakkan kembali di kursi.
"Tissy mau mandiin kak Adit dulu ya, Kak!" lanjutnya sambil jalan menuju tempat tidur Adit.
"Yuk! Kak Pita bantuin." Puspita mengikuti langkah Tissy.
Keduanya mulai membantu Adit yang akan dimandikan. Tissy mendorong kursi roda Adit ke kamar mandi. Sementara Puspita berjalan di belakangnya sambil membawa pakaian ganti.
Sebelum masuk kamar mandi, tiba-tiba mereka mendengar suara seorang perempuan mengucapkan salam.
"Assalamu'alaikum!" Tissy dan Puspita saling berpandangan.
"Wa'alaikum salam!" jawab Puspita sambil berhenti melangkahkan kaki.
"Ada tamu siapa ya, Kak?" Tissy bertanya sambil mengunci kursi roda.
Tanpa menjawab pertanyaan Tissy, Puspita segera menuju pintu. Dia sangat terkejut setelah membuka pintu.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Ara Julyana
semoga Tissy berjodoh sama Jaka
2024-03-20
0
Ara Julyana
oh ternyata Tissy sepupu Adit ku kira beneran orang masa lalu Adit
2024-03-20
0
neng ade
wah .. ternyata Tissy sepupunya Adit .. dia udh jatuh cinta nih sm Jaka .. semoga Jaka juga punya perasaan yg sama dngn Tissy
2024-02-24
1